CHAPTER 5
Title: BANGTAN HORROR CAMP
Cast: Yoongi, Hoseok, Taehyung, Namjoon, Jimin, Jin, Jungkook
Lenght: Chapter Part
Rating: 15+
Author: Tae-V [Twitter KTH_V95]
CHAPTER 5
.
Tubuh Sandeul sudah tak bernyawa.
Tergantung di pohon besar yang terletak tak jauh dari tenda mereka.
Dengan penuh sayatan di sekujur tubuhnya dan juga wajahnya, dan darah membasahi sekujur tubuh serta wajahnya.
Jin berteriak sangat kencang, "SANDEUL AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" sambil terus menangis. Tak menyangka nasib teman satu tendanya setragis itu.
Dan yang lebih mengejutkannya lagi. Tepat disamping tubuh Sandeul yang tengah hancur tergantung itu. Ada seekor ular yang juga tergantung di samping Sandeul, dengan tubuh yang sudah hancur penuh dengan koyakan dan sayatan.
"Bukankah itu... Ular yang tadi mengigit Taehyung dan dibunuh Jongsuk hyeong?" tanya Kyungsoo tiba-tiba.
"Majjayo.." sahut Jongsuk sambil menatap ular itu dengan terkejut.
"Ada apa sebenarnya dengan ini semua?" sahut Taehyung sambil memicingkan kedua matanya, seolah tengah berpikir keras.
Sementara Yoongi terus terdiam sambil menatap mayat Sandeul dan ular yang tengah tergantung di hadapannya itu.
Jimin terus menangis dalam pelukan Jungkook, begitu juga Hoseok yang terus menangis di bahu Jin.
"Kita harus segera menghubungi pihak kepolisian! Ini jelas-jelas kasus pembunuhan!" sahut Namjoon setelah ia lepas dari rasa paniknya.
Jongsuk terdiam, begitu juga dengan Lee Joon.
"Waeyo, hyeong?" tanya Jin ketika melihat ekspresi di wajah Jongsuk dan Lee Joon.
"Area ini masih tidak terjangkau oleh provider manapun..." sahut Jongsuk.
"Kami sengaja memilih area ini sebagai area perkemahan karena udaranya masih sangat segar, dan belum tersentuh oleh banyak orang... Dan area ini belum terjangkau oleh provider manapun.."sahut Lee Joon.
"Ah! Majjayo! Sejak kemarin memang handhone kami sama sekali tidak mendapat sinyal!" Namjoon baru sadar, di area perkemahan itu tidak ada jaringan sinyal apapun.
"Lalu kita harus bagaimana?" tanya Sungjae dengan panik.
"Kita harus segera pergi dari sini, hyeong! Kumohon.." pinta Hoseok dengan ekspresi ketakutan.
"Tapi... Area ini sangat jauh dari jalan utama, kemarin saja kalian lihat kan? Kita butuh waktu hampir empat jam dengan menggunakan mobil dari jalan utama menuju ke sini!" sahut Jongsuk.
"Lalu, bisakah kita meminta para supir itu menjemput kita?" pinta Jimin.
"Bagaimana kita menghubungi mereka? Sinyal saja tidak ada..." sahut Jongsuk sambil berjongkok dengan ekspresi frustasi.
"Jadi.. Kita harus menunggu sampai hari kelima? Dua hari lagi mereka baru akan datang menjemput kita?" tanya Taehyung.
Jongsuk menganggukan kepalanya.
"Hyeong! Bagaimana mungkin kita bisa menunggu dua hari lagi di tempat mengerikan begini!" bentak Jungkook.
"Lalu? Kau mau berjalan kaki? Ke jalan utama? Menggunakan mobil saja butuh waktu empat jam!" sahut Lee Joon.
"Lalu kita harus bagaimana?" sahut Jin dalam isak tangisnya.
"Menunggu..." sahut Jongsuk dengan nada lemah.
"Mana mungkin kita semua bisa menunggu dengan tenang disini sementara kita tau ada hal mengerikan yang telah terjadi disini!" bentak Namjoon.
"Percuma.. Kalau kita nekat berjalan kaki pun, psikopat itu pasti bisa mengawasi gerak gerik kita dan akan mengejar kita sewaktu kita berusaha keluar dari hutan ini." sahut Yoongi.
Suasana hening seketika.
"Justru, semakin kita ingin membebaskan diri kita dari hutan ini, sang psikopat akan semakin berusaha membunuh kita." sahut Kyungsoo.
Jin dan Jimin terus menangis, sementara Taehyung menatap para peserta perkemahan itu satu per satu sambil memicingkan matanya.
"Waeyo, Taehyung ah?" tanya Lee Joon ketika ia menyadari Taehyung tengah menatap mereka satu per satu.
"Menurutku.. Bisa jadi.. pelakunya bukanlah orang lain... Tapi salah satu diantara kita.." sahut Taehyung.
"Tidak mungkin!" sahut Jongsuk sambil menatap Taehyung.
"Tidak ada yang tidak mungkin, hyeong!" sahut Taehyung, menatap balik ke arah Jongsuk.
"Suara wanita..." sahut Yoongi tiba-tiba.
Semua mata tertuju ke arah Yoongi.
"Kemarin malam.. Aku tertidur agak malam karena membuat sebuah lagu di dalam tenda. Dan aku mendengar. Ada suara wanita. Tengah bersenandung.." sahut Yoongi dengan ekspresi sangat serius di wajahnya.
"Jinjja, hyeong? Mengapa aku tidak mendengarnya?" tanya Hoseok.
"Kau sudah terlelap, imma." sahut Yoongi.
"Mengapa kau baru menceritakan pada kami?" tanya Sungjae.
"Karena aku tidak ingin merusak suasana perkemahan ini." sahut Yoongi.
"Apakah pembunuhnya seorang wanita?" tanya Jimin.
"Aku bahkan tidak yakin.. Apakah wanita itu manusia dan ia yang membunuh Sandeul? Atau.. Justru wanita itu arwah yang bergentayangan di sekitar sini..." sahut Yoongi.
Seketika itu juga suasana menjadi sangat mencekam.
Para peserta perkemahan itu semakin merasa ketakutan.
"Aku rasa... Seluruh schedule kita harus kita batalkan. Aku tidak ingin ada hal buruk lagi yang terjadi diantara kita." sahut Lee Joon.
"Majjayo. Mulai sekarang, kita harus terus berlindung dalam tenda, dan jangan ada seorangpun yang berani meninggalkan area perkemahan ini jauh-jauh!" sahut Jongsuk.
"Kalau kita berkumpul bersama, ada kemungkinan sang psikopat itu tidak akan berani bergerak." sahut Lee Joon.
"Karena sekuat apapun dia, pasti tidak akan bisa melawan kita bersebelas, itu maksudmu?" tanya Namjoon.
"Majjayo.." sahut Jongsuk.
Akhirnya, dengan suasana penuh ketegangan, mereka mengubur jasad Sandeul sebelum matahari terbit, dan kemudian semua berkumpul di tengah tenda dengan penuh rasa ketakutan.
"Kurasa, semua schedule acara kita harus kita batalkan dan lebih baik kita semua menunggu disini bersama-sama hingga mobil van menjemput kita.."sahut Lee Joon.
"Setuju.." sahut Jongsuk.
"Aku tak menyangka... Perkemahan yang seharusnya menyenangkan ini.. Berubah menjadi sangat menakutkan.." gumam Kyungsoo sambil menundukkan kepalanya.
.
.
.
Semua peserta perkemahan mulai pulas tertidur di tenda masing-masing siang itu karena tadi mereka bangun terlalu pagi ketika mendengar teriakan Namjoon.
Karena itu siang hari, dan mereka yakin sang psikopat tidak akan beraksi di siang hari, maka mereka bisa tertidur dengan pulas tanpa rasa takut yang terlalu membebani mereka.
Tiba-tiba, siang itu, Sungjae terbangun untuk buang air besar. Perutnya terasa agak mulas.
Sungjae melihat Taehyung tertidur sangat pulas di sampingnya, jadi Sungjae bergerak dengan sangat pelan untuk berjalan keluar dari tenda, takut tidur Taehyung terganggu.
Sungjae melihat, area perkemahan sangat sepi dan hening, padahal itu siang hari, pukul 01.10 PM.
Ketika Sungjae hendak berjalan mencari tempat untuk buang air, tiba-tiba saja Sungjae mendengar ada suara di sekitar area tenda.
Tubuh Sungjae membeku seketika. Ia bahkan tak berani menoleh ke belakang.
Tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahunya. Membuat Sungjae terlonjak kaget.
"Kau kenapa, Sungjae ya?" tanya sebuah suara yang tak asing di telinga Sungjae.
Sungjae menoleh ke belakang dan menghela nafas lega ketika melihat siapa yang menghampirinya.
"Mengapa kau sebegitu terkejutnya?" tanya Yoongi.
"Aku kira siapa, hyeong! Kau mengagetkanku saja, aigoo..." sahut Sungjae. Lututnya terasa sangat lemas.
"Kau mau kemana? Jangan pergi jauh-jauh, situasinya sedang tidak aman.." sahut Yoongi.
"Aku sedang mencari tempat untuk buang air.." sahut Sungjae. "Perutku mulas, hyeong.."
"Seingatku ada danau yang tak jauh dari sini. Kurasa kau bisa kesana. Hati-hati, walau masih siang, kita tidak tahu kapan psikopat itu akan bertindak." sahut Yoongi, memperingati Sungjae.
"Araseo, hyeong.. Kau sendiri mengapa keluar dari tenda?" tanya Sungjae.
"Aku? Mencari udara segar. Di dalam tenda agak pengap siang-siang begini.." sahut Yoongi.
"Kau juga harus berjati-hati, hyeong.. Jangan jauh-jauh, hyeong.. Bahaya.." sahut Sungjae.
Yoongi menganggukan kepalanya. "Araseo.."
Sungjae mulai melangkah menuju ke danau yang diceritakan Yoongi barusan. Tiba-tiba Yoongi bertanya, "Atau kau mau kutemani?"
Sungjae menggelengkan kepalanya. "Gwenchana.. Toh ini masih siang hari, hyeong.."
"Araseo.. Kalau begitu hati-hati ya!" sahut Yoongi, diiringi anggukan kepala Sungjae.
.
.
.
Baru saja Sungjae selesai buang air besar dan membersihkan tubuhnya, tiba-tiba ia mendengar ada suara kaki di antara rerumputan, berjalan mendekat ke arahnya.
Sungjae memiringkan kepalanya. "Seperti ada suara langkah kaki menuju kesini..."
Karena itu siang hari, Sungjae tidak sedikitpun merasa takut.
"Apa Yoongi hyeong menyusulku karena mencemaskanku?" gumam Sungjae sambil meresletingkan celananya.
"Yoongi hyeong? Itu kau?" Sungjae berteriak pelan.
Namun tak ada jawaban.
"Mwoya?" gumam Sungjae.
Sungjae pun berjalan menjauh dari danau itu, hendak menuju ke area perkemahan.
Dan tiba-tiba saja.
BUK!
Sebuah suara pukulan terdengar.
"Arghhhhhhhhhh!"
Sungjae segera tergeletak tak sadarkan diri, sementara darah mulai mengucur deras dari kepalanya.
.
.
.
"Aigoo.. Kau masih bisa-bisanya membuat lagu di tengah suasana yang mencekam begini?" tanya Jimin ketika ia keluar dari tendanya dan melihat Yoongi tengah duduk di tengah lapangan sambil menulis beberapa lirik di notebooknya.
Yoongi menganggukan pelan kepalanya. "Aku menemukan sebuah inspirasi, makanya aku menuliskannya di notebook ku untuk ku garap nanti sepulang dari perkemahan ini.."
Jimin terdiam sejenak sambil menatap Yoongi, lalu duduk di samping Yoongi. "Apa kau yakin.. Kita bisa kembali dengan selamat ke rumah kita, hyeong?"
Yoongi menoleh, menatap Jimin. "Apa maksudmu?"
"Aku.. Takut... Kita semua akan mati disini, hyeong.." sahut Jimin. Wajahnya terlihat agak pucat.
"Berdoalah. Hanya itu satu-satunya cara yang bisa kita lakukan saat ini." sahut Yoongi.
Jimin menganggukan pelan kepalanya. "Majjayo.."
Tak lama kemudian, para peserta perkemahan lainnya mulai bangun dari tidur siang mereka dan bergabung dengan Yoongi dan Jimin untuk mengobrol akan beberapa hal.
.
.
.
"Waktunya makan sore.." sahut Jongsuk sore itu, pukul 04.40 PM.
Semua peserta perkemahan sudah berkumpul di tengah lapangan.
"Aku tak melihat Sungjae.." sahut Jin.
"Majjayo.. Tadi ketika aku bangun tidur, tendaku sudah kosong. Sungjae dimana?" tanya Taehyung.
"Ah, majjayo! Dimana Sungjae?" tanya Lee Joon.
"Aku tadi bertemu dengannya sejenak. Katanya ia mau ke danau untuk buang air.. Tapi sudah tiga jam ia belum juga kembali.." sahut Yoongi.
"Jinjja? Apa ia tersesat?" tanya Hoseok.
"Bagaimana jika... Psikopat itu sudah menghabisi nyawanya?" tanya Jimin dengan ekspresi ketakutan.
"Psikopat manapun tak akan bergerak di siang hari, pabo ya.." sahut Kyungsoo.
"Setahuku, mereka memang hanya bertindak di malam hari.." sahut Taehyung.
"Whoaaaa.. Pengetahuan kalian tentang dunia psikopat cukup banyak rupanya?" tanya Jungkook.
"Di semua film tentang psikopat yang pernah ku tonton, sang psikopat biasanya memang selalu bergerak di malam hari.." sahut Yoongi.
"Selera kalian bertiga memang aneh.. Ckckckck.." sahut Namjoon sambil menggelengkan kepalanya.
"Baiklah. Bagaimana kalau kita makan dulu, lalu kita berpencar mencari Sungjae?" tanya Jongsuk.
"Ber.. Berpencar?" tanya Hoseok dengan ekspresi ketakutan. "Aku tidak mau! Bagaimana kalau psikopat itu menyerang kita ketika kita berpencar mencari Sungjae?"
"Majjayo.. Itu terlalu berbahaya. Baiklah kalau begitu, kita mencari Sungjae bersama-sama." sahut Jongsuk.
Mereka pun menikmati makan sore mereka, lalu merapikan semua peralatan makan mereka.
Pukul 05.25 PM, langit mulai agak gelap.
"Kita harus segera mencari Sungjae sebelum matahari sepenuhnya tenggelam." sahut Lee Joon.
Mereka semua pun berjalan bersama menuju ke danau yang terletak tak jauh dari area perkemahan mereka.
"Jangan ada yang bergerak sendirian atau berjauhan dari kelompok ini, araseo?" perintah Jongsuk.
"Ne, hyeong!" sahut para peserta perkemahan itu serentak.
Mereka berjalan sambil bergandengan satu sama lain agar tiidak terpencar.
Hoseok terus menggandeng lengan Yoongi, Jimin juga terus menggandeng lengan Jungkook. Namjoon dan Kyungsoo berjalan bersampingan karena mereka masih canggung kalau harus bergandengan berdua.
Sementara Jin menggandeng erat lengan Taehyung karena Sandeul, rekan setendanya, sudah meninggal pagi tadi, dan Sungjae pun tengah menghilang sehingga Taehyung berjalan sendirian dan Jin menggunakan kesempatan itu untuk menggandeng Taehyung agar mengurangi rasa takutnya.
Langkah demi langkah mereka tapaki sambil meneriakan nama Sungjae, namun tidak juga ada jawaban.
"Sungjae ya! Yook Sungjae!" teriak mereka bersamaan, namun tak juga ada jawaban.
Langit pun semakin gelap.
"Aku takut, Jungkook ah..." rintih Jimin pelan.
"Gwenchana, hyeong.. Kita bersebelas. Psikopat itu tidak akan berani mendekati kita karena kita beramai-ramai begini.." sahut Jungkook.
"Tetap saja feelingku merasa tidak enak.. Bagaimana kalau Sungjae sudah dihabisi psikopat itu?" sahut Jimin pelan.
"Lebih baik kita pastikan dulu bagaimana keadaan Sungjae hyeong, hyeong.." sahut Jungkook sambil berusaha menenangkan Jimin.
.
.
.
Sudah hampir satu jam mereka mencari Sungjae, namun tetap keberadaannya tidak berhasil ditemukan juga.
Mereka sudah tiba di danau itu dan mencari di sekitaran sana, namun keberadaan Sungjae tetap tak bisa juga ditemukan.
"Kemana ia sebenarnya?" sahut Jongsuk.
"Jangan-jangan.. Ia berusaha seorang diri kabur dari sini ke jalan utama?" sahut Kyungsoo.
"Maksudmu.. Ia berusaha menyelamatkan dirinya seorang?" tanya Lee Joon.
"Bisa jadi! Itu hal yang cukup masuk akal.." sahut Namjoon.
"Apa ia seegois itu?" tanya Taehyung.
"Mungkin ia terlalu ketakutan makanya ia memilih kabur seorang diri.." sahut Jungkook.
Yoongi terdiam sejenak, lalu berkata, "Tapi mengapa ia bilang padaku ia ingin buang air?"
"Bisa jadi karena ia takut ketahuan olehmu ia ingin kabur sendirian, makanya ia membohongimu.." sahut Jin.
"Bisa jadi..." sahut Yoongi sambil menganggukan kepalanya.
"Kalau begitu, haruskah kita kembali ke tenda lagi? Ini sudah gelap.." sahut Jongsuk.
Kedelapan peserta perkemahan itu mengiyakan ucapan Jongsuk.
"Kalau benar ia kabur ke jalan utama, apa kira-kira ia sudah selamat kembali ke kota saat ini?" tanya Hoseok kepada Yoongi.
"Molla..." sahut Yoongi sambil memiringkan kepalanya.
Dan tiba-tiba saja.
"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
Jin berteriak sambil terjatuh duduk, mengejutkan Taehyung yang tengah berdiri disampingnya, dan juga mengejutkan semua peserta perkemahan lainnya.
"Itu! Itu! Sung.. Sungjae!" teriak Jin dengan histeris sambil menunjuk ke atas sebuah pohon yang cukup besar tak jauh di hadapannya.
Semua mata tertuju ke arah yang ditunjuk seketika itu juga, mereka mulai ketakutan dan berteriak. Beberapa bahkan mulai menangis, termasuk Jin dan Jimin.
Tubuh Sungjae tengah tergantung di atas pohon itu. Dalam kondisi yang hancur dan sangat mengenaskan.
Seluruh tubuhnya terkoyak. Darah membasahi wajah dan sekujur tubuh jasad Sungjae.
"Aku ingin pulang!" teriak Hoseok.
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top