CHAPTER 5 : A MYSTERY OF STATUE
Title: Bangtan Fear Street
Cast: Jin, Suga, Namjoon, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook
Lenght: Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95}
Semua visualisasi member Bangtan disini based on MV "Blood, Swet, Tears" ya.
CHAPTER 5 : A MYSTERY OF STATUE
.
JUNGKOOK POV
Aku baru saja berjalan masuk ke dalam rumah, dan tiba-tiba aku mendengar teriakan dari dalam kamar Jimin hyeong!
"Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!"
Aku segera berlari menuju kamarnya, namun pintu kamarnya tertutup.
"Jimin hyeong! Jimin hyeong!" Aku terus berteriak memanggil namanya, namun ia sama sekali tidak membukakan pintu kamarnya.
Aku mencoba membuka pintu kamarnya, ternyata tidak dikunci.
Aku segera berlari masuk ke dalam, dan aku terkejut melihat tubuh Jimin hyeong terbaring lemah di depan pintu kamar mandinya.
"Jimin hyeong! Jimin hyeong!" Aku mencoba membangunkannya namun sepertinya ia tidak sadarkan diri.
Sekujur tubuhnya dibasahi keringat dingin.
Igo mwoya?
Aku segera membaringkan tubuhnya ke kasurnya, lalu menghubungi handphone Jin hyeong.
.
.
.
JIN POV
"Menurutmu, apa yang membuat Jimin terlihat ketakutan begitu? Kau kan yang pertama menyapanya, Taehyung a..." sahut Yoongi ketika kami berlima sudah berkumpul dalam kamar Hoseok yang terletak di lantai tiga.
Taehyung menggelengkan kepalanya.
"Ketika aku berjalan hendak menuju ke ruang makan untuk melihat ada makanan atau tidak, Jimin sedang berdiri membelakangiku dan sepertinya tengah menatap ke jendela dihadapannya." sahut Taehyung.
"Jendela yang menghadap ke kebun belakang itu?" tanya Hoseok.
Taehyung menganggukan kepalanya. "Tubuhnya terlihat agak bergetar... Makanya aku menepuk bahunya untuk bertanya ia kenapa, namun ketika tanganku menyentuh bahunya, ia justru berteriak sangat kencang dan jatuh terduduk, dan tak lama kemudian kalian tiba juga disana."
"Tubuhnya.. Bergetar?" tanya Yoongi sambil menatap tajam ke arah Taehyung.
Taehyung menganggukan kepalanya. "Seperti orang ketakutan..."
"Apa... Mereka mulai... Mengganggunya?" tanya Namjoon dengan wajah cemas.
Aku menatap Namjoon. Wajahku juga mulai panik. "Apa secepat ini.. Mereka mulai bermain dengan Jimin?"
"Entahlah..." sahut Taehyung.
"Lalu, Jungkook mana? Bukankah kau pergi dengan Jungkook tadi?" tanya Hoseok sambil menatap Taehyung.
"Jungkook bilang mau pergi membeli sesuatu dan ingin sendirian, jadi aku meninggalkannya.." sahut Taehyung.
"Apa kau melakukan pekerjaanmu itu.. Dengannya?" tanya Namjoon sambil menatap Taehyung. "Jungkook masih sangat kecil! Jangan pernah melakukan itu dihadapannya, apalagi mengajaknya.. Bukankah aku sudah memperingatkanmu?"
Taehyung menggelengkan kepalanya. "Aku melakukannya sendirian. Kami berpisah tepat ketika kami keluar rumah bersama..."
"Ah.. Dahengiya..." sahut Namjoon sambil menghela nafasnya.
"Cih.. Kau bilang akan ada untukku, tapi kau masih begitu memperhatikan Jungkook juga?" gerutuku sambil menatap Namjoon.
Namjoon hanya tertawa. "Kan sudah kubilang, aku menyayanginya..."
Diiringi tawa Taehyung, Hoseok, dan Yoongi.
Dasar playboy! Huft...
Dan tiba-tiba handphoneku berdering.
Jungkook menelponku. Ada apa?
"Nugu, hyeong?" tanya Yoongi sambil menatapku.
"Jungkook..." sahutku sambil menekan tombol menjawab.
"Hyeong, kau dimana?" sahut Jungkook saat aku mengangkat panggilannya.
"Uh? Kami berlima sedang berkumpul di kamar Hoseok, ada yang aneh dengan Jimin, kau bisa kesini bergabung dengan kami?" sahutku.
"Jimin hyeong pingsan di kamarnya! Bisa kalian kesini sejenak?" sahut Jungkook.
Jimin? Pingsan?
"Araseo! Kami segera kesana!" sahutku sambil mematikan panggilan.
"Ada apa?" tanya Hoseok sambil menatapku. Semua tatapan mengarah ke arahku.
"Jimin pingsan di kamarnya, Jungkook minta kita segera kesana sekarang!" sahutku, dan kami segera berlari menuju kamar Jungkook.
,
,
,
AUTHOR POV
Keenam pria itu tengah berkumpul di kamar Jimin, memperhatikan Jimin yang tengah terbaring lemah di kasurnya.
"Apa yang terjadi?" tanya Jin kepada Jungkook.
Jungkook menggelengkan kepalanya. "Aku juga tak tahu.. Saat aku masuk rumah, aku mendengar teriakannya. Lalu aku menggedor kamarnya tapi ia tidak membukakan kamarnya, jadi kucoba membuka kamarnya ternyata tidak dikunci. Aku segera masuk, namun ia sudah pingsan, terbaring di depan kamar mandinya itu."
"Ada apa sebenarnya?" tanya Taehyung dengan tatapan mata penuh kecurigaan.
"Yoongi hyeong, Jin hyeong bilang kemarin pianomu berbunyi sendiri, apa benar?" tanya Namjoon tiba-tiba.
"Uh? Ah.. Majjayo... Waeyo?" sahut Yoongi.
Namjoon mengerutkan dahinya, terlihat tengah berpikir keras.
"Apa yang ada di pikiranmu, hyeong?" tanya Jungkook.
Namjoon menatap Taehyung, lalu menatap Yoongi. "Aku rasa teror kepada Jimin akan dimulai..."
"Secepat ini?" sahut Hoseok sambil membelalakan kedua bola matanya.
Namjoon menganggukan kepalanya. "Apapun yang dikatakan Jimin saat ia sadar nanti, jangan pernah kalian menunjukkan ekspresi yang mencurigakan! Katakan saja bahwa ia bermimpi!"
Namjoon menatap Jungkook. "Dan kau, Jungkook.. Jangan bilang kau menggendongnya ke kasur! Jangan bilang kau masuk ke kamarnya... Agar ia percaya ucapan kita bahwa ia bermimpi buruk, araseo?"
Jungkook menganggukan kepalanya. "Araseo, hyeong..."
"Jadi kita sepakat membuat apapun yang terjadi pada Jimin di kamar ini seolah hanyalah mimpinya?" sahut Yoongi.
"Araseo... Itu satu-satunya cara yang paling masuk akal.." sahut Taehyung.
Mereka berenam segera meninggalkan kamar Jimin agar Jimin tidak tahu bahwa mereka masuk kesana tadi..
.
.
.
TAEHYUNG POV
Aku berbaring di kamarku.
Ada apa dengan Jimin sebenarnya? Mengapa ia begitu ketakutan saat aku menepuk bahunya?
Dan kemarin, suara piano Yoongi hyeong yang berbunyi sendiri.
Ada apa sebenarnya kali ini?
Dan mengapa... Aura Jimin... Terlihat begitu berbeda? Dimataku...
Mengapa... Ketika pertama kali menatapnya... Aku merasa ada sesuatu yang tidak biasa darinya?
Auranya... Aku melihat aura aneh dalam tubuhnya...
Aku melihat aura keemasan, di sekujur tubuhnya...
Sebenarnya, siapakah Park Jimin itu?
Ia berasal dari Busan?
Mengapa auranya, begitu berbeda dari semua manusia yang pernah kutemui sebelumnya?
TOK! TOK!
Suara ketukan terdengar di pintu kamarku.
"Masuklah, tidak kukunci!" sahutku.
Dan sosok pria berambut orange kemerahan itu berjalan masuk dengan senyuman di wajahnya.
"Sedang apa, Taehyung a?" sahutnya menyapaku.
"Hanya sedang berpikir, ada apa dengan Jimin hari ini..." sahutku.
Hoseok hyeong menatapku. "Kau begitu memikirkannya? Apa kau.. Menyukainya?"
Aku tertawa. "Hahaha, mwoya, hyeong..."
Hoseok hyeong memajukan bibirnya beberapa sentimeter.
"Kau takut aku direbut olehnya?" sahutku dengan senyuman mematikan di wajahku.
"Yaishhhh... Kau memang menyebalkan!" gerutu Hoseok hyeong.
Aku langsung memajukan wajahku mendekati wajahnya, dan bibirku langsung kutempelkan ke bibirnya.
Aku bisa merasakan auranya yang begitu pasrah dengan ciumanku.
Ah, bukan pasrah! Aku tahu, ia sangat menikmatinya.
Aku terus melumat bibirnya tanpa ampun dan membuatnya semakin mabuk dengan pesonaku.
Aku mendorong tubuhnya hingga terbaring di atas kasurku. Aku berada tepat di atasnya, dan permainan kami pun dimulai.
.
.
.
JIN POV
Petir kembali bergemuruh.
Aku menatap jam di kamarku.
Pukul 10:45 PM.
Mengapa sejak tadi sore hujannya tidak juga berhenti?
Dan mengapa aku merasakan aura yang aneh?
DUAR! DUAR!
Petir semakin bergemuruh kencang di luar sana.
Dan benar saja, firasatku yang sedari tidak enak membuktikan ada sesuatu!
Patung di kamarku itu! Patung itu...
Kembali meneteskan air mata berwarna hijau.
Aku membelalakan kedua bola mataku!
Dan lagu itu kembali terngiang di benakku.
"It's not that I believe it
But that I want to try holding out
Because this is all that I can do
I want to remain
I want to dream more
Even so, what I'm saying is
That it's time to leave
Yeah it's my truth
It's my truth
I will be covered with wounds all over
But it's my fate
It's my fate
Still, I want to struggle and fight
Maybe I, I can never fly
I can't fly like the flower petals over there
Or as though I have wings
Maybe I, I can't touch the sky
Still, I want to stretch my hand out
I want to run, just a bit more"
Dan kedua air mataku pun meneteskan air mata.
Dadaku terasa sesak, sangat sesak.
Namun, sekali lagi, aku harus bertahan!
Aku masih ingin bermimpi, namun...
Ya, aku harus kuat!
.
.
.
YOONGI POV
Petir yang tak juga berhenti sedari tadi.
Apa yang tengah dilakukan si bodoh itu? Aku bisa merasakan auranya!
Si bodoh itu memang keterlaluan!
Cih...
Ah, ngomong-ngomong, aku sangat penasaran, apa yang sebenarnya membuat Jimin begitu ketakutan sebenarnya?
Apa yang membuat Jimin sampai pingsan di kamarnya.
Kata Jungkook, ia pingsan di depan kamar mandi.
Berarti... Ia melihat sesuatu... Dalam kamar mandinya?
Aku memicingkan mataku. Berpikir keras. Apa yang sebenarnya terjadi...
Aku sendiri jadi heran, mengapa semakin kesini, aku semakin memikirkannya?
Apakah aku... Benar-benar tertarik padanya?
Aku kembali menatap pianoku.
Ngomong-ngomong, siapa yang memainkan pianoku sebenarnya kemarin?
.
.
.
JUNGKOOK POV
Aku terbangun tengah malam.
Cih!
Ini pasti ulahnya lagi!
Aku menatap sosok itu.
Sosok yang tengah berdiri tepat disamping lemari pakaianku.
Seorang pria yang sangat kukenal.
Sekujur tubuhnya penuh dengan luka tusuk, luka bekas pukulan bertubi-tubi, dan luka bakar.
Wajahnya hancur terbakar, namun aku masih bisa mengenalinya.
Matanya yang hancur karena luka bakar, dan kulitnya yang hitam kemerahan, akibat luka bakar yang bercampur dengan darah.
Kedua tangannya gosong, dan perutnya penuh luka tusuk yang meneteskan darah.
Pria yang mati mengenaskan itu kembali menghampiriku.
"Mianhae, hyeong.. Aku tidak bisa membantumu apapun... Mianhae.." sahutku sambil menatapnya.
Walaupun matanya hancur terbakar, namun aku masih bisa melihat betapa ia menatapku dengan tatapan sangat memohon.
Aku menggelengkan kepalaku. "Andwe... Tak ada yang bisa kuperbuat... Aku... Tidak akan bisa menghentikannya... Karena, semua sudah melekat begitu erat di dirinya... Mianhae..."
Sosok pria menyeramkan itu berjalan menghampiriku.
"Yoongi hyeooooong!" Aku berteriak sekeras-kerasnya, karena aku yakin Yoongi hyeong yang kamarnya berseberangan denganku pasti mendengar teriakanku lagi, seperti yang sudah-sudah.
Dan benar saja, tak lama kemudian Yoongi hyeong membuka pintu kamarku, dan sosok pria menyeramkan itu kembali menghilang.
"Waeyo?" tanya Yoongi hyeong sambil menatapku.
Aku meneteskan air mata.
"Aigoooo~ Ia... Mengganggumu lagi?" sahut Yoongi hyeong sambil berjalan ke arahku.
Aku menganggukan kepalaku sambil mulai terisak dalam tangis, dan dengan sangat lembutnya Yoongi hyeong memeluk tubuhku.
Dan seperti biasanya, aku selalu merasa nyaman, dalam pelukan Yoongi hyeong.
Dan lagu itu seolah kembali terdengar di telingaku.
"Love you my brother, thanks to my brothers
I now have emotions I became me
So I'm me
Now I'm me
You make me begin
You make me begin
You make me begin
(Smile with me smile with me
smile with me)
You make me begin
(Smile with me smile with me)"
"Gwenchana, Jungkook a... Gwenchana..." sahut Yoongi hyeong sambil terus mengusap pelan kepalaku untuk menenangkanku.
Dan tak lama kemudian aku tertidur lelap, dalam pelukan Yoongi hyeong.
.
.
.
NAMJOON POV
TOK! TOK!
Pagi-pagi sekali, sekitar pukul 04.50 AM, pintu kamarku diketuk.
Aku membuka kedua mataku dan berkata dengan suara serak karena baru saja terbangun.
"Nuguya?" sahutku.
"Na~ Seokjin~" sahut suara di depan kamarku.
"Masuk saja hyeong, tidak kukunci..." sahut Namjoon.
Dan sosok pria bertubuh tinggi dengan bahu lebar dan rambut berwarna pink itu berjalan masuk ke dalam kamarku.
Wajahnya terlihat kurang tidur dan... Seperti habis menangis.
"Waeyo? Kau menangis? Ada apa, hyeong?" tanyaku saat menatap wajahnya.
Jin hyeong duduk di tepi kasurku.
"Namjoon a... Aku rasa ia mulai melakukannya... Lagi..." sahut Jin hyeong.
Kedua bola matanya mulai digenangi air mata.
"Jinjja?" sahutku sambil menatap wajah Jin hyeong dengan ekspresi terkejut.
"Patung itu... Kembali meneteskan air mata berwarna hijaunya.. Kau tahu kan apa artinya itu?" sahut Jin hyeong.
Air mata mulai menetes dari kedua matanya yang indah itu, membasahi wajah manisnya.
"That bastard..." Aku memeluk tubuh Jin hyeong, dan membiarkannya menangis dalam pelukanku.
"Sudah saatnya kurasa bagimu untuk menghancurkan patung itu, hyeong..." sahutku sambil terus memeluk tubuh Jin hyeong, menenangkannya.
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top