CHAPTER 11 : MY FIRST LOVE

Title: Bangtan Fear Street

Cast: Jin, Suga, Namjoon, Hoseok, Jimin, Taehyung, Jungkook

Lenght: Chapter

Rating: 15+

Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95}

Semua visualisasi member Bangtan disini based on MV "Blood, Swet, Tears" ya.

CHAPTER 11 : MY FIRST LOVE

.

JIMIN POV

Hari sudah semakin sore dan kondisiku sudah jauh membaik.

Hoseok hyeong memang luar biasa.

Ia tahu bagaimana cara menghiburku dan membuat kondisiku jauh lebih baik.

Aku membuka pintu kamarku, dan ternyata Namjoon hyeong berjalan, sepertinya ia mau menuju kamarku.

"Uh? Namjoon hyeong?" sahutku.

"Ah... Jimin a~ Kau sudah sehat kah?" tanya Namjoon hyeong.

Aku melihat ada sebuah kantong yang dibawa di tangan kanannya.

Aku tersenyum. "Kondisiku sudah jauh membaik, hyeong... Ada apa? Kau mau ke kamarku kah?"

Namjoon hyeong menganggukan kepalanya dengan senyuman di wajahnya, menampilkan kedua lesung pipi manis di wajahnya itu.

"Ada apa, hyeong?" tanyaku.

"Ini... Aku mau memberikan ini untukmu... Tapi melihatmu sudah jauh membaik, aku rasa obat ini sudah tak ada gunanya, hmmm?" sahut Namjoon hyeong sambil mengangkat kedua alisnya.

"Ah~ Obat? Untukku? Whoaaaa! Jinjja gumawo, hyeong... Aku memang sudah jauh lebih baik, tapi siapa tahu obat pemberianmu bisa memulihkan tubuhku sepenuhnya? Hehehe.." sahutku.

"Kau masih membutuhkan obat ini?" tanyanya.

Aku menganggukan kepalaku.

Namjoon hyeong menyodorkan kantong itu kehadapanku dan aku mengambilnya sambil tersenyum. "Jinja gumawo, hyeong.. Jinjja..."

Namjoon hyeong mengacak-acak pelan rambutku sambil tersenyum. "Jangan terlalu banyak pikiran... Aku berharap kau selalu sehat, Jimin a..'

"Ne, hyeong!" sahutku sambil tersenyum.

Dan tiba-tiba Yoongi hyeong berjalan menghampirku dan Namjoon hyeong.

"Ada apa ini?" tanyanya dengan suara seraknya, dengan ekspresi wajah mengantuk seperti biasa di wajahnya.

Suara yang entah mengapa tak asing di telingaku...

"Namjoon hyeong memberikan obat untukku, hyeong.." sahutku sambl tersenyum.

Yoongi hyeong menatap kantong di tanganku, lalu menatap wajah Namjoon hyeong. "Kau... Terlihat begitu memperhatikan Jimin, Namjoon a... Tidak seperti kau biasanya..."

Namjoon hyeong hanya tersenyum sekilas, lalu menepuk pelan bahu Yoongi hyeong dan berjalan meninggalkan kami berdua.

Yoongi hyeong menatap punggung Namjoon hyeong yang berjalan menjauh dari kami dengan tatapan aneh, lalu ia menoleh menatapku.

"Kau masih sakit, Jimin a?" tanya Yoongi hyeong.

Aku menggelengkan kepalaku. "Aku sudah jauh lebih baik, hyeong..."

"Baguslah... Kalau begitu, ayo temani aku berjalan-jalan mencari angin sore.. Aku bosan di kamar..." sahutnya.

"Uh?" tanyaku sambil membelalakan kedua bola mataku.

"Apa kepalamu masih pusing? Kalau begitu tidak usah... Kau istirahat saja..." sahutnya.

"Ah, gwenchana! Ayo, hyeong~ Aku temani.. Aku rasa aku juga butuh menghirup udara segar agar kondisiku semakin membaik.." sahutku.

"Oke~" sahut Yoongi hyeong.

"Tapi aku ganti baju sebentar ya, hyeong.. Sekalian menaruh kantong obat ini di kamarku.." sahutku, diiringi anggukan kepala Yoongi hyeong.

Dan akhirnya aku dan Yoongi hyeong jalan-jalan bersama sore itu.

Begitu kami sudah berjalan agak menjauh dari rumah itu, tiba-tiba tangan kiri Yoongi hyeong menggenggam tangan kananku.

Membuatku sangat terkejut dan menatap ke arah Yoongi hyeong.

Yoongi hyeong menatapku. "Kalau kita sedang berduaan, kau adalah milikku... Kau kan tahu aku menyukaimu, imma... Apa kau.. Belum bisa memastikan perasaanmu padaku?"

"Uh?" Aku begitu terkejut dengan ucapan Yoongi hyeong.

Aku nyaris lupa, bahwa Yoongi hyeong sudah mengutarakan perasaannya padaku!

Dan ucapan itu kembali terlintas di benakku.

"Ah... Apa yang kukatakan padamu ini, rahasiakan ya... Aku tak ingin keadaan kacau jika yang lain tahu.. Mereka akan membunuhku, karena diantara mereka, ada juga yang menyukaimu.. Aku ingin kau pastikan dulu perasaanmu padaku, baru kita bicarakan ini dengan mereka.."

Sebenarnya, siapa lagi diantara mereka yang juga menyukaiku?

Namjoon hyeong? Makanya Namjoon hyeong sering memperhatikanku dan takut melihat aku jatuh sakit?

Benar Namjoon hyeongkah? Makanya Yoongi hyeong menatap Namjoon hyeong dengan aneh seperti tadi?

"Yaishhh~ Aku sedang berbicara padamu, imma.. Mengapa kau malah merenung? Kau... Tidak menyukaiku?" sahut Yoongi hyeong, membuyarkan lamunanku.

"Ah, aniya! Aku hanya sedang berpikir... Memikirkan ucapanmu waktu itu, hyeong.." sahutku.

"Ucapanku yang mana?" tanya Yoongi hyeong.

"Ucapanmu yang berkata untuk merahasiakan perasaanmu padaku dihadapan mereka karena diantara mereka juga ada yang menyukaiku..." sahutku.

Lihat saja betapa lugunya aku! Mengapa harus kukatakan hal ini padanya?

Tapi.. Aura Yoongi hyeong, entah mengapa membuatku seolah ingin mengatakan semua yang ada di benakku kepadanya... Ada apa sebenernya denganku?

Bahkan, detak jantungku ini terus berdebar kencang sejak Yoongi hyeong menggenggam tanganku!

Apa aku... Memang menyukainya?

"Itu rahasia... Kau cari tahu saja sendiri, aku tak berhak mengatakannya padamu... Biar ia sendiri yang mengatakan hal itu padamu..." sahut Yoongi hyeong.

"Ah... Benar juga katamu... Kau tidak boleh membicarakan rahasia orang kepada orang lain, hehehe~" sahutku sambil tersenyum.

"Aigoo~" sahutnya sambil menyentil pelan keningku dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya masih terus menggenggam tangan kananku.

"Kau... Cinta pertamaku... Makanya aku... Ingin mengatakan padamu, bahwa aku sangat serius kepadamu... Aku benar-benar menyukaimu... Aku tidak sedang bercanda ataupun memainkan perasaanmu, Jimin a..." sahutnya sambil menatap tepat ke kedua bola mataku.

DUAR!

Dan tiba-tiba saja petir bergemuruh dengan cukup kencang di langit. Cahaya kilat itu melintas di langit yang berada tepat di atas kepala kami, padahal cuaca sore itu sedang cerah.

"Hyeong... Bisa kau beri aku sedikit waktu untuk memikirkan jawabanku? Aku... Masih butuh waktu untuk memastikan perasaanku.." sahutku.

Yoongi hyeong menatapku.

"Tapi, entah mengapa aku suka ketika kau menggenggam tanganku... Jadi, ayo kita berjalan dengan bergandengan tangan seperti ini!" sahutku sambil tersenyum.

Membuat sebuah senyuman yang sangat manis terbentuk di wajahnya. "Araseo..."

Dan senyuman Yoongi hyeong sangat sukses membuat detak jantungku semakin tidak karuan!

Kami menghabiskan waktu yang sangat menyenangkan sore itu.

Aku dan Yoongi hyeong ke game centre dan memainkan berbagai jenis permainan yang sangat menyenangkan.

Aku sangat terkejut melihat Yoongi hyeong kali ini, karena ia bisa tertawa sangat lepas denganku.

Ia menunjukkan banyak ekspresi yang baru saja kulihat darinya! Dan ia ternyata sangat periang, tidak secool yang selalu kulihat selama ini.

"Ya, Jimin a! Ayo kita bertanding basket, yang kalah harus mencium kening yang menang, otte?" sahutnya dengan senyuman di wajahnya, senyuman yang terlihat sedang menggodaku.

"Ya, hyeong! Siapapun yang kalah, tidak akan ada artinya bagimu.. Kau akan menciumku, atau kau akan menerima ciumanku.. Bukankah dua-duanya terdengar seperti sebuah keuntungan bagimu, huh?" sahutku sambil tertawa.

"Aaaah~ Kau cukup pintar, Jimin a... Hahaha.." sahutnya sambil tertawa lepas dan mengacak pelan rambutku.

Membuatku tak bisa berhenti tersenyum melihatnya seceria itu.

Jadi, kami pun bertanding basket, dan tentu saja... Yoongi hyeong yang menang..

Aku baru tahu ia sangat pandai bermain basket!

"Ayo.. Cium keningku..." sahutnya dengan ekspresi wajah yang begitu sombong.. Menyombongkan kemenangannya, dan menyombongkan dirinya yang akan segera mendapat ciuman dariku.

Aku tertawa. "Araseo, hyeong~~~~"

Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya, bermaksud mencium keningnya, namun tiba-tiba..

CUP!

Bibir Yoongi hyeong mengecup bibirku.

Membuatku membelalakan kedua bola mataku.

"Itu hukumannya karena kalah, hehehe.." sahutnya sambil tersenyum setelah selesai mencium bibirku.

"Hyeoooooooooonggggg~~~~~~" sahutku sambil tertawa.. Dan berpura-pura marah padanya..

"Aigoo~ Kyeopta!" sahut Yoongi hyeong sambil merangkul pundakku. "Ayo, saatnya kita pulang... Sebelum mereka kebingungan mencarimu..."

.

.

.

JIN POV

"Yoongi hyeong dan Jimin hyeong dimana, hyeong? Mengapa aku tidak melihat mereka sore ini?" tanya Jungkook padaku ketika aku sedang memasak untuk makan malam.

"Tadi kulihat mereka keluar rumah berduaan.. Mungkin Yoongi bosan makanya mengajak Jimin pergi..." sahutku.

Ah! Pabo ya! Aku lupa! Mengapa aku mengatakan hal ini pada Jungkook?

Bagaimana kalau Jungkook cemburu?

Apalagi aku tahu betapa dekatnya Jimin dengan Jungkook!

"Uh? Mereka.. Pergi berdua?" tanya Jungkook.

Aku menoleh ke arah Jungkook dan mencoba membaca ekspresi di wajahnya. Ekspresi kebingungan.

"Yang aku lihat, tadi mereka memang keluar bersama... Entah mau kemana.." sahutku.

"Yoongi hyeong.. Pergi berduaan dengan Jimin?" sahut sebuah suara yang tiba-tiba saja terdengar.

Sosok berambut blonde dengan softlens biru itu sudah berdiri di belakang Jungkook.

"Ah.. Ne... Majjayo.." sahutku sambil menganggukan kepala.

Dan dadaku kembali terasa sesak melihat Taehyung berdiri dihadapanku..

Taehyung terlihat memicingkan matanya.

Jungkook menatap dengan bingung ke arah Taehyung. "Waeyo, hyeong?"

Taehyung menarik tangan Jungkook. "Ikut aku, Jungkook a.. Ada yang ingin kubicarakan padamu.."

Cih... Sebegitunya kah kau berusaha menghindariku, Kim Taehyung?

.

.

.

JUNGKOOK POV

Aku terpaksa mengikuti Taehyung hyeong masuk ke dalam kamarnya.

"Tenang saja, Jungkook a... Aku tidak akan membiarkan Yoongi hyeong yang paling kau cintai itu bersama Jimin.." sahutnya.

Aku menatapnya dengan kebingungan.

"Maksudmu, hyeong?" sahutku.

"Aku... Pasti akan membuat Jimin... Jatuh ke dalam pelukanku... Karena aku akan membuat Jimin menjadi milikku, bagaimanapun caranya..." sahutnya dengan tatapan yang mengerikan.

Sisi V dalam dirinya sangat terlihat jelas di mataku.

"Kau.. Menyukai Jimin hyeong?" Aku membelalakan kedua bola mataku.

Ia menganggukan kepalanya. "Sejak pertama kali melihatnya..."

"Jinjja? Lalu.. Hoseok hyeong.. Dan Jin hyeong...Bagaimana?" sahutku.

Taehyung hyeong menatap tajam ke arahku. Membuatku bergidik.

Aku bisa dibilang sebagai sahabat terdekatnya diantara yang lain, namun tetap saja aku merinding setiap ia menatapku seperti itu.

"Jangan pernah membahas Jin hyeong dihadapanku lagi, sudah berapa kali kuingatkan?" sahutnya.

Aku menganggukan kepalaku. "Mianhae, hyeong..."

"Hoseok? Ia bahkan selalu pasrah dengan semua perlakuanku padanya, jadi kurasa ia akan iklas jika membagi diriku dengan Jimin kan?" sahutnya sambil tersenyum, seringai yang menyeramkan lebih tepatnya.

"Hyeong... Kau memang tiada tandingannya di rumah ini, ckckck~" sahutku sambil menggelengkan kepalaku.

Ia tersenyum menatapku. "Memang hanya kau yang paling mengerti aku dengan baik, Jungkook a~"

.

.

.

AUTHOR POV

Setelah Jimin dan Yoongi kembali ke rumah, mereka bertujuh duduk di meja makan untuk makan malam bersama.

Taehyung berkali-kali menatap dengan tatapan aneh ke arah Yoongi.

Yoongi, yang tentu saja menyadari aura Taehyung yang tengah menatapnya itu, berpura-pura cuek seolah tidak ada apa-apa.

Yoongi terus memakan makanannya dengan ekspresi datar seperti biasanya.

"Matamu bisa copot lama-lama, hyeong!" bisik Jungkook di telinga Taehyung. Jungkook duduk bersebelahan dengan Taehyung, dan ia sadar betul sedari tadi Taehyung terus menatap Yoongi.

"Senang melihat kondisimu sudah jauh lebih baik, Jimin a~" sahut Hoseok sambil tersenyum menatap Jimin.

"Jinjja dahengiya..." sahut Namjoon, bersyukur karena kondisi Jimin sudah terliaht jauh lebih baik.

"Apa obat dari Namjoon berfungsi dengan cepat?" sahut Yoongi, menyindir Namjoon yang begitu memperhatikan Jimin, padahal Namjoon biasanya tidak pernah memperhatikan orang lain selain Jin dan Jungkook.

"Apa berjalan-jalan dengan Yoongi hyeong membuatmu begitu bahagia sampai kau sembuh secepat ini?" sahut Taehyung, menyindir Yoongi yang mengajak Jimin jalan-jalan padahal biasanya keluar dari kamarpun Yoongi malas.

"Ada apa dengan kalian sebenarnya?" sahut Jin sambil menatap Yoongi dan Taehyung bergantian.

Jungkook menatap Jimin sekilas.

Jimin tengah menatap Jin dengan ekspresi lugu di wajahnya. Seolah mengatakan bahwa ia tidak mengerti apapun yang dibahas di meja makan malam itu.

"Whoaaaa~ Masakanmu malam ini sangat enak, hyeong!" sahut Hoseok, berusaha mengalihkan pembicaraan agar suasana tidak semakin mencekam.

"Yeoksi, Jin hyeong!" sahut Namjoon, menambahkan pujian Hoseok, agar suasana semakin cair.

Dan beruntunglah Hoseok cepat tanggap. Jadi, suasana makan malam itu kembali normal seperti biasanya.

Sementara Jimin masih sedikit terlihat kebingungan.

.

.

.

JUNGKOOK POV

Jimin hyeong mengajakku bicara berdua setelah makan malam berakhir.

Perasaanku jadi tidak enak..

Apa yang ingin dibicarakannya padaku?

Apa benar Yoongi hyeong... Menyukai Jimin hyeong?

Mengapa keadaan semakin mempersulitku?

Di satu sisi, aku begitu mencintai Yoongi hyeong.. Dan di sisi lain, Jimin hyeong sudah seperti sahabat baikku sendiri...

"Jungkook a... Hanya kau satu-satunya yang paling bisa kuajak bicara di rumah ini.. Karena aku paling nyaman bercerita padamu, kau tahu itu kan?" sahut Jimin hyeong.

Aku tersenyum dan menganggukan kepalaku. "Iya, hyeong... Ada apa?"

Perasaanku jadi sangat tidak enak...

Apa ia ingin bercerita padaku bahwa ia menyukai Yoongi hyeong?

Jika iya, aku harus berekasi bagaimana terhadapnya?

Haruskah kuceritakan juga padanya bahwa aku menyukai Yoongi hyeong?

Atau berpura-pura mendukunganya dengan Yoongi hyeong?

Arghhhh! Aku merasa sangat stres...

"Jungkook a... Kau tahu mengapa aku terlihat lemas dan pucat tadi? Kurasa karena mimpi burukku semalam..." sahutnya dengan wajah kebingungan.

"Uh?" Aku menatap Jimin hyeong.

"Aku akan menceritakan mimpi anehku semalam padamu, tapi ini agak memalukan! Kau janji ya jangan ceritakan pada siapapun?" sahutnya.

Ah... Jadi ia ingin membagi mimpinya denganku?

Fiuuuuhhh~ Syukurlah.. Kukira ia akan membahas masalah Yoongi hyeong!

"Mimpi aneh? Apa mimpimu?" sahutku.

Dan Jimin hyeong mulai bercerita...

Bagaimana ia bermimpi didatangi sesosok manusia dengan sayap hitam besar di tubuhnya...

Bagaimana sosok itu mendorong tubuhnya ke atas kasur...

Bagaimana sosok bersayap yang wajahnya samar-samar karena tertutup cahaya itu menyetubuhinya...

Dan setelah ia bangun dari tidurnya, tiba-tiba saja tubuhnya terasa sangat lemas dan kepalanya sangat pusing.

Aku berusaha sebisa mungkin menjaga ekspresi wajahku agar tidak terlihat sangat terkejut!

Aku berusaha.. Sekuat dan semampuku.. Untuk membuat ekspresi wajah senormal mungkin.

Jadi aku tertawa dan mengatakan pada Jimin hyeong bahwa mimpinya sangat tidak masuk akal dan seperti anak kecil yang terlalu banyak menonton film tentang dunia fantasi.

Aku berusaha meyakinkannya bahwa mimpi itu tak ada hubungannya dengan tubuhnya yang menjadi lemas.

Dan syukurlah... Jimin hyeong selugu itu..

Jadi ia percaya, ia lemas hanya karena terlalu lelah merapikan rumah ini... Bukan karena mimpi anehnya itu.

.

.

.

YOONGI POV

Aku tak perduli jika Jimin mendengarnya kali ini.

Aku bisa berpura-pura bodoh juga di depan yang lainnya...

Yang aku tahu, saat ini aku begitu bahagia bisa menghabiskan waktu berduaan dengan Jimin sesorean tadi.

Dan aku begitu ingin segera memainkan pianoku dan menyanyikan lagu itu untuk Jimin!

Jadi aku segera masuk ke kamarku, duduk di kursi dihadapan piano coklat yang sudah sangat tua dan usang itu.

Kuletakkan jari-jariku dan aku pun mulai memainkan piano itu sambil menyanyikan lagu ciptaanku itu.

Lagu yang dulu kuciptakan untuk piano coklat itu dan "dia" yang kuanggap sebagai cinta pertamaku itu...

Namun sekarang aku sudah menemukan siapa cinta pertamaku sesungguhnya. Semoga "dia" mengerti isi hatiku...

"The corner of my memory
A brown piano settled on one side
In the corner of my childhood house
A brown piano settled on one side

I remember that moment
Way taller than my height
The brown piano that guided me
I looked up to you
I yearned for you
When I touched you with my small finger
I feel so nice mom I feel so nice
I played the piano wherever my hands took me
I didn't know your significance back then
Back then I was content with just looking at you

I remember back during my elementary school days
When my height became taller than yours
I neglected you when I once yearned for you so
On top of the white jade-like keyboard
Dust is piling on
Your image that has been neglected
Even then I didn't know your significance
No matter where I am
You always defended that spot
But I didn't know that would be the last
You say don't leave like this

Don't worry even if I leave
You'll do well on your own
I remember when I first met you
Before I knew it you grew up
Though we are putting an end to our relationship
Don't ever feel sorry to me
I will get to meet you again
no matter what form
Greet me happily then

I remember back then when I met you that
I had completely forgotten, when I was around 14
The awkwardness was only for a moment, I touched you again
Even though I was gone for a long time
Without repulsion
You accepted me
Without you there's nothing
After the dawn, two of us
We welcomed the morning together
Don't let go of my hand forever, I won't let go of you again either

I remember back then
We burned up the last of my teen's
Yes the days when we couldn't see an inch in front of us
We laughed, we cried
Those days with you,
those moments are now in memories
I said, grasping my crushed shoulder
I really can't do any more
Every time I wanted to give up
By my side you said
Bastard you can really do it
Yeah, yeah
I remember back then
When I was fed up and lost
Back then when I fell into a pit of despair
Even when I pushed you away
Even when I resented meeting you
You were firmly by my side
You didn't have to say anything
So don't ever let go of my hand
I won't let you go ever again either
My birth and the end of my life
You will be there to watch over it all

The corner of my memory
A brown piano settled on one side
In the corner of my childhood house
A brown piano settled on one side"

.

.

.

JIMIN POV

Aku masuk ke kamarku setelah bercerita dengan Jungkook.

Dan... Uh?

Aku... Rasanya kembali mendengar!

Suara alunan piano itu!

Dan suara nyanyian yang kudengar dalam mimpiku dulu!

Apa.. Aku berhalusinasi lagi kali ini?

Aku memandang sekelilingku.

Darimana suara ini berasal? Apa memang ada piano di rumah ini?

Atau...

.

.

.

JUNGKOOK POV

Yoongi hyeong, si bodoh itu!

Mengapa ia memainkan pianonya sekarang?

Jimin hyeong baru saja masuk ke kamarnya! Ia pasti bisa mendengar suara piano ini!

Jadi, aku segera berlari menuju kamar Yoongi hyeong, dan aku tiba di depan kamarnya berbarengan dengan Jin hyeong yang juga baru keluar dari kamarnya dan berusaha mengetuk pintu kamar Yoongi hyeong.

"Uh? Kau juga mendengarnya dari bawah?" tanya Jin hyeong.

Aku menganggukan kepalaku.

Kami segera membuka pintu kamar Yoongi hyeong, tepat ketika lagu itu berakhir,

Tepat ketika Yoongi hyeong bernafas terengah-engah setelah menyanyikan lagu itu!

"Ya, imma! Ini masih jam berapa?" gerutu Jin hyeong.

Yoongi hyeong masih mengabaikan kehadiran kami.

Ia masih sibuk mengatur nafasnya.

"Hyeong... Gwenchana?" tanyaku.

Yoongi hyeong menganggukan kepalanya.

"Berhentilah bertindak bodoh, imma..." gerutu Jin hyeong.

Dan melihat Jin hyeong, aku langsung teringat satu hal.

"Hyeong, ada yang lebih penting dari hal ini! Kalian berdua harus mendengarnya..." sahutku.

Jin hyeong dan Yoongi hyeong menatapku.

"Ada apa?" sahut sebuah suara di belakangku.

Aku menoleh.

Ternyata Namjoon hyeong juga baru saja masuk ke kamar Yoongi hyeong, mungkin mau bertanya mengenai masalah piano itu...

"Apa kau semalam mencium patung itu?" tanyaku pada Jin hyeong, mengabaikan kedatangan Namjoon hyeong.

Jin hyeong menganggukan kepalanya, namun ekspresi wajahnya terlihat sangat sedih.

"Apa karena itu kau terlihat pucat hari ini?" tanya Yoongi hyeong kepada Jin hyeong. "Karena sosok yang kau cintai itu menidurimu dalam mimpi lagi?"

Jin hyeong menggelengkan kepalanya. Air mata tiba-tiba menetes dari kedua bola mata indahnya.

"Kenapa kau menangis, hyeong?" tanyaku dengan kebingungan.

"Sosok itu tidak menemuinya dalam mimpi... Karena itu Jin hyeong merasa sosok itu sudah membuangnya, makanya ia pucat karena terlalu stres... Karena merasa sudah sepenuhnya ditinggalkan si bajingan itu.." sahut Namjoon hyeong.

Aku membelalakan kedua bola mataku.

"Ia... Kalian tahu apa yang membuat Jimin hyeong pucat seharian ini?" tanyaku kepada mereka bertiga.

Mereka bertiga menatapku.

"Ia bercerita padamu?" tanya Jin hyeong. Aku menganggukan kepalaku.

"Dan kau tahu apa yang ia ceritakan padaku? Ia semalam bermimpi... Ditiduri... Disetubuhi... Oleh sesosok makhluk bersayap hitam... Dan ia bangun dengan kondisi pusing dan lemas tadi pagi..." sahutku.

Dan bola mata ketiga hyeong dihadapanku itu membulat... Dengan sangat sempurna...

.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top