CHAPTER 8 : TWO SIDED OF TAEHYUNG

Title: Bangtan Fear Street

Cast: Jin, Suga, Namjoon, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook

Lenght: Chapter

Rating: 15+

Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95}

Semua visualisasi member Bangtan disini based on MV "Blood, Swet, Tears" ya.

CHAPTER 8 : TWO SIDED OF TAEHYUNG

.

YOONGI POV

Aku duduk sejenak di kursi meja makan, namun tiba-tiba sebuah cahaya yang menyilaukan muncul tepat dihadapanku, berjalan masuk dari ruang utama ke dalam dapur.

Aku memicingkan mataku.

Dan sosok itu kini berdiri dengan sangat jelas di depanku.

Sang psikopat dengan sayap hitamnya.

Tengah menatapku dengan tatapan tajamnya, dan senyuman menyeringai di wajahnya.

"Aku bisa merasakan... Auramu... Yang begitu kuat menginginkan Jimin..." sahutnya sambil terus menatapku dengan senyuman menyeringai di wajahnya.

Aku menatapnya sambil memicingkan mataku.

"Ia sudah menjadi incaranku... Kau berniat... Bersaing denganku?" sahutnya.

"Mengapa kau baru kembali jam segini? Baru saja menyelesaikan aksi psikopatmu itu? V...?" sahutku dengan ekspresi wajah sedatar mungkin.

Sosok Taehyung bersayap yang bernama V itu menyeringai dengan sangat menyeramkan.

"Tentu saja.. Inilah caraku agar bisa terus bertahan hidup, kau seharusnya paling tahu itu..." sahutnya.

"Sembunyikan sayapmu.. Bagaimana jika Jimin melihatmu dengan sosok seperti ini, huh?" gerutuku.

"Ia sudah melihatku.." sahutnya.

"Uh?" Aku membelalakan kedua bola mataku.

"Tapi kurasa ia tidak mengenali wajahku.. Karena kilau cahaya yang menyilaukan ini..." sahutnya.

"Maksudmu?" tanyaku sambil memicingkan mata.

Dan tiba-tiba saja semua kembali gelap.

Sayap itu menghilang.

V kembali ke sosok Taehyung.

"Aku rasa lebih baik aku tidur, aku sangat lelah, hoahhhmm..." sahutnya dengan ekspresi polosnya itu.

"Cih... Two sided of Taehyung.." gumamku sambil membuang kaleng soda ke tong sampah dan berjalan menaiki tangga, kembali ke kamar Jungkook.

.

.

.

AUTHOR POV

Dua hari sudah berlalu, dan selama dua hari itu keadaan kembali normal.

Tidak ada apapun yang mengganggu Jimin. Membuat Jimin jadi yakin bahwa kemarin-kemarin itu semua hanya imajinasinya saja dan ia mungkin terlalu kelelahan sampai berimajinasi semenyeramkan itu.

Hoseok dan Jin tengah berduaan di ruang utama siang itu.

Jungkook sedang mengajak Jimin pergi menemaninya untuk membeli beberapa barang yang mereka butuhkan untuk membersihkan rumah mewah milik keenam pria itu karena sudah cukup banyak perabotan yang rusak.

Taehyung dan Yoongi diam dalam kamar mereka, sementara Namjoon pergi menyelesaikan urusannya.

"Beberapa waktu yang lalu... Taehyung melakukan itu... Denganmu kan?" sahut Jin sambil menatap Hoseok.

Hoseok menatap Jin dengan tatapan merasa bersalah.

"Gwenchana, imma... Toh ia bukan siapa-siapaku..." sahut Jin sambil mencoba tersenyum.

"Kau kan tahu, hyeong... Betapa aku.. Menyukai Taehyung..." sahut Hoseok. Kedua bola matanya digenangi air mata.

"Yaishhh~ Uljima, imma~ Aigoo~" sahut Jin sambil mengusap pelan kepala Hoseok.

"Aku tidak pernah berencana menyakiti perasaanmu, hyeong.. Jinjja..." sahut Hoseok.

"Araseo~ Aku hanya bertanya, benar denganmu kan?" sahut Jin sambil merangkul pundak Hoseok.

Hoseok menganggukan kepalanya.

"Aku rasa... Taehyung juga memiliki ketertarika kepada Jimin... Makanya aku ke kamarnya waktu itu dan berniat menanyakan perasaannya pada Jimin.. Tapi ia bukannya menjawabku, malah melakukan hubungan intim denganku... Aku bisa apa? Pasrah..." sahut Hoseok.

"Pasrah... Dan menikmati.. Hehehe~" sahut Jin, menggoda Hoseok.

"Hyeoooong~" sahut Hoseok sambil memukul pelan bahu Jin. Kedua pipinya mulai memerah karena malu.

"Aura Jimin... Memang sangat berbeda dari yang sudah-sudah..." sahut Jin.

"Auranya.. Entah mengapa sangat menarik, hyeong.. Bahkan Yoongi hyeong kurasa mulai jatuh hati juga padanya.." sahut Hoseok.

"Yoongi?" Jin membelalakan kedua bola matanya.

Hoseok menganggukan kepalanya. "Yoongi hyeong, aku beberapa kali memergoki mereka sedang ngobrol berduaan di rumah ini... Bahkan Yoongi pernah mengajaknya jalan-jalan bersama sesorean itu.. Apa ia pernah melakukan itu dengan yang lain? Selain Jungkook, baru Jimin pria yang sangat diperhatikannya..."

"Namjoon bahkan bersikap sangat ramah padanya... Kau lihat kan saat iya pertama kali datang kesini? Namjoon begitu mencemaskan tubuhnya yang basah karena rintik hujan..." sahut Jin.

"Bahkan Namjoon menopang tubuhnya, membantunya berdiri saat ia jatuh duduk di depan kamarnya sore itu.." sahut Hoseok.

"Dan anehnya, aku sama sekali tidak bisa membencinya..." sahut Jin.

"Nado, hyeong.. Aku bahkan begitu ingin bisa menjadi sahabat baiknya... Padahal aku tahu Taehyung tertarik padanya... Sebenarnya siapa Park Jimin itu?" tanya Hoseok.

"Park Jimin adalah milikku... Tak akan kubiarkan Taehyung menyentuhnya.." sahut suara serak itu tiba-tiba terdengar dari belakang Jin dan Hoseok.

Jin dan Hoseok menoleh ke belakang, terkejut dengan suara serak itu.

"Kau.. Sejak kapan disana?" tanya Jin.

Yoongi tersenyum sekilas, lalu duduk di sofa yang berseberangan dengan sofa tempat Jin dan Hoseok duduk.

"Aku akan membuatnya... Menjadi milikku seorang..." sahut Yoongi dengan gaya coolnya.

Yoongi menyenderkan kepalanya ke sandaran sofa, lalu memejamkan kedua matanya. Membuat ia terlihat sangat keren dengan gaya coolnya itu.

"Kau... Bagaimana dengan Jungkook?" sahut Jin.

Hoseok menyenggol lengan Jin, lalu berbisik di telinganya. "Mengapa kau membahas Jungkook?"

"Sudah saatnya ia peka terhadap perasaan Jungkook padanya!" gerutu Jin di telinga Hoseok.

Yoongi membuka kedua matanya dan dengan malas mengangkat kepalanya, lalu menatap Jin yang sedang berbisik-bisik dengan Hoseok.

"Aku akan membuat Jimin menjadi milikku seorang.." sahut Yoongi.

.

.

.

JIMIN POV

Hari sudah malam.

Aku belum juga bisa tertidur.

Aku menatap jarum jam, menunjukkan pukul 11.25 PM.

Dan entah mengapa tiba-tiba saja kelembutan bibir milik Yoongi hyeong mulai kembali terasa di bibirku.

Sejujurnya, sejak ia menciumku hari itu, aku selalu bisa merasakan kelembutan bibirnya di bibirku ini.

Dan detak jantungku berdebar dengan sangat tidak karuan.

Namun, bayangan wajah Taehyung entah mengapa juga sering melintas di benakku setiap kali aku mengingat saat Yoongi hyeong mencium bibirku.

Sebenarnya, apa yang istimewa dariku?

Aku berjalan menuju kaca yang ada di pintu lemari kamarku.

Aku menatap pantulan wajahku di kaca itu.

Aku tidak semanis Jin hyeong. Dan bentuk wajahku tidak sesempurna Jungkook. Aku juga tidak seperiang Hoseok hyeong.

Lalu, mengapa? Mengapa Taehyung dan Yoongi hyeong bisa tertarik padaku?

Apa yang spesial dariku sebenarnya sampai mereka berdua berkata, bahwa mereka menyukaiku?

Dan tiba-tiba... Lagi-lagi...

Sosok yang menyeramkan terlihat di belakangku!

Aku melihat bayangan itu bergerak perlahan menghampiriku!

Aku menoleh ke belakang, namun tak ada apa-apa disana!

Aku kembali menatap kaca di hadapanku, dan bayangan menyeramkan itu ada disana!

Sekujur tubuhku merinding.

Dan lagi-lagi, aku tak sanggup berteriak.

Tak sanggup bergerak!

Sosok itu... Sangat... Menyeramkan...

Seorang pria. Kepalanya terputus dari badannya!

Tubuh tanpa kepala itu seolah berusaha menghampiriku, dengan kepalanya yang putus yang ada di genggaman kedua tangannya.

Darah mengucur deras dari lehernya yang tak lagi berkepala itu, dan kepala yang ada dalam genggaman kedua tangannya itu, wajahnya sudah rusak.. Penuh dengan luka sayatan...

Dan! Aku sudah nyaris tak bisa bernafas! Karena kepala itu sama sekali tidak memiliki kuping!

Aku terus berusaha berteriak namun tak ada suara yang keluar!

Sosok menyeramkan itu terus menghampiriku.

Dan aku bisa merasakan hawa yang begitu dingin menyelimutiku.

DUAR!

Petir kembali bergemutuh dengan cahaya kilatnya.

Dan sosok itupun menghilang.

Aku jatuh terduduk. Sekujur tubuhku penuh keringat dingin.

Aku ingin menangis rasanya.

Aku mengumpulkan seluruh tenanagu dan berdiri. Aku segera berlari keluar kamar. Dan terkejut melihat siapa yang ada di depanku!

Yoongi hyeong. Sedang berjalan keluar dari ruang makan yang ada tepat disebelah kamarku.

"Hyeong!" sahutku dengan nafas terengah-engah karena rasa takut yang luar biasa yang kurasakan.

Yoongi hyeong terlihat sangat terkejut ketika mendengar suaraku. Ia menoleh dan menatapku dengan kebingungan. "Jimin? Waeyo?"

"Hyeong..." sahutku sambil meneteskan air mata.

Yoongi hyeong terlihat sangat terkejut dengan air mataku.

Aku segera menghampirinya dan memeluknya erat. Sangat erat.

"Aku... Aku takut, hyeong..." sahutku sambil menangis dalam pelukannya.

Yoongi hyeong menepuk-nepuk pelan kepalaku. "Gwenchana, Jimin a... Gwenchana... Ada apa sebenarnya?"

Aku tak menjawabnya. Aku terus menangis dalam pelukannya.

Setelah tangisku mereda dan rasa takutku mulai jauh berkurang, aku menceritakan apa yang kulihat kepada Yoongi hyeong.

Aku tak bisa membaca ekspresi wajahnya. Karena ekspresinya selalu datar dan dingin seperti itu. Seperti biasanya.

Cool and swag Min Yoongi.

"Aku rasa kau bermimpi buruk, Jimin a... Tidak ada apapun yang mengerikan di rumah ini.. Kami berenam sama sekali tidak pernah diganggu oleh makhluk-makhluk seperti yang kau bilang barusan.." sahutnya.

"Tapi aku yakin ini bukan mimpi, hyeong.." sahutku.

"Apa kau suka menonton film horor? Mungkin kau hanya ketakutan... Tenang saja, ada aku yang akan selalu menjagamu..." sahut Yoongi hyeong sambil memeluk erat tubuhku.

.

.

.

YOONGI POV

"Apa yang dilihat Jimin sebenarnya?" sahutku kepada Namjoon dan Hoseok.

Setelah menenangkan Jimin, aku segera ke kamar Namjoon di lantai tiga untuk berdiskusi dengannya, dan ternyata sedang ada Hoseok disana.

Mereka memang sering mengobrol bersama hingga larut malam. Mungkin karena mereka seumuran makanya mereka paling dekat diantara kami berenam.

Sikap dewasa Namjoon menurutku memanglah yang paling bisa mengimbangi sikap ceria dan kekanakan yang dimiliki Hoseok.

"Ada apa, hyeong?" tanya Namjoon dan Hoseok berbarengan saat aku masuk ke dalam kamar Namjoon.

"Kalian belum tidur juga?" tanyaku, diiringi anggukan kepala mereka berdua.

"Kau sendiri?" tanya Namjoon.

"Aku baru saja minum di bawah... Dan aku berpapasan dengan Jimin..." sahutku.

Aku menceritakan semua kejadian yang kualami bersama Jimin barusan.

"Mwoya? Jimin? Melihat sosok mengerikan seperti itu?" Hoseok membelalakan kedua bola matanya.

Aku menganggukan kepalaku.

"Sebenarnya, apa yang dilihat oleh Jimin selama ini?" sahut Namjoon sambil mengerutkan dahinya.

"Pertama, hujan darah... Lalu, sosok wajah penuh sayatan dan tulisan stigma di kaca kamar mandinya... Dan barusan, sosok tanpa kepala yang membawa kepalanya... Apa sebenarnya yang dilihatnya itu?" sahut Hoseok sambil memiringkan kepalanya.

Aku mengerutkan dahiku. Dan aku ingat semua ini!

"Taehyung! Atau lebih tepatnya V..." sahutku.

"Uh?" Namjoon dan Hoseok menatapku dengan kebingungan.

"Bukankah sudah kukatakan? Aku bisa merasakan auranya yang begitu kuat ketika ia melakukan semua hal mengerikan itu!" sahutku.

"Lalu?" tanya Hoseok.

"Aku ingat sekarang! Setiap Jimin melihat keanehan itu... Adalah setiap aku merasakan aura Taehyung melakukan hal beringas itu!" sahutku.

Namjoon dan Hoseok menatapku dengan tatapan tidak percaya.

"Tadi aku memang merasakan... Aura psikopatnya begitu terasa... Dan tak lama kemudian Jimin melihat sosok mengerikan itu..." sahutku.

Namjoon terlihat berpikir sejenak, lalu berteriak kecil. "Ah, majjayo! Aku ingat! Semua yang dilihat Jimin, persis dengan semua yang menjadi korban psikopat itu!"

Aku memicingkan mataku dan menatap Namjoon.

"Two sided of Taehyung..." sahut Namjoon.

"Mengapa Jimin... Bisa melihat itu semua?" tanya Hoseok.

"Bukankah sudah kubilang? Auranya terasa sangat berbeda, aku bisa merasakannya bahkan sejak ia datang ke rumah ini malam itu!" sahutku.

.

.

.

TAEHYUNG POV

Aku merebahkan tubuhku di kasur.

Ah~ Aku begitu lelah hari ini.

Aku melirik jarum jam. Pukul 02.40 AM.

Waktunya aku tidur.

Aku memejamkan kedua mataku.

Dan kejadian yang baru tadi kulakukan kembali melintas di benakku.

Aku memejamkan mataku sambil tersenyum, puas dengan apa yang baru saja kulakukan tadi.

Teriakan pria sialan itu terdengar sangat indah di telingaku.

Teriakan dan semua rintihannya terdengar seperti melodi paling indah yang pernah kudengar.

Ketika aku berhasil mengikatnya di kursi itu, dan menutup kedua matanya.

Ketika ia berteriak-teriak dan memberontak.

Aku suka ekspresinya ketika aku membuka ikatan penutup matanya dan ia menyadari siapa aku ini.

Aku suka dengan semua ucapan mengemis dan memohonnya padaku agar aku memaafkan dan melepaskannya.

Aku suka dengan semua rintihannya saat aku perlahan-lahan menyayat wajahnya dengan pisau kecil kesayanganku ini.

Aku suka bau darah yang mengalir dari semua sayatanku di sekujur tubuhnya.

Aku suka dengan semua teriakan kesakitan dan air mata yang menetes dari kedua bola matanya.

Aku suka ketika kedua kupingnya kupotong dan ia berteriak dengan penuh kesakitan.

Dan aku sangat suka teriakan terakhirnya ketika aku membacok lehernya dan membuat kepalanya terputus dari tubuhnya.

Cih!

Bukankah bagus aku baru menghabisimu malam ini, tuan?

Seharusnya kau bersyukur karena kau tidak kuhabisi sejak beberapa tahun lalu.

.

.

.

HOSEOK POV

Setelah selesai sarapan pagi itu, aku mengajak Taehyung ke kamarku.

Taehyung tersenyum sambil menatap kedua bola mataku ketika aku menutup pintu kamarku.

"Kau begitu merindukan cumbuanku, hyeong? Sampai mengajakku bermain pagi-pagi begini?" sahutnya dengan senyuman di wajahnya.

"Aniya~ Kali ini bukan itu yang mau kubahas... Ada yang jauh lebih penting!" sahutku.

Walau sejujurnya aku memang sangat menginginkan tubuhnya!

Tapi masalah ini lebih penting untuk dibahas ketimbang membahas masalah nafsuku melihatnya.

"Uh? Ada apa?" tanya Taehyung, dengan ekspresi polos di wajahnya.

Two sided of Taehyung. Mengapa ekspresinya bisa berubah hanya dalam hitungan detik?

"Apa semalam... Kau menghabisi seseorang?" tanyaku dengan tatapan serius.

"Uh?" Tatapannya masih terlihat sangat polos.

"Semalam... Apa kau menghabisi seseorang dengan jiwa psikopatmu itu?" tanyaku.

Seketika itu juga ekspresi wajahnya berubah drastis.

Sebuah senyuman yang mengerikan terbentuk di wajahnya.

Ia menganggukan kepalanya dengan raut muka seolah membanggakan betapa keren dirinya.

"Mengapa kau tahu? Apa Namjoon hyeong memberitahumu? Atau Yoongi hyeong mengatakan padamu?" sahutnya sambil menatapku.

"Terlepas dari itu semua, aku ingin bertanya satu hal... Sosok yang kau bunuh semalam, seorang pria yang kau potong kepalanya?" tanyaku.

Taehyung membelalakan kedua bola matanya. "Bagaimana kau bisa tahu?"

"Bukan aku.." sahutku.

Taehyung menatapku dengan tatapan tajamnya.

"Jimin... Yoongi hyeong bilang ia semalam bertemu dengan Jimin yang sedang ketakutan.. Dan Jimin becerita pada Yoongi hyeong bahwa ia melihat sosok pria yang buntung kepalanya menghampirinya dalam kamarnya." sahutku.

Taehyung semakin membelalakan kedua bola matanya.

"Dan saat kau menepuk bahunya dan ia terkejut itu, saat itu kau baru saja kembali setelah membunuh seorang pria dengan menyayat wajahnya kan?" tanyaku.

Taehyung menganggukan kepalanya.

"Jimin... Mengapa ia bisa melihat semua korban yang baru saja kau habisi dengan jiwa psikopatmu itu?" tanyaku sambil menatap wajahnya yang terlihat sangat terkejut.

Taehyung terus menatapku dengan penuh keterkejutan, tanpa bisa berkata apa-apa.

.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top