CHAPTER 17 : THE TRUTH OF SUGA AND V

Title: Bangtan Fear Street

Cast: Jin, Suga, Namjoon, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook

Lenght: Chapter

Rating: 15+

Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95}

Semua visualisasi member Bangtan disini based on MV "Blood, Swet, Tears" ya.

CHAPTER 17 : THE TRUTH OF SUGA AND V

.

NAMJOON POV

"Jungkook... Tadi sepertinya ia melihat Yoongi bersama dengan Jimin... Aku berpapasan dengannya di tangga, dan aku bisa melihat wajahnya tengah menangis... Bisakah kumohon kau tenangkan dia? Aku takut... Jika Suga benar-benar sudah kembali.. Dan Suga merasuki tubuh Jungkook lagi seperti sebelum-sebelumnya... Bagaimana dengan nasib Jimin jika Suga kembali merasuki tubuh Jungkook?" sahut Jin hyeong.

"Jungkook? Menangis? Melihat Yoongi hyeong bersama Jimin?" tanyaku sambil membelalakan kedua bola mataku.

Ingatanku kembali ke beberapa waktu yang lalu.

Ketika pertama kali pria muda itu masuk ke rumah kami sebagai pelayan.

Awalnya semua biasa saja, sampai ketika tiba-tiba pria itu.. Jatuh cinta kepada Yoongi hyeong..

Dan semua mulai berantakan.

Suga, sosok dewa kegelapan dari Daegu yang mendiami piano terkutuk itu, sangat mencintai Yoongi hyeong sejak pertama kali jari jemari Yoongi hyeong memainkan tuts-tuts piano itu, dan detik itu juga Suga beranggapan bahwa Yoongi hyeong hanyalah miliknya seorang.

Dan Suga berkali-kali membunuh siapapun yang berusaha mendekati Yoongi hyeong, dengan merasuki tubuh Yoongi hyeong, membuat Yoongi hyeong akhirnya dijerumuskan untuk bergabung di tempat itu.

Namun anehnya, entah karena Jungkook juga sangat suka memainkan piano laknat itu, atau karena Jungkook juga memiliki kekuatan aneh dalam tubuhnya, Suga bisa berdamai dengan Jungkook dan tidak pernah berusaha membunuh Jungkook walau Suga tahu Jungkook begitu mencintai Yoongi hyeong.

Bahkan Suga dan Jungkook saling melengkapi setiap kali mengetahui ada orang lain yang menaruh ketertarikan kepada Yoongi hyeong.

Seperti pria muda pelayan pertama kali itu.

Aku ingat betul, malam itu pria muda itu menyatakan perasaannya kepada Yoongi hyeong.

Yoongi hyeong menolak pria itu dan pria itu menangis karena penolakan Yoongi hyeong. Yoongi hyeong berusaha memeluk pria muda itu untuk menenangkan tangisnya, dan Jungkook melihat dari kejauhan ketika Yoongi hyeong memeluk pelayan pertama kami itu.

Jungkook, yang tidak tahu bahwa pria itu sebenarnya telah ditolak Yoongi hyeong, berlari ke kamarnya dan menangis.

Suga, yang menyadari betapa kuat rasa kesal dan patah hati yang tengah Jungkook rasakan, memanfaatkan kelemahan hati Jungkook.

Suga masuk ke dalam tubuh Jungkook yang hatinya sedang sangat lemah itu, lalu merasuki pikiran Jungkook dengan hawa nafsu membunuhnya.

Malamnya, Jungkook segera masuk pelan-pelan ke kamar pelayan pertama kali kami itu, dengan membawa kotak peralatan yang diperolehnya dari kamar Taehyung.

Jungkook, yang dirasuki Suga, segera mencekik pria itu sampai ia pingsan karena sesak nafas, lalu Jungkook mengeluarkan pisau itu dari kotak milik Taehyung dan mulai menyayat-nyayat wajah pria muda itu.

Pria itu terbangun dari pingsannya dan berteriak sangat kencang merintih kesakitan.

Namjun, Jungkook yang dirasuki Suga itu semakin senang melaksanakan aksi beringasnya mendengarkan rintihan kesakitan korbannya.

Jungkook yang dirasuki Suga itu dengan sadisnya mencongkel bola mata kiri pria muda itu, membuat darah bermuncratan kemana-mana.

Dan pada akhirnya, ia mengambil palu besar dari dalam kotak itu dan memukuli batok kepala pria muda itu hingga kepalanya hancur, dan pria muda itu meninggal seketika.

Mayatnya dibuang begitu saja di semak-semak yang ada di taman Bangtan Street, membuat keesokan paginya suasana Bangtan Street menjadi kacau ketika mayat itu ditemukan dengan kondisi sangat mengenaskan.

Semua penduduk menjerit ketakutan, dan tentu saja, kami berlima juga berpura-pura menangis ketakutan melihat mayat itu.

Dan bukan hanya pria muda itu saja korbannya.

Pelayan kedua kami, entah mengapa bisa-bisanya jatuh cinta juga kepada Yoongi hyeong, dan waktu itu Yoongi hyeong menolong pelayan kedua kami ketika ia nyaris tertabrak kendaraan di depan rumah.

Mereka berdua jatuh sambil berpelukan di tepi jalan, membuat rasa cemburu Jungkook meningkat, dan lagi-lagi Suga memanfaatkan kesempatan itu untuk merasuki tubuh Jungkook.

Tengah malam, pelayan kedua kami seluruh tubuhnya diikat, lalu dibaringkan di tengah jalanan kosong di ujung gang Bangtan Street.

Tatapan matanya membelalak ketakutan, seolah memohon ampun, namun tentu saja Jungkook yang dirasuki Suga itu tidak akan mengampuninya.

Ujung gang itu sangat ditakuti karena rumor yang beredar mengatakan bahwa di ujung gang itu terdapat hantu penunggu yang mengerikan. Dan rumor itu bermula ketika sosok V dengan sayap hitamnya menampakan diri disana setelah memutilasi korbannya waktu itu.

Ada yang tidak sengaja melihat sosok V dengan sayap hitam dan tangan berlumuran darah itu, dan keesokan harinya rumor itu pun beredar.

Jungkook yang tengah dirasuki Suga itu segera menyalakan mobil tua yang memang sudah lama terparkir dan tak terpakai di sebuah gedung tua dekat ujung gang itu, dan dengan tanpa ampun mobil itu dilajukan, melindas tubuh pelayan kedua kami itu dengan kencangnya.

Dan mayat pelayan kedua kami yang sangat terlihat mengenaskan itu dibiarkannya tergeletak begitu saja, membuat keesokan harinya lagi-lagi suasana di Bangtan Street menjadi semakin kacau.

Dan sejak saat itulah daerah ini berubah nama.

Dari Bangtan Street, menjadi Bangtan Fear Street.

Banyak warga yang memutuskan pindah keluar demi keselamatan mereka, dan sejak saat itu Bangtan Fear Street menjadi kawasan yang sangat sepi.

Pelayan ketiga kami bernasib sama. Mencintai Yoongi hyeong, dan karena pelayan ketiga kami ini sering sakit-sakitan maka Yoongi hyeong sering membelikannya obat.

Tanpa Yoongi hyeong sadari, semua perhatiannya itu membuat Jungkook cemburu, dan membuat Suga kembali beraksi merasuki tubuh Jungkook.

Malamnya, dengan tanpa ampun, Jungkook yang dirasuki Suga kembali memutilasi pelayan ketiga kami.

Kupingnya dipotong hingga darah bermuncratan kemana-mana...

Mata dan hidungnya disayat-sayat dengan sebuah pisau kecil dengan sadisnya, tangan kanannya dibacok dengan kampak hingga putus, dan mayatnya dibuang di tepi danau dekat Bangtan Fear Street.

Dan hanya aku, Jin hyeong, dan Taehyung yang mengetahui hal ini.

Karena hanya kami bertiga yang memiliki kemampuan untuk melihat pikiran Jungkook.

Jungkook sendiri hingga detik ini tidak mengetahui bahwa semua mayat itu meninggal di tangannya.

Hoseok dan Yoongi hyeong juga tidak mengetahui apa-apa karena kami bertiga berjanji hanya kami bertiga saja yang mengetahui hal ini.

Namun, tak sengaja Yoongi hyeong mendengar pembicaraanku dengan Jin hyeong waktu itu, membuat Yoongi hyeong begitu marah dan memaki Suga tanpa ampun, karena menyakiti mereka yang tidak bersalah, dan juga karena merasuki tubuh Jungkook dan membuat kedua tangan Jungkook membunuh ketiga korban itu...

Dengan penuh rasa amarahnya, Yoongi hyeong memukuli piano di kamarnya itu dengan palu.

Membuat Suga... Pergi dari piano yang ada dalam kamar Yoongi hyeong itu.. Membuat Suga pergi menghilang entah kemana... Karena Suga merasa sagat tersakiti dengan semua teriakan dan ancaman Yoongi hyeong..

Suga merasa terluka dengan kemarahan Yoongi hyeong, dan memutuskan menghilang dari hadapan Yoongi hyeong.

.

.

.

YOONGI POV

Ketika aku dan Jimin sedang asik berciuman sambil berbaring, tiba-tiba saja Jimin berteriak kesakitan.

Dadanya terasa sangat sesak, dan keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.

Aku baru menyadari, beberapa menit yang lalu petir bergemuruh, menandakan si psikopat gila itu tengah bercinta dengan seseorang!

Dan aku baru teringat apa yang dikatakan Jin hyeong, bahwa jika Taehyung berhubungan dengan Hoseok, tubuh Jimin yang pernah bercinta dengan V akan merasakan kesakitan yang teramat, dan tenaganya akan terkuras hingga merasa sangat lemah.

Aku segera memeluk erat tubuh Jimin, berusaha mengurangi rasa sakitnya.

"Arghhhhhhhhhhhhh!" teriak Jimin.

Aku berusaha sebisa mungkin menenangkan Jimin, namun Jimin terus meronta dan berteriak kesakitan, sampai akhirnya ia terkulai lemas dalam pelukanku.

Si brengsek Kim Taehyung! Haruskah aku benar-benar membunuhnya kali ini?

Aku memakaikan semua pakaian Jimin ke tubuhnya yang terbaring pingsan, lalu aku mengenakan pakaianku, dan segera berlari ke kamar Hoseok.

Aku mengetuk pintunya, tak ada jawaban, jadi kubuka pintu kamarnya, dan benar saja, kamarnya kosong, ia tidak ada disana.

Hoseok pasti.. Ada di kamar Taehyung...

Sedang asik bercinta degan psikopat itu cih!

.

.

.

JUNGKOOK POV

Aku mendengar Namjoon hyeong memanggil namaku sambil mengetuk pintu kamarku.

"Masuk, hyeong.." sahutku sambil menghapus sisa air mata yang membasahi wajahku.

Namjoon hyeong berjalan menghampiriku dan duduk di tepi ranjangku, tepat disampingku.

"Jungkook a~ Gwenchana?" tanyanya sambil menatapku.

Jin hyeong.. Pasti Jin hyeong yang memberitahunya bahwa aku menangis...

Aku menganggukan kepalaku. "Gwenchana, hyeong.."

"Matamu masih merah..." sahutnya.

"Aku hanya butuh waktu sejenak untuk menenagkan perasaanku, hyeong... Tenang saja..." sahutku.

Namjoon hyeong terlihat agak bingung.

Aku tahu mengapa ia bingung begini.

Di satu sisi, ia pasti ingin berusaha mengabaikanku agar perasaannya padaku bisa berkurang, dan suatu saat menghilang.

Namun, di sisi lain, hatinya yang lunak itu tidak mungkin mengabaikanku yang sedang kacau begini.

"Mianhae, hyeong..." sahutku.

"Uh? Untuk apa?" tanyanya sambil menatapku.

"Karena aku... Tidak pernah bisa.. Menerima cintamu untukku..." sahutku.

"Uhuk~" Namjoon hyeong terbatuk.

Aku menatap wajahnya. "Ini karmaku, karena mengabaikan perasaanmu tanpa memikirkan perasaanmu sama sekali, hyeong.."

Namjoon hyeong menepuk pelan bahuku. "Aku tidak pernah berharap kau mendapat karma seperti ini, Jungkook a..."

Aku menundukkan kepalaku.

"Apa kau... Kini.. Membenci Jimin?" tanyanya sambil menatapku.

Aku menatap balik ke arahnya. "Mengapa kau bertanya seperti itu, hyeong?"

"Kumohon.. Tenangkan perasaanmu... Aku berharap kali ini kau tidak membenci Jimin... Aku tidak ingin nasib Jimin seperti mereka yang sudah-sudah.." sahut Namjoon hyeong.

"Uh?" Aku menatap wajahnya dengan kebingungan.

"Aku hanya berpikir... Nasib para pelayan sebelum Jimin... Semua meninggal dengan tragis kan? Mengapa mereka meninggal dengan tragis? Tepat ketika rasa cemburumu kepada mereka begitu bergejolak..." sahutnya.

Aku membelalakan kedua bola mataku. "Apa.. Maksudmu, hyeong?"

Namjoon hyeong terlihat ingin mengatak sesuatu namun ragu.

"Intinya, kumohon agar kali ini kau jangan membenci Jimin... Karena aku merasa, ketika kau merasa kau membenci seseorang, selalu ada kejadian buruk yang menimpa orang itu.. Dan aku.. Tidak ingin Jimin bernasib sama dengan mereka yang sudah-sudah..." sahutnya.

Aku memiringkan kepalaku.

Apa aku.. Diam-diam... Memiliki kekuatan seperti itu?

Apa aku... Semenyeramkan itu?

Tapi, yang dikatakan Namjoon hyeong ada benarnya!

Kalau kupikir-pikir sekarang, mereka selalu ditemukan meninggal sehari setelah aku merasa sangat cemburu pada mereka...

"Hyeong.. Apa kau tahu sesuatu tentangku?" tanyaku sambil memegang kedua bahu Namjoon hyeong.

Namjoon hyeong menatapku sekilas, lalu menggelengkan kepalanya. "Hanya firasatku saja.. Aku tak tahu apapun, Jungkook a..."

Namjoon hyeong keluar dari kamarku, membuatku berpikir dengan sangat keras.

Apa yang dikatakan Namjoon hyeong.. Cukup masuk akal...

Lalu.. Apakah aku... Memiliki kemampuan membunuh seseorang hanya dengan pikiranku saja?

.

.

.

TAEHYUNG POV

Hoseok sudah kembali ke kamarnya.

Aku duduk sambil memejamkan kedua bola mataku, sambil bersenandung menyanyikan sebuah lagu ciptaanku.

Stigma.

"I've been hiding it
I tell you something
Just to leave it buried
Now I can't endure it anymore
Why couldn't I say it then
I have been hurting anyway
Really I won't be able to endure it

Now cry
It's only that I'm very sorry towards you
Again, cry because I couldn't protect you

Deeper, deeper, the wound just gets deeper
Like pieces of broken glass that I can't reverse
Deeper, it's just the heart that hurts every day
(You) who was punished in my stead,
You who were only delicate and fragile

Stop crying, tell me something
Try saying to me, who had no courage
Why did you do that to me then
I'm sorry

Forget it,
what right do I have
To tell you to do this, or that

Deeper, deeper, the wound just gets deeper
Like pieces of broken glass that I can't reverse
Deeper, it's just the heart that hurts every day
(You) who was punished in my stead,
You who were only delicate and fragile

I'm sorry I'm sorry
I'm sorry ma brother
Even if (I try to) hide it, or conceal it, it can't be erased
Are you calling me a sinner
What more do I have to say

I'm sorry I'm sorry
I'm sorry ma sister
Even if (I try to) hide it, or conceal it, it can't be erased
So cry
Please dry my eyes

That light, that light, please illuminate my sins
Where I can't turn back the red blood is flowing down
Deeper, I feel like dying every day
Please let me be punished
Please forgive me for my sins
Please
"

Tanpa terasa air mataku menetes dari kedua bola mataku.

Ingatanku kembali jauh ke masa laluku.

Aku ini, seseorang yang terlahir dengan nasib buruk, karena ketika aku lahir, tubuhku dimasuki oleh V, sosok penguasa kegelapan terkuat di wilayah Daegu.

Sejak kecil, aku sudah dipandang aneh oleh orang-orang sekitarku, karena aku bisa menangis dengan sangat keras ketika terjatuh, namun terkadang aku hanya diam saja ketika aku terluka.

Aku bisa menjadi sangat cengeng, namun bisa menjadi sangat kuat.

Aku terkadang bisa bertingkah manis selayaknya anak kecil, namun tak jarang juga aku menatap dengan tatapan sinis kepada orang-orang disekitarku.

Mereka menyebutku sebagai seseorang dengan dua kepribadian. Padahal sebenarnya aku bukan memiliki dua kepribadian! Dalam tubuhku, berdiam sosok bernama V itu, sehingga jika V sedang begitu kuat mempengaruhi pikiranku, aku akan bersikap seperti pribadi yang sangat bertolak belakang dengan Taehyung yang biasanya.

Awalnya memang semua karena pengaruh V.. Namun lama kelamaan, aku rasa aku memang berubah menjadi seseorang dengan dua kepribadian yang sesungguhnya.

Entah memang karena pengaruh V yang sudah begitu kuat merasukiku, atau karena pandangan orang lain lama kelamaan membuatku menjadi memiliki dua kepribadian seperti ini.

Karena keanehan yang kumiliki sejak kecil ini, appa begitu membenciku sejak kecil, dan appa jadi membenci eomma yang selalu berusaha membela dan menjagaku.

Sejak keanehanku disadari kedua orang tuaku, appa dan eomma jadi sering bertengkar, dan hal itu membuat Baekhyun hyeong, dan Taesoon noona, kedua kakak kandungku, membenciku.

Menurut mereka, aku ini pembawa sial.

Bagi mereka, keberadaanku lah memang yang menyebabkan kedua orang tuaku jadi sering bertengkar.

Bagi mereka, aku ini monster yang dipelihara di dalam keluargaku, bukan anggota keluarga.

Jadi, sejak kecil, aku sudah membenci kedua kakakku itu. Karena mereka tidak menganggapku adik mereka. Karena mereka tidak pernah menyayangiku dan menganggapku sebagai monster.

Dan kejadian lima tahun yang lalu itu... Membuatku pertama kalinya... Merasakan rasa bersalah yang teramat sangat.. Atas kedua kakakku...

Lima tahun yang lalu... Appa bertengkar dengan eomma habis-habisan karena appa berusaha menyiksaku sementara eomma berusaha melindungiku..

Appa memergokiku tengah menyayat-nyayat perut kelinci peliharaan Baekhyun hyeong sampai kelinci itu mati di tanganku, dan appa mengatakan bahwa aku ini benar-benar tidak normal dan harus disiksa sampai aku kapok melakukan hal-hal mengerikan lagi.

Namun, eomma terus berusaha melindungiku.

Mereka berdua bertengkar parah, apalagi appa sedang mabuk saat itu.

Appa menghajar tubuh eomma habis-habisan, sampai wajah eomma berdarah dan banyak luka memar di sekujur tubuhnya.

Aku ingat betul, eomma menangis di sudut kamar sambil memeluk erat kedua kakinya yang ditekuk, sementara appa terus menghajar eomma habis-habisan.

Aku terus berusaha menahan amarahku, namun tiba-tiba appa mengambil tongkat kasti yang ada di atas lemari dan memukuli kepala eomma hingga darah mengucur deras dari kepala eomma.

Detik itu juga aku tak lagi bisa menahan amarahku melihat eomma disiksa seperti itu.

Aku segera mengambil botol bir kosong bekas appa yang ada di meja lalu memukulkan botol bir itu ke tepi meja.

Aku segera berlari masuk ke kamar eomma dan appa.

Pecahan botol bir yang kupegang di tanganku langsung kutusukkan tepat ke perut appa, membuat darah membanjiri lantai.

Appa berteriak kesakitan dan terjatuh ke lantai.

Sementara tubuh eomma tergeletak di sudut kamar, dibanjiri darah dari kepalanya.

Aku berlari menghampiri eomma, namun aku terlambat.

Eomma... Sudah tidak lagi bernafas... Ia mati dengan mengenaskan karena disiksa oleh appa.

Aku segera mengambil tongkat kasti itu dan memukuli tubuh appa yang masih meronta di lantai itu dengan tanpa ampun.

Dan appa meninggal saat itu juga.

Baekhyun hyeong dan Taesoon noona berlari ke kamar appa dan eomma.

Mereka berteriak melihat apa yang terjadi di kamar itu.

"Apa yang kau lakukan, imma!" bentak Baekhyun hyeong.

"Appa... Memukuli eomma sampai meninggal begitu! Apa kau pikir aku akan membiarkan appa hidup setelah ia membunuh eomma?" sahutku.

Baekhyun hyeong segera berlari menghampiriku dan mendorong tubuhku agar menjauh dari tubuh appa.

Baekhyun hyeong memeluk tubuh appa yang sudah meninggal dengan bersimbah darah itu, sementara Taesoon noona pingsan di depan kamar.

Tak lama kemudian, para tetangga berdatangan karena mendengar keributan yang ada, dan mereka langsung menatapku.

"Pasti ini ulah Taehyung!"

"Hanya Taehyung yang tega melakukan hal sesadis ini!"

Semua mata tertuju padaku yang tengah memeluk tubuh eomma yang sudah tak bernyawa itu di sudut kamar.

"Bunuh saja Taehyung!"

"Anak yang tega membunuh orang tuanya seperti ini harus kita musnahkan!"

"Bunuh saja monster mengerikan itu!"

"Ayo kita bakar dia hidup-hidup!"

Tiba-tiba saja aku merasa sangat ketakutan. Ketakutan yang sangat mendalam.

Bagaimana mungkin aku tidak takut jika mereka akan segera membakarku hidup-hidup?

Jadi, dengan penuh ketakutan, aku menunjuk Baekhyun hyeong yang masih memeluk tubuh appa.

"Dia... Pelakunya... Bukan aku...' sahutku dengan wajah sangat ketakutan.

Aku meneteskan air mataku. "Baekhyun hyeong.. Yang membunuh appa... Karena appa, membunuh eomma dan memukuliku... Aku... Tidak membunuh siapapun..."

"Tidak mungkin!"

"Mana mungkin Baekhyun yang membunuh!"

Baekhyung hyeong membalikan wajahnya, terkejut menatapku sambil membelalakan kedua bola matanya.

Aku sudah pasrah. Jika ia membantahnya, maka aku yakin apapun kebohonganku tidak akan lagi dipercayai.

Aku menatap Baekhyun hyeong sambil berlinang air mata.

Baekhyun hyeong kembali menatap kerumunan orang di depan kamar.

Dan kata-kata yang keluar dari mulut Baekhyun hyeong membuatku sangat terkejut.

Ini pertama kalinya... Aku... Merasa... Dianggap keluarga.. Olehnya...

"Aku...Yang membunuh appa... Karena appa... Menyiksa eomma dan Taehyung, adikku itu..." sahutnya.

Membuat kericuhan terjadi seketika.

"Mana mungkin!"

"Tidak mungkin!"

"Aku tidak berbohong... Aku yang khilaf membunuh appa karena tidak tahan melihatnya membunuh eomma dan menyiksa Taehyung..." sahut Baekhyun hyeong.

Dan saat itu juga Baekhyun hyeong diseret keluar oleh para tetangga kami.

Baekhyun hyeong dipukuli dan dihajar habis-habisan.

Aku melihat dengan kedua mataku sendiri. Pria itu, teman terbaik appa, mengeluarkan pisau lipat dari sakunya dan menusuk perut Baekhyun hyeong tanpa ampun.

"Anak kurang ajar begini harus merasakan hal setimpal dengan apa yang dilakukannya!" sahut teman appa itu.

Aku hanya bisa terdiam sambil menangis melihat Baekhyun hyeong disiksa seperti itu di halaman rumahku. Ini pertama kalinya aku merasa, Baekhyun hyeong memang kakak kandungku.

Setelah dihajar dan disiksa habis-habisan, tubuh Baekhyun hyeong dibawa ke hutan dekat rumah dan diikat di pohon.

Baekhyun hyeong sudah nyaris kehilangan kesadarannya. Tubuhnya dipenuhi luka tusuk dan memar-memar.

Aku menatap mata Baekhyun hyeong, dan kami beradu pandang. Aku melihat bibirnya mengucapkan sesuatu kepadaku walau tanpa suara.

"Kau adalah pendosa... A sinner..." sahutnya sebelum kesadarannya perlahan menghilang.

Dan tiba-tiba saja api itu dinyalakan.

Tubuh Baekhyun hyeong yang terikat di pohon hangus terbakar.

Aku hanya bisa berlari ke rumah dan meringkuk di sudut ruang tamu.

Taesoon noona sudah dibawa ke rumah salah satu tetangga kami.

Keesokan harinya, Taesoon noona sadar dari pingsannya namun kelakukannya menjadi seperti orang gila. Sampai akhirnya ia loncat dari lantai tiga rumah tetangga kami dan meninggal di tempat.

Sementara aku, akhirnya dikirim kesana. Ke tempat itu.

Dan disanalah... Aku bertemu dengan Jin hyeong, Yoongi hyeong, Namjoon hyeong.

Dan mereka, yang sama anehnya denganku, pada akhirnya bisa menerimaku dengan baik.

Walau awalnya, hanya Jin hyeong yang selalu setia menemani hari-hariku...

"Now cry
It's only that I'm very sorry towards you
Again, cry because I couldn't protect you"

Air mataku menetes mengingat Baekhyun hyeong dan Taesoon noona. Aku merasa sangat bersalah karena tidak bisa melindungi mereka. Justru karena akulah, mereka meninggal dengan tragis seperti itu.

"You who was punished in my stead"

Baekhyun hyeong... Yang dihukum sebagai penggantiku...

"I'm sorry I'm sorry
I'm sorry ma brother
Even if (I try to) hide it, or conceal it, it can't be erased
Are you calling me a sinner
What more do I have to say"

Mianhae, Baekhyun hyeong... Are u calling me a sinner? Yes, i am...

"I'm sorry I'm sorry
I'm sorry ma sister
Even if (I try to) hide it, or conceal it, it can't be erased
So cry
Please dry my eyes"

Mianhae, Taesoon noona...

"Deeper, deeper, the wound just gets deeper
Like pieces of broken glass that I can't reverse
Deeper, it's just the heart that hurts every day"

Karena itulah... Sejak saat itu, setelah aku bertemu dengan kelima sahabatku ini di tempat itu, jiwa psikopatku semakin bertumbuh.

Dan sejak kami berhasil keluar dari tempat itu, dan menjadi kami yang seperti sekarang ini, aku memulai aksi balas dendamku.

Mereka, yang kumutulasi itu.. Mereka, yang rohnya mendatangi Jimin ketika aku tengah memutilasi mereka, adalah orang-orang yang menyiksa dan membunuh Baekhyun hyeong dengan cara sangat tidak manusiawi itu.

Aku mendatangi mereka satu per satu... Dan menyiksa mereka berkali lipat lebih keji daripada bagaimana mereka menyiksa Baekhyun hyeong dulu.

Hanya ini satu-satunya cara untukku mengurangi rasa bersalahku kepada Baekhyun hyeong dan Taesoon noona.

Hanya saja, yang kubingungkan, mengapa roh Baekhyun hyeong sering mendatangi Jungkook setiap aku tengah membalaskan dendam untuknya?

Apa ia ingin berterima kasih? Jungkook pernah bilang sosok itu memintanya memohon agar aku berhenti...

Apa ia gila? Mana mungkin ia menyuruhku berhenti membunuh mereka yang sudah menyiksanya hingga mati mengenaskan begitu kan?

Aku yakin, Baekhyun hyeong mendatangi Jungkook untuk mengucapkan rasa terima kasihnya padaku.. Ya kan?

.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top