CHAPTER 14 : MY REFLECTION
Title: Bangtan Fear Street
Cast: Jin, Suga, Namjoon, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook
Lenght: Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95}
Semua visualisasi member Bangtan disini based on MV "Blood, Swet, Tears" ya.
CHAPTER 14 : MY REFLECTION
.
YOONGI POV
Aku bisa merasakan dengan sangat kuat!
Akhir-akhir ini aura mengerikan milik V seringkali kurasakan setiap malamnya, tapi mengapa baik Jimin maupun Jin hyeong tidak ada yang menceritakan apapun?
Apa Hoseok?
Tapi auranya berbeda!
Aku bisa merasakan perbedaan aura ketika Taehyung dan V yang sedang bermain.
Aura ini sangat kuat! Aku yakin ini V bukan Taehyung.
Dan setahuku, V tidak akan pernah menyentuh Hoseok.. Karena V tidak tertarik dengan Hoseok...
Hanya Taehyung dan nafsu biadabnya itu yang menyukai permainannya dengan Hoseok, tapi tidak dengan V!
Lalu, siapa yang menjadi korban V kali ini?
Aku sangat yakin, hanya ada dua kemungkinan.
Jin hyeong.. Atau Jimin...
Tapi sudah dua hari belakangan ini aku bertanya pada Jin hyeong, ia bilang ia tidak pernah didatangi V dalam mimpinya.
Lalu... Jimin?
Tapi Jimin pasti bercerita padaku kan jika ada sesuatu antara dirinya dengan V?
.
.
.
JUNGKOOK POV
"Sudah cukup lama jiwa psikopatmu tertahan, hyeong.. Apa korbanmu sudah kau habisi semua makanya kau berhenti?" tanyaku ketika Taehyung hyeong masuk ke kamarku karena ia bilang ia bosan di kamarnya sendirian.
Taehyung hyeong menatapku. "Akhir-akhir ini ada permainan yang lebih menyenangkan daripada memutilasi orang, Jungkook a~"
"Uh?" Aku menatap kebingungan ke arah Taehyung hyeong.
Dan sebuah senyuman, seringai yang mengerikan itu, terbentuk di wajahnya. "Bermain dengan orang yang kau cintai, namun ia sudah menjadi kekasih orang lain.. Bukankah itu... Menyenangkan?"
"Apa.. Maksudmu, hyeong?" tanyaku sambil memicingkan kedua bola mataku menatap Taehyung hyeong.
"Tenang saja, Jungkook a~ Aku selalu menepati janjiku padamu kan? Aku janji, Yoongi hyeong pasti akan jadi milikmu.. Karena Jimin akan jatuh dalam pelukanku..." sahutnya sambil menyeringai.
"Hyeong! Apa maksud ucapanmu? Bermain dengan kekasih orang lain? Siapa? Apa maksudmu?" Aku semakin kebingungan.
Taehyung hyeong memegang pundakku. "Kau tak perlu memikirkan banyak hal, serahkan semua padaku..."
Aku menatapnya, masih dengan ekspresi kebingungan. "Aku sama sekali tak mengerti sedikitpun maksud ucapanmu kali ini, hyeong..."
"Bukankah mereka sudah menyebutku pendosa? Sejak dulu?" sahutnya dengan tatapan suram.
"Uh?" Aku menatapnya.
"They called me a sinner..." sahutnya dengan ekspresi sangat suram.
"Hyeong..." sahutku sambil menepuk bahunya, berusaha menyemangatinya.
"Gwenchana... Toh aku sudah menghabisi sebagian besar dari mereka semua..." sahutnya, kali ini dengan seringai mengerikan lagi di wajahnya.
"Kau... Kedua sisi dalam dirimu... Sangat mengerikan, hyeong..." sahutku.
.
.
.
JIMIN POV
"Jimin a~ Waktunya kita berkencan..." sahut Yoongi ketika ia masuk ke dalam kamarku siang itu.
"Uh?" Aku bingung mengapa Yoongi hyeong tiba-tiba masuk ke kamarku dan mengatakan hal itu.
"Jin hyeong memintaku menyuruhmu ke mini market, ada beberapa hal yang harus kau beli, dan Jin hyeong bilang ia harus mengerjakan sesuatu jadi ia memintamu yang berbelanja sendirian.. Tapi tenang saja, aku akan menemanimu... Sekalian kita kencan~" sahut Yoongi hyeong dengan senyuman di wajahnya.
Membuatnya terlihat.. Sangat. Tampan.. Dan keren...
"Oke, call!" sahutku sambil tersenyum manis.
"Kalau begitu, cepat ganti bajumu.. Kau harus berdandan semanis mungkin agar aku semakin tertarik padamu..." sahutnya dengan senyum menggodaku.
"Cih~ Memangnya kalau aku tidak berdandan manis, kau akan meninggalkanku?" gerutuku.
"Siapa tahu aku menemukan pria lain yang lebih menarik darimu..." sahutnya, menggodaku lagi.
"Hyeoooooooong~" gerutuku. Membuat Yoongi hyeong tertawa dan segera memeluk erat tubuhku dari belakang.
Sebuah back hug yang begitu membuatku terasa nyaman.
Yoongi hyeong memeluk erat tubuhku dari belakang, dagunya diletakkan dibahuku, kedua tangannya memeluk erat pinggangku, dan nafasnya di telingaku membuat sekujur tubuhku bergidik.
Mengapa nafasnya membuatku bergairah? Dasar menyebalkan! Hahaha...
"Cepat ganti bajumu, aku ingin melihat keindahan tubuhmu, Jimin a.." bisiknya tepat di telingaku.
Membuatku tersenyum mendengar ucapannya.
"Kau mulai berani nakal rupanya, hyeong.." sahutku sambil tersenyum.
"Apa salah kalau aku menikmati keindahan tubuh kekasihku, huh?" sahutya sambil memiringkan kepalanya menatapku.
Aku menolehkan kepalaku menata wajahnya yang berada tepat di atas bahuku, dan tatapan kami bertemu dalam jarak sedekat itu.
Aku bisa melihat tatapan mata Yoongi hyeong kini terfokus ke bibir tebalku ini.
Aku memejamkan mataku, dan benar saja, bibir Yoongi hyeong langsung melumat liar bibirku.
Aku baru tahu, bahwa sebuah ciuman dalam posisi backhug seperti ini terasa begitu nikmat.
Aku membalas lumatan-lumatannya, dan lumatan Yoongi hyeong semakin meliar.
Tangannya yang melingkar di pinggangku kini mulai menyusup masuk ke dalam kaos yang kukenakan.
Tangannya dengan liar meraba-raba seluruh anggota tubuhku, sementara bibirnya terus melumat liar bibirku, membuatku mengeluarkan desahan-desahan kecil.
Sebuah kenikmatan yang luar biasa.
"Nghhhhhh~ Mppphhhh~" Desahan-desahan itu terdengar dari mulutku, sementara kini tangan Yoongi hyeong mulai meraba raba ke dalam celanaku.
"Nghhhhh~~ Sshhhhhhh~ Hyeo..nghhhhhhhh.~~~~~~" Desahanku semakin menjadi-jadi.
Dan tiba-tiba saja, ketika tangan Yoongi hyeong mulai menyentuh area kemaluanku, aku tiba-tiba teringat dengan sosok pria bersayap hitam itu.
DEG!
Entah mengapa seketika itu juga aku teringat akan semua adegan bercinta yang kulakukan dengan sosok bersayap itu!
Aku refleks mendorong tangan Yoongi hyeong agar melepaskan tangannya dari tubuhku.
Yoongi hyeong melepaskan ciumannya dan menatapku dengan kebingungan. "Waeyo?"
Aku bingung harus berkata apa, jadi aku berbohong dan berkata, "Kapan kita akan ke mini market? Bagaimana jika Jin hyeong memarahiku karena tak juga berangkat?"
"Ah, majjayo... Kau harus segera ke mini market, huft~" sahut Yoongi hyeong sambil melepaskan pelukannya dari tubuhku.
"Hehehe~" Aku berusaha tersenyum semanis mungkin di hadapan Yoongi hyeong agar ia tidak menyadari bahwa ada hal lain yang sedang kupikirkan.
"Cepat ganti bajumu..." sahut Yoongi hyeong, masih dengan senyuman menggodaku.
"Disini?" tanyaku sambil membelalakan kedua bola mataku.
Yoongi hyeong menganggukan kepalanya. "Kan sudah kubilang, aku ingin melihat keindahan tubuh kekasihku..."
Jadi, aku terpaksa membuka kaosku dihadapannya, lalu mengenakan kaos baru yang lebih rapi.
"Jimin a... Kau... Dipukuli oleh siapa?" tanya Yoongi hyeong sambil menatap dengan bingung ke arahku ketika aku selesai mengenakan kaos yang akan kupakai ke mini maket bersamanya.
"Uh? Aku tidak dipukuli siapapun.." sahutku.
"Mengapa tubuhmu... Banyak bekas berwarna merah keunguan? Seperti habis dipukuli... Atau... Dicium seseorang..." sahut Yoongi hyeong.
Aku membelalakan kedua bola mataku. Apa ciuman dan kecupan pria bersayap itu membekas di tubuhku?
Yoongi hyeong memicingkan kedua bola matanya, menatapku dengan curiga.
"Uh... Aku rasa itu bekas pukulan dulu.. Kau tahu kan dulu aku bekerja di berbagai tempat, dan aku pernah dipukuli saat menjadi nelayan namun tidak mendapatkan banyak ikan..." sahutku, berbohong.
"Jinjja?" tanya Yoongi hyeong.
"Tentu saja! Untuk apa aku membohongimu? Hehehe~" sahutku sambil mencoba tersenyum.
"I'm caught in a lie..." gumam batinku.
.
.
.
AUTHOR POV
Jimin dan Yoongi pergi berbelanja dan menghabiskan waktu bersama berduaan di mini market itu.
Siapapun yang melihat mereka pasti menyangka mereka adalah pasangan pengantin baru, karena mereka terlihat begitu romantis.
"Hyeong, haruskah kita membeli sikat gigi kembaran? Seperti pasangan kekasih lainnya?" tanya Jimin sambil menunjukkan dua buah sikat gigi couple ke hadapan Yoongi.
"Kau menyukai hal-hal seperti ini rupanya? Aigoo~" sahut Yoongi sambil mengusap pelan kepala Jimin.
Mereka terus bercanda dan terlihat sangat mesra ketika memilih barang-barang yang akan mereka beli.
Jimin berusaha terus terlihat manis di hadapan Yoongi agar Yoongi melupakan kecurigaannya atas bekas cumbuan V di tubuhnya.
Setelah selesai berbelanja, mereka menyempatkan mampir di sebuah rumah makan.
"Ayo kita makan siang dulu.." sahut Yoongi.
Selama makan pun mereka terlihat sangat bahagia.
Jimin berkali-kali menyuapkan makanan ke mulut Yoongi, membuat Yoongi tersenyum bahagia melihat betapa manis sikap kekasihnya itu.
Namun, benaknya terus bertanya-tanya, apakah bekas di tubuh Jimin ada hubungannya dengan aura V yang sering dirasakannya akhir-akhir ini?
.
.
.
NAMJOON POV
Aku bisa melihat Jungkook terduduk sambil menangis di sudut kamarnya.
Tadi, ketika aku berencana turun ke lantai satu, aku melihat Jungkook berdiri di anak tangga ketiga dari bawah, menatap ke arah pintu keluar.
Dan ketika aku melihat ke arah yang sama, ternyata ada Yoongi hyeong dan Jimin sedang tertawa berduaan berjalan keluar rumah bersama.
Jungkook menatap mereka berdua dari kejauhan dengan ekspresi yang begitu sedih.
Jungkook membalikan badannya, tidak jadi turun ke bawah, dan ia memergoki aku yang tengah memperhatikannya dari belakang.
Jungkook hanya menganggukan kepalanya, menyapaku sesingkat itu, lalu berjalan masuk ke kamarnya.
Aku memutuskan turun ke bawah dan memgambil minum, lalu duduk di ruang utama dan terus berpikir, apakah aku harus ke kamar Jungkook untuk menghiburnya, atau lebih baik aku mendiamkannya saja.
Aku sudah berkali-kali berusaha melupakan perasaanku yang sudah ditolak oleh Jungkook berkali-kali ini, namun hatiku tetap tidak bisa mendiamkannya dalam keadaan sesedih itu.
Jadi, akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya.
Dan benar saja, aku bisa melihatnya menangis di sudut kamarnya ketika aku membuka pintu kamarnya.
Aku berjalan mendekatinya dan duduk disampingnya.
Aku tidak tahu harus berkata apa untuk menghiburnya, jadi aku hanya menepuk-nepuk pelan punggungnya, berusaha menenangkannya dari tangisnya.
Jungkook terus menangis untuk beberapa saat lamanya, dan aku akhirnya terpikirkan untuk menyanyikan lagu ciptaanku untuknya.
"I know
Every life's a movie
We got different stars and stories
We got different nights and mornings
Our scenarios ain't just boring
I find this movie very amusing
Everyday, I want to shoot it well
I want to caress myself
I want to caress myself
But you know, sometimes I really really hate myself
To be honest, quite often, I really hate myself
When I really hate myself, I go to Dduksum
I just stand there with the familiar darkness
With the people that are smiling and beer,
Which makes me smile
Coming to me softly, fear, which holds my hand
It's okay because everyone is in twos or threes
It'd be nice if I had friends too
The world is just another name for despair
My height is just another diameter for the earth
I am all of my joy and anxiety
It repeats everyday, the love and hate directed to me
Hey you, who's looking over the Han River
If we bump into each other while passing, would it be fate?
Or maybe we bumped into each other in our past life
Maybe we bumped into each other countless times
In the darkness,
People look happier than the day
Everyone else knows where they're supposed to be
But only I walk without purpose
But still, blending in with them is more comfortable
Dduksum, which has swallowed up the night
Hands me an entirely different world
I want to be free
I want to be free from freedom
Because right now I'm happy but I'm unhappy
I'm looking at myself
At Dduksum
I wish I could love myself
I wish I could love myself
I wish I could love myself
I wish I could love myself
I wish I could love myself
I wish I could love myself
I wish I could love myself
I wish I could love myself"
"But you know, sometimes I really really hate myself... To be honest, quite often, I really hate myself..." sahut Jungkook sambil menghapus air matanya.
Aku menatap Jungkook yang sudah mulai bisa menghentikan tangisnya.
"I wish I could love myself..." sahutnya lagi sambil menghapus air mata di wajahnya.
"Jungkook a..." sahutku.
"Mengapa harus Jimin hyeong, hyeong? Aku sangat membenci diriku saat ini... Aku membenci diriku yang patah hati karena Yoongi hyeong.. Aku membenci diriku yang tidak bisa membenci Jimin hyeong sama sekali padahal ia saingan cintaku..." sahutnya sambil berusaha menahan agar air matanya tidak mengalir lagi.
"Jimin... Memang tidak patut kau benci.. Karena ia bahkan tidak bersalah sama sekali... Apa kau pernah bercerita padanya mengenai perasaanmu pada Yoongi hyeong?" tanyaku.
Jungkook menggelengkan kepalanya.
"Jimin tidak bersalah..." sahutku.
"Yoongi hyeong juga tidak salah.. Ia berhak memilih siapa yang akan dicintainya... Tapi mengapa hatiku begitu sakit, hyeong?" sahutnya. Air mata kembali menetes dari kedua bola matanya.
Aku memeluk tubuhnya, berusaha menenangkannya.
"Apakah sesakit ini rasanya patah hati, hyeong?" sahutnya.
Aku tidak menjawab. Aku hanya terus memeluknya sambil menepuk-nepuk pelan punggungnya.
"Apa kau juga sesakit ini.. Ketika aku menolakmu, hyeong?" sahutnya tiba-tiba.
Membuatku berhenti bernafas beberapa detik lamanya. Untuk apa ia menanyakan hal itu? Dasar pabo~
"Mianhae, hyeong... Mianhae, karena sudah melukai perasaanmu seperti ini... Aku rasa... Ini karmaku... Karena seenanknya menolakmu tanpa berpikir betapa tersakitinya perasaanmu dengan semua penolakanku..." sahutnya sambil terisak dalam tangis.
"Gwenchana, imma.. Gwenchana... Aku baik-baik saja... Bukankah kau pernah bilang padaku? Bahwa perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan?" sahutku sambil berusaha menenangkannya.
Malamnya, aku berjalan sendirian di tempat biasanya aku berjalan-jalan sendirian setiap kali otakku dipenuhi banyak masalah.
Dduksum.
Aku menatap ke sekelilingku.
Banyak orang-orang yang tertawa bersama teman-temannya dengan ditemani sebotol bir di setiap tangan mereka.
Ada beberapa pasangan kekasih yang terlihat begitu bahagia bersama.
Sementara aku hanya berjalan sendirian.
Dengan segala pikiran yang memenuhi benakku.
Aku memejamkan kedua bola mataku, menikmati suara-suara alam yang terdengar.
Dan aku bisa melihat cerminan diriku dan semua masa laluku melintas dalam benakku.
Cerminan masa laluku.
Ketika aku pertama kali dibawa ke tempat itu.
Dalam keadaan yang tidak bisa menerima mengapa aku dibawa kesana.
Dalam kondisi sebagai anak yang dibuang oleh kedua orang tuanya.
Jin hyeong dan Yoongi hyeong menyambutku disana dengan senyuman mereka. Senyuman yang pertama kali kulihat setelah aku selalu dijadikan bahan cibiran oleh orang-orang disekitarku sebelumnya.
Sejak kecil, aku memiliki kecerdasan di atas rata-rata, dan awalnya orang tuaku merasa sangat bangga.
Sampai ketika kejadian itu terjadi. Ketika aku... Berhasil menyelesaikan semua soal-soal ujian tingkat universitas, sementara aku masih duduk di bangku SD.
Ketika aku... Memberikan ide brilianku untuk menyembunyikan mayat teman appa yang tidak sengaja dibunuh oleh appa ketika appa mabuk berat dan teman appa itu berusaha mengancamnya dengan suatu bukti bahwa appa memanipulasi laporan keuangan perusahaannya.
Sejak saat itu, orang tuaku tidak lagi bangga dengan kecerdasanku. Mereka justru menganggapku sebagai.. Monster...
Kecerdasanku dianggap sebagai sesuatu yang tidak masuk akal, dan ideku untuk menyembunyikan mayat teman appa dianggap mereka sebagai tanda bahwa aku memiliki kelainan jiwa, karena seharusnya anak seusiaku akan menangis dan ketakutan ketika melihat ayahnya membunuh seseorang, bukannya justru dengan tenang memberikan jalan keluar untuk menyembunyikan kejahatan itu dari pihak yang berwenang.
Sejak saat itu, kedua orang tuaku dan orang-orang yang tinggal disekitar rumahku menatapku dengan tatapan aneh. Mereka bahkan mencibirku sebagai anak aneh dari serang pembunuh ketika akhirnya appa menyerahkan diri ke kantor polisi dan dipenjara untuk kasus pembunuhan.
Eomma tidak tahan membesarkanku sendirian, jadi aku dikirim kesana. Ke tempat itu.
Namun kini aku bersyukur karena dulu eomma mengirimku kesana.
Karena justru disanalah, duniaku berubah menjadi lebih berwarna.
Dan aku bisa menjadi diriku yang seperti sekarang ini.
Walau aku tahu yang kulakukan saat ini juga salah, walau aku terkadang membenci diriku sendiri yang memilih untuk hidup dengan jalan seperti ini, tapi setidaknya aku dikelilingi orang-orang yang sama salahnya denganku. Dan kami menjalani kehidupan kami dengan sangat baik.
Sosok Jin hyeong dan Yoongi hyeong yang mengerti akan keanehan dalam diriku ini. Kedatangan Taehyung kesana yang menunjukkan padaku bahwa ada manusia yang jauh lebih mengerikan daripada diriku di dunia ini.
Kedatangan Hoseok dan Jungkook yang juga memberikan warna baru dalam kehidupanku.
Aku... Memang sudah seharusnya mensyukuri semua ini kan?
.
.
.
TAEHYUNG POV
Aku bisa merasakan auranya berjalan mendekati kamarku.
Dan benar saja, bahkan tanpa mengetuk, Yoongi hyeong langsung membuka pintu kamarku dan menatapku dengan tatapan "ingin membunuh" nya itu.
"Taehyung a! Jawab jujur pertanyaanku! Apa yang kau lakukan pada Jimin?" sahut pria bertubuh mungil dihadapanku itu.
"Aku? Aku tidak melakukan apapun.." sahutku dengan ekspresi polos. Memang benar aku tidak melakukan apa-apa.
"Bukan kau... Tapi V! Apa yang V lakukan pada Jimin?" sahutnya dengan tatapan sangat tajam. Aku yakin ia begitu ingin membunuhku, atau V.
"Tanyakan saja padanya langsung.. Bukankah V dan Suga bisa berkomunikasi secara langsung tanpa memerlukan tubuh kita?" sahutku dengan senyuman menyeringai.
Yoongi hyeong memicingkan kedua bola matanya.
"Ah! Aku lupa... Suga sudah lama.. Pergi menelantarkanmu ya, hyeong? Atau... Kau yang membuangnya?" sahutku dengan senyuman sinisku.
"YAISH, KIM TAEHYUNG!" teriaknya sambil mencengkram kerah piyama yang kupakai.
"Jimin... Sudah berulang kali bercinta dengan V... Dan ia sangat menikmatinya... Kau sebagai kekasihnya.. Mengapa tidak bisa menjaga tubuhnya dengan baik? Cih!" sahutku sambil tersenyum mengejek Yoongi hyeong.
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top