CHAPTER 3 : A MYSTERY OF PIANO
Title: Bangtan Fear Street
Cast: Jin, Suga, Namjoon, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook
Lenght: Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95}
Semua visualisasi member Bangtan disini based on MV "Blood, Swet, Tears" ya.
CHAPTER 3 : A MYSTERY OF PIANO
.
AUTHOR POV
Semua terasa baik-baik saja.
Kehidupan Jimin terlihat baik - baik saja selama seminggu berjalan ia bekerja di rumah mewah itu.
Dan benar saja, keenam pria itu memperlakukannya selayaknya keluarga, bukan seperti pelayan ataupun pembantu.
Namun, Jimin agak kebingungan, mengapa mereka lebih banyak berada di kamar mereka daripada berangkat ke kantor yang mereka jalankan.
Namjoon yang paling sering pergi di siang hari dan baru kembali sore hari.
Yoongi paling jarang terlihat di rumah itu karena nyaris selalu tertidur di kamarnya.
Sementara Taehyung paling sering keluar di malam hari dan baru kembali setelah jam satu pagi.
Dan Hoseok serta Jungkook yang paling banyak meluangkan waktu untuk bermain dengan Jimin di rumah itu.
.
.
.
JIMIN POV
"Jimin a, temani aku belanja ke mini market ya... Aku harus membeli bahan makanan untuk persediaan minggu ini.." sahut Jin hyeong pagi itu ketika aku baru saja menyapu dan mengepel lantai satu.
"Ah.. Ne, hyeong.. Jam berapa kita akan berangkat? Aku rasa aku harus mandi dulu.. Bajuku bau keringat.." sahutku.
"Oke, setengah jam lagi kita berangkat, ya.." sahut Jin hyeong.
Aku menganggukan kepalaku lalu berjalan masuk ke kamarku, bersiap untuk mandi dan menemani Jin hyeong berbelanja.
Jin hyeong pria yang luar biasa! Ia bukan hanya terlihat manis.. Ia bahkan sangat pandai memasak, dan masakannya selalu enak...
Aku rasa aku semakin betah berada disini..
Aku seperti menemukan sebuah keluarga yang sangat menyayangiku.
Uhm... Tapi, aku masih agak takut dengan Taehyung..
Karena auranya... Agak mengerikan bagiku...
Aku berjalan masuk ke dalam kamar mandi dan menyalakan shower, bersiap untuk mandi.
Namun, dengan anehnya, aku mendengar ada suara piano.
Lantunan nada yang terdengar sangat sedih.
Uh? Apa ada piano di rumah ini?
Aku menoleh kesekelilingku dengan kebingungan.
Dan tiba-tiba air shower yang menyala dihadapanku ini menjadi sangat hangat.
Uh?
Aku terkejut karena jelas-jelas keran shower ini kuarahkan ke kanan, yang berarti seharusnya airnya dingin. Jika kugeser ke arah kiri baru air panas yang seharusnya keluar.
"Mwoya igo?" Aku bergumam kebingungan.
Dan tak lama kemudian suara piano itu menghilang. Dan air shower kamar mandiku ini kembali dingin.
Aku menggaruk kepalaku, lalu memutuskan untuk tidak memikirkannya terlalu jauh.
Aku memutuskan untuk lanjut mandi karena Jin hyeong sudah menungguku.
.
.
.
JUNGKOOK POV
Yaishhh~ Imma! Mengapa ia memainkan pianonya siang hari begini?
Aku menggerutu mendengar si hyeong yang super cuek itu lagi-lagi tidak menggubris teguran kami!
Dan sebelum aku sempat membuka pintu kamarku, aku bisa mendengar langkah kaki berjalan menuju kamar Yoongi hyeong yang berada tepat di depan kamarku.
"Hyeong! Geumanhae, jinjja, yaish!" gerutu suara yang tak asing di telingaku itu.
Tentu saja, si psychopath Kim Taehyung. Rasakan kau, Yoongi hyeong. Hahaha...
Tak lama kemudian kudengar pintu kamar Yoongi hyeong terbuka.
"Waeyo?" gerutu Yoongi hyeong.
"Mengapa kau bermain piano siang-siang begini?" gerutu Taehyung hyeong.
Aku terus menguping dari dalam kamarku.
"Yaaaa! Aku tidak memainkan pianoku!" gerutu Yoongi.
Mwoya? Yoongi hyeong tidak memainkan pianonya?
Kalau begitu, suara tadi itu... Apa?
.
.
.
JIN POV
Aku segera berlari ke lantai dua dan melihat Taehyung sudah berdiri di depan kamar Yoongi.
"Yoongi a, jangan memainkan pianomu siang-siang begini! Bukankah kami sudah memperingatkanmu?" sahutku menegur Yoongi.
"Ia bilang ia tidak menyentuh pianonya sama sekali, hyeong.." sahut Taehyung sambil menatapku dengan tatapan anehnya.
"Mwoya?" Aku membelalakan kedua bola mataku.
Yoongi menguap sambil menganggukan kepalanya.
Melihat ekspresinya, memang ia terlihat seperti abru saja bangun tidur.
Atau memang wajahnya selalu begitu? Ha...
"Lalu, siapa yang menyentuh pianomu? Suaranya terdengar jelas hingga lantai satu!" sahutku.
Yoongi mengacak pelan rambutnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Apa ia... Kembali? Dan memainkan pianomu?" tanyaku sambil menatap Yoongi.
"Aku rasa yang kau pikirkan benar, hyeong.." sahut Taehyung.
Aku membelalakan kedua bola mataku.
"Igo mwoya? Jimin! Jimin... Bagaimana dengan Jimin?" sahutku panik.
Aku dan Taehyung segera berlari ke lantai satu, menuju ke kamar Jimin.
.
.
.
YOONGI POV
Apa aku tertidur terlalu pulas? Aku bahkan tak mendengar bunyi apapun di kamarku!
Aku menatap piano tua berwarna coklat tua itu di sudut kamarku.
"Apa kau kembali? Apa kau... Benar-benar kembali?" gumamku sambil menatap piano itu.
Namun tak ada pergerakan apapun.
Jadi kuputuskan untuk kembali tidur.
Ah, Jimin!
Bagaimana keadaan Jimin?
Aku harus segera ikut menyusul ke bawah!
Aku membuka pintu kamarku dan berlari menuju kamar Jimin.
Jin hyeong, Jimin, dan Taehyung tengah berdiri disana, bertiga.
"Uh? Kau kenapa terlihat habis berlari juga, hyeong?" tanya Jimin sambil menatapku dengan tatapan polosnya.
"Ah.. Aniya..." sahutku.
Aku menatap Jin hyeong dan Taehyung, berusaha bertukar pandang, menanyakan keadaan Jimin.
Taehyung berjalan menghampiriku. "Temani aku mencari udara ke kebun belakang, hyeong.."
Aku mengikuti Taehyung. "Uh.. Kajja..."
"Ia baik-baik saja..." sahut Taehyung.
"Syukurlah..." sahutku.
"Apa ia tidak mendengar suara pianonya?" sahut Taehyung.
"Kau tidak bertanya?" tanyaku.
Taehyung menggelengkan kepalanya. "Aku dan Jin hyeong berlari ke kamarnya, namun ketika kami tiba di depan kamarnya, ia baru saja keluar dari kamarnya dan kebingungan menatap kami yang tengah berlarian.."
"Lalu? Kalian bilang apa?" tanyaku.
"Jin hyeong bilang apa Jimin sudah siap... Mereka mau belanja bahan makanan bersama sepertinya..." sahut Taehyung.
"Dahengiya..." sahutku sambil menghela nafas.
"Apa ia... Benar-benar kembali, hyeong?" tanya Taehyung.
Aku menggelengkan kepalaku. "Sejujurnya, aku bahkan tak mendengar suara apapun dari dalam kamarku.. Apa aku tidur sepulas itu?"
"Kau memang seperti mayat kalau sudah tidur, ckckck~" gerutu Taehyung.
Aku menatap Taehyung.
"Taehyung a, sampai kapan kau akan biru itu?" tanyaku.
Taehyung tersenyum menyeringai.
"Sampai aku ingin melepasnya... Entah kapan..." sahutnya dengan seringai di wajahnya.
Aku hanya menganggukan kepalaku.
"Terserah kau saja lah~" sahutku.
.
.
.
AUTHOR POV
Jin dan Jimin dalam perjalanan menuju mini market yang berada di kawasan Bangtan Fear Street itu.
"Hyeong.. Aku masih bingung, mengapa setiap malam, setelah matahari terbenam, lingkungan sekitar sini pasti langsung sunyi?" tanya Jimin.
"Uh?" Jin menatap Jimin.
"Waktu malam itu aku pertama berjalan ke rumahmu, hyeong... Suasananya sangat sepi... Dan selama seminggu aku disini pun merasa sangat sepi entah kenapa..." sahut Jimin.
Jin menatap Jimin, lalu tersenyum.
"Jimin a... Maaf bukannya bermaksud mengejekmu atau bagaimana.. Tapi memang kehidupan disini berbeda jauh dengan kampung halamanmu.. Kau tinggal di daerah kampung di Busan kan? Sementara Bangtan Fear Street ini termasuk wilayah elit.. Jadi, semua orang menyibukkan dirinya di rumah masing-masing..." sahut Jin.
"Ah~ Aku mengerti sekarang! Tapi, mengapa diberi nama Fear Street ya, hyeong? Jalan ketakutan? Jalan menakutkan?" sahut Jimin.
"Sudahlah, itu urusan mereka yang meberi nama~ Ayo sekarang sudah sampai, waktunya belanja~ Hehehe~" sahut Jin sambil mengacak pelan rambut abu-abu kecoklatan milik Jimin.
"Ne~" sahut Jimin sambil tersenyum sangat manis.
Mereka berdua masuk ke dalam dan mulai memilih apa saja yang akan mereka beli, lalu dimasukkan ke dalam keranjang belanjaan.
Jin terlihat sangat dewasa dan bisa menjaga Jimin selayaknya seorang dongsaeng.
Hal itu membuat Jimin merasa sangat nyaman berada bersama Jin.
Jin dan Jimin terlihat sangat bahagia sambil memilih beberapa peralatan rumah yang menurut Jimin sudah agak rusak dan saatnya diganti.
Jin iseng meletakkan sebuah baskom berwarna pink di kepala Jimin.
"Kyeopta, Jimin a~ Hehehe~" sahut Jin sambil tersenyum.
"Apa ini membuatku terlihat manis, hyeong? Sepertimu dengan rambut pinkmu itu? Hehehe~" sahut Jimin sambil tersenyum.
"Senyuman polos yang manis.." gumam batin Jin saat menatap Jimin.
"Ayo, sudah agak siang, saatnya kita kembali ke rumah.." sahut Jin.
Jimin mendorong trollynya dan mengikuti Jin menuju kasir untuk membayar semua yang ada di trolly mereka.
Setelah selesai membayar, Jin membeli dua buah es krim yang dijual di depan mini market itu.
"Untukmu.." sahut Jin sambil menyodorkan sebatang es krim untuk Jimin.
"Ah, gumapta, jinjja~" sahut Jimin sambil mengambil es krim yang disodorkan padanya itu.
Mereka berjalan sambil memakan es krim dan menenteng kantong belanjaan mereka.
Tiba-tiba Jimin ingat sesuatu.
"Ah, hyeong.. Apa di rumah kalian ada piano?" tanya Jimin.
"Uh?" Jin nyaris tersedak mendengar pertanyaan Jimin.
"Tadi saat aku mandi, aku mendengar suara piano..." sahut Jimin sambil menatap Jin dengan tatapan polosnya.
"Uh?" Jin berakting kebingungan. "Aku rasa kau salah dengar.. Tak ada piano di rumah kita.. Kau kan tahu tak ada piano disana..."
"Aku kira di salah satu kamar kalian ada piano, hehehe~ Mungkin memang aku salah dengar karena terlalu sering mendengarkan mp3 dengan earphone..." sahut Jimin sambil tersenyum, lalu kembali sibuk menjilati es krim di tangannya yang mulai agak mencair itu.
Jin melirik menatap Jimin diam-diam.
Ekspresi aneh terbentuk di wajahnya.
.
.
.
YOONGI POV
Wajah manis itu terlihat dari kejauhan, tengah menenteng beberapa kantong belanjaan dan tengah tertawa bersama si pinky hyeong satu itu.
"Kalian darimana?" tanyaku ketika mereka berdua masuk ke dalam rumah.
"Berbelanja~" sahut Jin shyeong sambil tersenyum ke arahku.
Aku menatap Jimin yang tengah menatapku.
"Ah, kau sudah bangun dari tidur siangmu, hyeong?" tanya Jimin padaku.
Cih! Bagaimana ia tahu aku baru bangun tidur?
Aku menganggukan kepalaku.
"Mengapa kalian tidak mengajakku? Aku sedang bosan.." sahutku.
"Kau? Berbelanja? Whoaaa~ Ini pertama kalinya dalam hidupku, aku mendengarmu memintaku mengajakmu berbelanja, jinjja..." Jin hyeong menatapku dengan ekspresi tidak percaya.
Pabo neo, pinky hyeong! Untuk apa kau berbicara seperti itu?
Apa kau tidak mengerti maksud ucapanku? Cih...
"Yoongi hyeong tidak pernah menemanimu belanja, hyeong?" tanya Jimin kepada Jin hyeong.
Jin hyeong, dengan bodohnya, menganggukan kepalanya. "Sama sekali tidak pernah..."
Jimin menatapku. Dan tersenyum!
"Kalau begitu, lain kali kau harus ikut kami belanja ya, hyeong~ Itu sangat menyenangkan.. Jinjja~" sahutnya sambil tersenyum.
Senyuman yang membuatku jadi ingin segera berlari memainkan piano di kamarku! Namun tentu saja harus kutahan keinginanku itu.
.
.
.
JIMIN POV
Akhirnya malam tiba dan waktunya bagiku untuk beristirahat.
Aku merebahkan tubuhku di kasurku dan mulai memejamkan mataku.
Namun, kurasa aku kembali berhalusinasi.
Karena entah mengapa, ketika aku diantara sadar dan tidak, aku mendengar lantunan piano memainkan sebuah lagu dengan nada yang menyedihkan.
Dan anehnya aku seperti mendengar suara seseorang bernyanyi juga!
Aku bahkan tak yakin ini mimpi atau nyata, karena aku benar-benar sangat mengantuk dan aku sendiri bahkan tidak tahu aku ini masih sadar atau sudah tertidur.
Tapi aku bisa mendengar jelas lantunan piano dan sebuah suara agak serak tengah bernyanyi.
Dan suara itu terasa tak asing di telingaku. Tapi aku tak bisa mengingat suara siapa yang tengah bernyanyi itu, padahal rasanya sangat tidak asing di telingaku!
"The corner of my memory
A brown piano settled on one side
In the corner of my childhood house
A brown piano settled on one side
I remember that moment
Way taller than my height
The brown piano that guided me
I looked up to you
I yearned for you
When I touched you with my small finger
I feel so nice mom I feel so nice
I played the piano wherever my hands took me
I didn't know your significance back then
Back then I was content with just looking at you
I remember back during my elementary school days
When my height became taller than yours
I neglected you when I once yearned for you so
On top of the white jade-like keyboard
Dust is piling on
Your image that has been neglected
Even then I didn't know your significance
No matter where I am
You always defended that spot
But I didn't know that would be the last
You say don't leave like this
Don't worry even if I leave
You'll do well on your own
I remember when I first met you
Before I knew it you grew up
Though we are putting an end to our relationship
Don't ever feel sorry to me
I will get to meet you again
no matter what form
Greet me happily then
I remember back then when I met you that
I had completely forgotten, when I was around 14
The awkwardness was only for a moment, I touched you again
Even though I was gone for a long time
Without repulsion
You accepted me
Without you there's nothing
After the dawn, two of us
We welcomed the morning together
Don't let go of my hand forever, I won't let go of you again either
I remember back then
We burned up the last of my teen's
Yes the days when we couldn't see an inch in front of us
We laughed, we cried
Those days with you,
those moments are now in memories
I said, grasping my crushed shoulder
I really can't do any more
Every time I wanted to give up
By my side you said
Bastard you can really do it
Yeah, yeah
I remember back then
When I was fed up and lost
Back then when I fell into a pit of despair
Even when I pushed you away
Even when I resented meeting you
You were firmly by my side
You didn't have to say anything
So don't ever let go of my hand
I won't let you go ever again either
My birth and the end of my life
You will be there to watch over it all
The corner of my memory
A brown piano settled on one side
In the corner of my childhood house
A brown piano settled on one side"
Suara itu lambat laun menghilang, dan aku tidak ingat apa-apa lagi.
Jika memang ini hanya mimpi, aku rasa mimpi ini cukup indah, karena jujur saja, aku menyukai lagu yang kudengar barusan itu.
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top