CHAPTER 9 : AWAKE
Title: Bangtan Fear Street
Cast: Jin, Suga, Namjoon, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook
Lenght: Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95}
Semua visualisasi member Bangtan disini based on MV "Blood, Swet, Tears" ya.
CHAPTER 9 : AWAKE
.
YOONGI POV
Bagaimana bisa Jimin melihat semua korban yang dihabisi oleh psikopat gila itu?
Ah! Jungkook!
Semalam aku terlalu memikirkan Jimin sampai aku melupakan Jungkook!
Pantas saja ia tidak turun untuk sarapan tadi pagi sampai Jimin sebegitu kebingungan dan mencemaskan Jungkook.
Aku segera membuka pintu kamarku dan mengetuk pintu kamar Jungkook.
"Masuk, hyeong~" sahutnya dari dalam.
Aku membuka pintu kamarnya dan berjalan masuk.
Jungkook tengah duduk di atas kasurnya sambil memeluk erat kedua kakinya yang ditekuk ke atas.
"Jungkook a... Apa semalam, sosok itu mendatangimu lagi?" tanyaku sambil duduk di tepi kasur Jungkook.
Jungkook menganggukan kepalanya.
"Mengapa kau tidak turun untuk sarapan? Jimin sangat mencemaskanmu..." sahut Yoongi.
Jungkook terdiam. Aku bisa melihat ada sisa air mata di sudut matanya.
"Jungkook a... Neo gwenchana?" tanyaku sambil memegang pelan bahu Jungkook.
"Mengapa... Kau tidak ada di kamarmu semalam, hyeong..." sahutnya, aku tahu ia berusaha menahan tangisnya.
"Mianhae, Jungkook a... Semalam aku ada di kamar Namjoon..." sahutku, merasa bersalah.
"Aku sangat ketakutan semalam, aku berteriak namun kau tidak menjawabku... Aku berusaha memberontak, syukurlah Jin hyeong mendengar teriakanku dan segera masuk ke kamarku sehingga sosok itu menghilang..." sahutnya sambil menangis.
"Mianhae..." sahutku sambil mengusap pelan kepalanya.
"Aku segera berlari ke kamarmu, namun kamarmu kosong.. Aku takut, hyeong..." sahutnya sambil terus menangis.
Aku mendekatkan tubuhku mendekat ke tubuhnya, lalu memeluknya erat.
"Mianhae, Jungkook a... Ada hal lain yang mengganggu pikiranku sehingga aku berlari ke kamar Namjoon..." sahutku sambil terus berusaha menenangkannya.
Sekitar dua puluh menit kubiarkan Jungkook menangis dalam pelukanku.
Dan setelah tangisnya mereda, aku menceritakan padanya mengenai kejadian yang menimpa Jimin semalam, dan mengenai teoriku bahwa semua yang Jimin lihat adalah arwah mereka yang dihabisi psikopat gila dengan dua kepribadian itu.
Jungkook membelalakan kedua bola matanya. "Bagaimana mungkin... Jimin hyeong.. Bisa melihat mereka?"
"Itulah yang menjadi pertanyaanku, Namjoon, dan Hoseok... Makanya kami semalam cukup lama berkumpul di kamar Namjoon sampai aku bahkan tidak menyadari kondisimu... Mianhae, Jungkook a.." sahutku.
Jungkook menganggukan kepalanya, menandakan ia sudah mengerti mengapa aku menghilang semalam.
"Sebenarnya siapa Jimin hyeong? Mengapa ia bisa... Melihat itu semua?" sahut Jungkook sambil tercengang menatapku.
Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku.
.
.
.
NAMJOON POV
Aku menceritakan kejadian semalam kepada Jin hyeong. Dan ia tercengang ketika aku selesai bercerita.
"Mengapa bisa... Jimin... Melihat itu semua?" tanyanya sambil membelalakan kedua bola mata indahnya.
Aku menggelengkan kepalaku.
"Kami bertiga sangat bingung.. Aku rasa saat ini seharusnya Hoseok sedang menceritakan semuanya pada Taehyung.. Mungkin Taehyung lebih tahu mengapa Jimin bisa melihat semua arwah yang dihabisinya itu..." sahutku.
"Aku merasa semua semakin menarik.. Dan mengerikan..." sahut Jin hyeong.
"Mengapa bisa ia melihat itu semua sebenarnya?" sahutku.
Aku menatap Jin hyeong. "Semalam patung itu retak lagi kan?"
Jin hyeong menganggukan kepalanya. "Dan pagi ini semua kembali ke bentuk semula..."
"Aku semakin penasaran dengan Jimin..." sahutku sambil memicingkan mata kecilku.
Jin hyeong menatapku. "Kau terlihat sangat memperhatikannya.. Apa kau... Menyerah kepada Jungkook dan mulai berpindah hati kepada Jimin?"
Aku tertawa. "Kau cemburu?"
"Cih~" gerutunya sambil memajukan bibir tebal merahnya itu.
"Aigoo~ Kyeopta~" sahutku sambil mencubit kedua pipinya.
"Yaaaaaa, Kim Namjoon! Aku bukan anak kecil lagi... Jangan perlakukan aku seperti kau memperlakukan Jungkook..." gerutu Jin hyeong.
Aku menyandarkan kepalaku ke bahu Jin hyeong.
"Aku ini pelarianmu dari Taehyung... Dan kau pelarianku dari Jungkook... Betapa anehnya hubungan kita ini ya, hyeong..." sahutku.
Jin hyeong tertawa.
Aku mengangkat kepalaku dari bahunya.
"Kapan kau akan bangun dari mimpimu, hyeong?" tanyaku sambil menatap Jin hyeong.
"Kapan kau siap benar-benar membuang Jungkook dari hatimu, Kim Namjoon?" tanyanya sambil menatap tepat ke kedua bola mataku.
Dan kami tertawa.
"Aigooooooo~" sahutku sambil mengacak rambut pink milik Jin hyeong.
.
.
.
TAEHYUNG POV
Bagaimana bisa Jimin melihat mereka semua?
Auranya memang berbeda, namun aku tak tahu kalau sampai seperti ini kejadiannya!
Sebenarnya, siapa Park Jimin itu?
Mengapa ia, memiliki kemampuan, seperti itu?
Mengapa arwah-arwah mereka... Mendatangi Jimin?
Apa karena... Aku memiliki perasaan yang kuat padanya?
Mereka mencoba memberitahu Jimin agar menjauh dariku?
Atau... Mereka ingin membalaskan dendam mereka padaku dengan cara mengganggu Jimin?
Aku memejamkan kedua mataku.
Dan bayangan wajah Jimin yang tengah tersenyum melintas di benakku.
Si mungil yang manis itu... Benar-benar sangat menarik perhatianku, cih!
.
.
.
JIMIN POV
Apakah ada yang salah dengan kamar ini?
Apa kamar ini sebelumnya dihuni oleh makhluk gaib sampai-sampai aku diteror seperti ini?
Tapi, mereka semua bilang tidak ada hal aneh yang mereka rasakan di rumah ini.
Lalu, mengapa mereka hanya menggangguku?
Sebenarnya, apa salahku? Mengapa mereka... Hanya menggangguku?
Aku memejamkan kedua mataku dan mencoba merasakan, apakah ada hawa-hawa negatif dengan kamar ini atau tidak.
Aku memejamkan mataku dan mencoba merasakan, namun rasanya tidak ada apa-apa. Tidak ada hawa negatif di ruangan ini.
Padahal, biasanya, jika memang ada hal-hal yang menyeramkan, aku bisa merasakannya hanya dengan memejamkan kedua mataku, namun kali ini aku tak merasakan apapun.
Lalu, apa sebenarnya yang kulihat selama ini?
Aku menghela nafasku, dan tiba-tiba saja bayangan wajah Yoongi hyeong melintas dalam benakku.
Betapa kerennya ia ketika menenangkanku semalam.
Ah... Aku rasa... Aku mulai tertarik padanya...
Dan tanpa sadar aku tersenyum membayangkan betapa tampan wajah Yoongi hyeong dengan ekspresi mengantuk di wajahnya itu.
Tapi... Apakah orang sepertiku layak berada disamping pria sehebat Yoongi hyeong?
.
.
.
HOSEOK POV
"Jimin a~ Ayo temani aku berbelanja~ Aku sudah lama tidak melakukan wisata kuliner, temani aku ya~" sahutku sore itu sambil memohon agar Jimin mau menemaniku berjalan-jalan di sebuah festival makanan yang diadakan tak jauh dari Bangtan Fear Street.
"Wisata kuliner?" Kedua bola matanya menatapku dengan tatapan bingungnya.
Menunjukkan betapa polos dan manisnya seorang Park Jimin.
Pantas saja Yoongi hyeong dan Taehyung begitu menyukainya...
Aura polos dan lugunya ini memang harus kuakui... Sangat menarik...
"Iya~ Ada festival makanan yang diadakan tak jauh dari sini~ Kau temani aku ya~ Bukankah kita belum pernah jalan-jalan bersama sejak kau datang ke rumah ini? Kau sudah pernah jalan dengan Jin hyeong, Jungkook, dan Yoongi hyeong... Kali ini temani aku ya~" sahutku sambil memohon pada Jimin agar ia mau menemaniku.
"Ah~ Festival makanan? Itu akan sangat menarik!" sahutnya dengan mata berbinar-binar.
Aku menganggukan kepalaku sambil tersenyum. "Temani aku ya~"
"Oke, hyeong! Aku akan menemanimu sore ini~" sahutnya dengan wajah begitu senang.
Aigoo~ Sekarang aku semakin mengerti mengapa kau dicintai banyak orang...
"Oke, ayo kita siap-siap, sepuluh menit lagi kutunggu di teras ya~" sahutku, diiringi anggukan kepalanya.
Aku naik ke kamarku, mengganti pakaianku dan bersiap turun ke bawah.
Dan ketika aku membuka pintu kamarku untuk berjalan keluar, Taehyung juga baru saja keluar dari kamarnya.
"Uh? Kau terlihat sangat rapi.. Kau mau kemana, hyeong?" tanya Taehyung sambil menatapku.
Haruskah kukatakan aku akan pergi dengan Jimin?
Taehyung menatapku, dengan tatapan polosnya.
Two sided of Taehyung memang mengerikan!
Ia bisa terlihat begitu manis dan polos dalam satu waktu, namun ia bisa terlihat begitu tampan... dan mengerikan... dalam waktu berikutnya...
Namun anehnya, aku tak bisa juga menghilangkan rasa cintaku ini padanya.
"Hyeong? Kau mau kemana?" tanyanya lagi.
"Uh? Ah~ Aku mau jalan-jalan.. Ada festival kuliner dekat sini..." sahutku.
"Kau bersama Jin hyeong?" tanyanya.
Aku menggelengkan kepalaku. "Jin hyeong tidak bisa kutemukan, sepertinya pergi dengan Namjoon tadi siang..."
"Lalu, kau pergi sendirian? Tumben kau tak mengajakku? Biasanya kau paling benci sendirian..." sahutnya.
Aku tersenyum. Bisakah kau selalu memperhatikanku dengan lembut seperti ini?
"Aku pergi dengan Jimin.. Ia yang akan menemaniku.." sahutku sambil berusaha tersenyum.
"Jimin?" Ekspresinya seperti terkejut mendengarku menyebut nama Jimin.
Aku menganggukan kepalaku.
Kini ia mulai memicingkan kedua matanya dan menatapku.
"Jaga ia baik-baik... Kalau sampai ia terluka, aku tak akan memaafkanmu..." sahutnya, dengan tatapan mengerikan itu.
Two sided of Taehyung!
"Araseo... Kau.. Begitu menyukainya kah?" tanyaku sambil menatap Taehyung.
Tanpa basa basi, ia menganggukan kepalanya. "Ia milikku."
"Bagaimana denganku?" tanyaku.
Taehyung tersenyum simpul. "Tentu saja kau juga milikku... Aku bisa memiliki lebih dari satu kan?"
"Lalu... Jin hyeong?" tanyaku lagi.
Taehyung mengerutkan dahinya. "Mengapa kau mengungkit masa laluku lagi?"
"Aniya~ Ya sudah aku turun duluan, Jimin pasti sudah menungguku di bawah~" sahutku sambil berjalan menuruni anak tangga menuju ke lantai satu.
Aku dan Jimin berangkat bersama ke festival makanan itu, dan itu sangat menyenangkan!
Ada sangat banyak makanan enak disana.
Dan entah mengapa aku begitu menikmati acara jalan-jalanku bersama Jimin ini, padahal bisa kukatakan ia saingan cintaku.
Tapi mengapa, aku merasa nyaman bersamanya?
Sebenarnya, siapa Park Jimin sebenarnya?
Jimin selalu tersenyum dan menikmati semua jajanan yang kami cicipi.
Dan kami ternyata sama-sama suka dance, jadi kami berjalan sambil melakukan beberapa gerakan dance di tengah jalan.
"Whoaaa~ Dancemu begitu keren, hyeong!" sahutnya dengan tatapan kagum saat melihat danceku.
Ia mulai melakukan dancenya, dan harus kuakui, aku suka skill dancenya.
"Dancemu juga keren, Jimin a!" sahutku.
"Ah.. Jinjja, hyeong?" sahutnya dengan wajah malu-malu.
Aku menganggukan kepalaku dan mengacungkan ibu jariku ke arahnya. "Jjang!"
"Hehehe~" sahutnya sambil tersenyum malu-malu, menunjukkan betapa manisnya seorang Park Jimin.
"Hyeong~ Gumawo, karena sudah mengajakku jalan-jalan sore ini~" sahutnya sambil tersenyum ketika kami dalam perjalanan pulang.
"Aku juga terima kasih karena kau sudah mau menemaniku~ Ini sangat menyenangkan~" sahutku sambil merangkul bahunya.
"Syukurlah kalau aku membuatmu senang, hyeong~ Hehehe~" sahutnya sambil tertawa kecil.
.
.
.
TAEHYUNG POV
Malam ini entah mengapa gairahku begitu kuat.
Aku berusaha tidur namun gairahku yang sangat tinggi ini akhirnya membuatku berjalan keluar kamar dan mengetuk pintu kamar Hoseok hyeong.
Tak butuh waktu lama bagiku untuk menunggu karena Hoseok hyeong segera membuka pintu kamarnya ketika aku mengetuk.
Aku menutup pintu kamarnya, dan tanpa basa basi aku langsung mendorongnya terpepet ke tembok, lalu menatapnya dengan tatapan penuh gairahku.
"Taehyung a~ Ada apa?" tanya Hoseok hyeong, masih kebingungan apa yang ingin kulakukan.
Aku tak menjawab.
Aku langsung memiringkan kepalaku dan melumat bibirnya.
Toh, ia langsung tahu kan apa yang kuinginkan?
Karena tanpa melakukan perlawanan, ia langsung melumat balik bibirku, dan memulai desahannya ketika lidahku mulai bermain di lehernya yang jenjang.
Desahannya adalah salah satu melodi yang paling kusukai, karena terdengar begitu indah di telingaku.
Aku terus memainkan lidahku di lehernya, sementara tanganku mulai membuka kancing piyama yang dikenakannya.
Kami terus saling melumat, dan aku segera menggendong tubuhnya sambil terus melumat bibirnya, lalu kuhempaskan tubuhnya ke atas kasur.
Dan aku tersenyum menatapnya.
Saatnya permainan kami dimulai.
.
.
.
JIN POV
Aku masuk ke dalam kamarku setelah mengerjakan beberapa urusan dengan Namjoon di kamarnya.
Dan aku mulai merasakan hawa-hawa yang tidak enak.
Ada perasaan yang tidak enak yang kurasakan.
Dan benar saja.
Patung itu.. Kembali meneteskan air mata hijaunya.
Dadaku terasa semakin sesak.
Dan aku terjatuh, berlutut tepat di depan patung itu.
Air mataku menetes.
Ia... Memulainya lagi...
Dan aku yakin, ia tengah melakukannya lagi.. Dengan Hoseok...
Tanpa sadar, aku mulai menyanyikan lagu itu. Sambil meneteskan air mataku.
Lagu yang kubuat sendiri, untuk menggambarkan perasaanku.. Pada Taehyung...
"It's not that I believe it
But that I want to try holding out
Because this is all that I can do
I want to remain
I want to dream more
Even so, what I'm saying is
That it's time to leave
Yeah it's my truth
It's my truth
I will be covered with wounds all over
But it's my fate
It's my fate
Still, I want to struggle and fight
Maybe I, I can never fly
I can't fly like the flower petals over there
Or as though I have wings
Maybe I, I can't touch the sky
Still, I want to stretch my hand out
I want to run, just a bit more
I'm just walking and walking, among this darkness
My happy times asked me this question
You, are you really okay, it asked me
Oh no
I replied, no, I'm so afraid
Still, I hold the 6 flowers tightly in my hands
I, I'm just walking, I said
Oh no
But it's my fate
It's my fate
Still, I want to struggle and fight
Maybe I, I can never fly
I can't fly like the flower petals over there
Or as though I have wings
Maybe I, I can't touch the sky
Still, I want to stretch my hand out
I want to run, just a bit more
Wide awake wide awake wide awake
Don't cry
Wide awake wide awake wide awake
No lie
Wide awake wide awake wide awake
Don't cry
Wide awake wide awake wide awake
No lie
Maybe I, I can never fly
I can't fly like the flower petals over there
Or as though I have wings
Maybe I, I can't touch the sky
Still, I want to stretch my hand out
I want to run,
Just a bit more"
Aku berdiri, dan berjalan semakin mendekat ke arah patung bersayap hitam dalam kamarku itu.
Aku mendekatkan wajahku ke kepala patung itu.
Aku menatap bibir patung itu dan mendekatkan wajahku.
Bibirku... Mencium lembut bibir patung itu... Dan kupejamkan kedua mataku saat mencium patung itu...
Membayangkan bahwa aku tengah menciumnya... Kim Taehyung...
.
.
.
TAEHYUNG POV
Di saat aku baru saja menyelesaikan gairahku dengan Hoseok hyeong, aku merasakan aura itu semakin kuat merasuki tubuhku.
Cih!
Ia mencium patung itu.. Lagi?
Tubuhku terasa semakin memanas.
Dan luka di punggungku semakin terasa panas, seperti ketika pertama kali kuperoleh di punggungku itu.
"Waeyo, Taehyung a?" sahut Hoseok sambil menatapku yang tengah duduk membelakanginya, masih tanpa sehelaipun benang di tubuhku.
Aku membalikkan kepalaku dan menatap Hoseok sambil tersenyum. Menyeringai lebih tepatnya.
Membuat ekspresi wajah Hoseok sangat ketakutan.
"Kau... Kembali terlihat sangat menyeramkan..." sahutnya.
"Ia... Masih mengharapkanku..." sahutku sambil menatap Hoseok.
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top