CHAPTER 9

Title: BANGTAN BLOODY SCHOOL

Cast: Jin, Namjoon, Jungkook, Taehyung, Jimin, Hoseok, Yoongi - #NamJin #YoonMin #VHope FF

Lenght: Mini Chapter

Rating: 15+

Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]

CHAPTER 9

.

5 OKTOBER 2016

Rabu pagi itu keadaan kantin saat jam sarapan menjadi cukup ramai, karena cerita itu sudah tersebar hampir ke seluruh siswa Bangtan School.

"Im Jaebum sunbae, teman sekamar Kim Jongin sunbae, semalam berteriak keras di depan kamarnya.. Katanya, setelah kembali dari toilet untuk masuk ke dalam kamarnya, ia melihat arwah Jongin sunbae ada disana, di depan kamarnya, menatapnya dengan wajah yang hancur mengerikan itu.." sahut Choi Seungcheol, siswa kelas 1-2.

"Whoaaa, jinjja? Itu pasti sangat mengerikan!" sahut Jo Youngmin, teman sekelas Seungcheol.

"Aku akan pingsan di tempat jika arwah Jongin sunbae mendatangiku...!" sahut Jo Kwangmin, saudara kembar Youngmin, siswa kelas 1-3.

Kehebohan pagi itu segera hening ketika Eric-ssaem dan Donghae-ssaem berjalan masuk ke dalam kantin.

"Ada apa kalian pagi-pagi sudah bersemangat begini?" tanya Eric-ssaem.

"Aniya, ssaem..." sahut Yook Sungjae, ketua kelas dikelas 1-1.

Semua siswa segera berlarian ke gedung utama karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.

"Ya, Taehyung ah~ Apa benar Jaebum sunbae melihat penampakan arwah Jongin sunbae semalam? Kau dan Jimin satu lantai dengannya kan?" tanya Sungjae yang duduk di depan Taehyung dan Jimin.

Taehyung menganggukan kepalanya. "Majjayo.."

"Kami sampai sangat terkejut mendengar teriakannya semalam.." sahut Jimin.

Sebenarnya Jimin ingin bercerita bahwa Hoseok juga didatangi arwah Jongin, namun semalam mereka sepakat untuk merahasiakan hal ini dari yang lain karena mereka takut akan semakin terjadi kehebohan jika Hoseok berkata ia juga didatangi arwah Jongin.

"Itu pasti sangat mengerikan.. Hiiii~" sahut No Minwoo, siswa yang duduk di belakang Taehyung dan Jimin.

Minwoo bergidik membayangkan seandainya arwah Jongin muncul dihadapannya.

Sementara sebuah senyuman diam-diam kembali terbentuk di wajah Taehyung.

.

.

.

Istirahat pun tiba.

Keenam bocah itu berkumpul di kantin untuk makan siang bersama.

"Whoaaaaa~ Berita itu memang benar-benar sangat cepat beredar!" sahut Namjoon dengan penuh antusias.

"Semua siswa di kelas kami sama sekali tidak berhenti membicarakan penampakan Jongin di depan kamarnya semalam." sahut Hoseok.

"Melihat wajah Jaebum sunbae semalam ketika kita menghampirinya cukup membuktikan betapa mengerikan arwah Jongin sunbae itu.." sahut Jimin.

"Aku juga melihatnya, imma... Jadi, aku tahu persis apa yang dirasakan Jaebum..." sahut Hoseok. Ingatan itu kembali melintas di benaknya, ketika arwah Jongin yang begitu mengerikan muncul dihadapannya, membuatnya kembali bergidik ketakutan.

Taehyung, yang menyadari kekasihnya mulai kembali bergidik ketakutan, segera menggenggam erat tangan Hoseok.

"Gwenchana~ Ada aku disini..." sahut Taehyung, membuat senyuman kembali menghiasi wajah Hoseok.

"Ehem..." Yoongi berdeham, menggoda Taehyung dan Hoseok yang mulai bermesraan.

"Yaaa, hyeooong! Kau masih berhutang novel padaku!" sahut Taehyung.

"Araseo.. Kemarin kan Hoseok dan Jimin tertimpa musibah jadi aku tidak ingat..." sahut Yoongi.

"Kalau begitu sore nanti kau akan ke toko buku? Aku ikut!" sahut Jin.

"Ada yang mau kau beli? Haruskah kutemani?" tanya Namjoon sambil menatap Jin.

"Aku bisa pergi dengan Yoongi... Atau kau mau ikut? Aku mau membeli alat tulis.. Pulpenku sudah mulai tidak enak.. Penggarisku juga patah..." sahut Jin.

"Kalau Namjoon ikut, aku tidak jadi pergi.. Aku malas melihat kalian bermesraan di toko buku.." sahut Yoongi dengan gaya coolnya, seperti biasa.

"Cih.. Araseo, kalian saja pergi berdua.. Aku dan Hoseok ada tugas yang harus kami selesaikan besok pagi..." sahut Namjoon.

"Ah! Majjayo! Tugas statistik!" sahut Hoseok. "Chagiya, mian.. Sore ini aku tidak bisa menemanimu... Aku dan Namjoon harus mengerjakan tugas statistik kami yang lumayan banyak..."

"Jadi... Sore ini aku akan bermain berduaan dengan Jimin di kamar?" sahut Taehyung.

"Kita tanding playstation saja, otte?" sahut Jimin.

"Oke, call!" sahut Taehyung dengan penuh antusias.

Tiba-tiba, sebuah suara terdengar berbisik di telinga Namjoon.

"Tooooloooong... Aaaaakuuuuuu~~~"

"Uh?" Namjoon memicingkan matanya. "Teman-teman, apa kalian mendengar sesuatu?"

Kelima sahabatnya terdiam, berusaha mendengarkan, namun tidak ada satupun dari mereka yang mendengarnya.

"Tooooloooong... Aaaaakuuuuu~" Suara itu kembali terdengar di telinga Namjoon. Rintihan yang memilukan.

"Aku mendengar suara minta tolong!" sahut Namjoon.

"Jinjja?" Jin menatap Namjoon.

Keempat sahabatnya berusaha mendengarkan lagi, namun sama sekali tidak ada yang mendengar suara itu selain Namjoon.

Tiba-tiba hawa dingin menjalar di sekujur tubuh Namjoon.

Dan suara itu sayup-sayup terdengar.

"Toooloooooong... Aaaakuuuu~"

"Mwoya..." gumam Namjoon. Sekujur tubuhnya merinding.

.

.

.

Taehyung berjalan menuju perpustakaan sendirian karena di tengah pelajaran, sang guru meminta Taehyung mengambil beberapa buku di perpustakaan.

Kelas Jimin dan Taehyung berada di lantai satu, posisinya agak di tengah, sementara perpustakaan terletak di lantai satu juga namun agak ke ujung.

Taehyung berjalan sambil bersenandung, dan tiba-tiba saja ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya.

TUK! TUK!

Taehyung segera menoleh ke belakang, namun tak ada siapapun.

Taehyung kembali berjalan, dan suara langkah kaki itu kembali terdengar, tepat di belakang Taehyung.

Taehyung kembali menoleh, namun kosong, tidak apa apapun ataupun siapapun di belakangnya.

Taehyung kembali melangkah, dan tiba-tiba saja angin berhembus tepat disamping kirinya.

Taehyung menghentikan langkahnya, kemudian tiba-tiba terdengar suara tangisan seorang pria seusianya.

Taehyung memicingkan matanya dan berusaha mendengarkan suara tangisan itu, dan tiba-tiba tepat di depannya, sosok itu berjalan menghampirinya.

Arwah seorang siswa yang mengenakan seragam sama dengan seragamnya.

Wajahnya hancur penuh luka bakar, seperti ditempelkan oleh setrikaan panas di beberapa bagian wajahnya.

Kedua matanya mengucurkan darah.

Bibirnya terlihat sobek karena tersayat silet.

Sekujur tubuh dan seragamnya dipenuhi darah.

Sosok mengerikan itu berjalan mendekati Taehyung, sementara suara tangisan itu terdengar semakin jelas di kedua telinga Taehyung.

Taehyung, yang sangat menyukai hal-hal berbau psikopat pun, merasa sedikit takut saat itu, karena sosok arwah dihadapannya itu sangat mengenaskan.

Taehyung tidak bisa bergerak, tidak bisa membuka mulutnya, ia hanya bisa memicingkan kedua matanya menatap arwah mengerikan itu menghampirinya.

Dan tiba-tiba saja bahunya ditepuk seseorang.

Dan sosok dihadapannya segera menghilang.

"Mengapa kau berdiam disini, haksaeng?"

Taehyung segera menghela nafas dalam-dalam karena terkejut dengan tepukan di bahunya itu.

Taehyung membalikan tubuhnya, dan ternyata Eric-ssaem berdiri tepat di belakangnya.

"Ah.. Ssaem.." sapa Taehyung, masih dalam keadaan cukup terkejut.

"Waeyo? Mengapa kau terdiam? Mengapa kau terlihat sangat terkejut?" tanya Eric-ssaem.

"Ah.. Aniya.. Aku hanya lupa.. Tadi disuruh ke perpustakaan mengambil buku apa..." sahutny, berbohong.

Eric-ssaem tertawa. "Aigoo..."

"Hehehe~" sahut Taehyung sambil tersenyum dan menggaruk kepala belakangnya.

"Baiklah, aku duluan ke ruanganku ya... Hati-hati, jangan melamun sendirian... Nanti ada yang mengganggumu.. Hahaha.." sahut Eric-ssaem, menggoda Taehyung.

Taehyung menganggukan kepalanya, lalu segera berjalan menuju perpustakaan.

.

.

.

"Aku paling benci jika harus disuruh ke laboratorium biologi sendirian..." gerutu Jin sambil berjalan sendirian ke laboratorium yang berada di lantai tiga.

Jin paling benci dengan Kim Dongwan-ssaem yang selalu menyuruhnya ini itu karena Jin katanya paling manis di kelas 3-1.

Jin menaiki anak tangga menuju lantai tiga.

Suasana sangat hening, membuat bulu kuduk Jin berdiri karena mulai ketakutan.

Jin sampai di lantai tiga, namun tiba-tiba terdengar suara langkah kaki menaiki anak tangga di belakangnya.

Jin menoleh namun tak ada siapapun di belakangnya.

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki berlari di lantai tiga.

Jin menatap ke lorong lantai tiga, namun tak ada siapapun disana.

Jin mulai merinding ketakutan.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki berlarin lagi, dan suara tawa pria seusianya..

Tawa yang.. Menakutkan..

"Hihihihi... Hihihihi..."

Suara tawa itu membuat sekujur tubuh Jin membeku.

Jin segera berlari ke laboratorium biologi yang terletak persis di samping tangga, dan sesuatu yang menyeramkan terlihat di dalam lab itu.

Sosok seorang arwah, siswa seusianya yang mengenakan seragam.

Tubuhnya penuh dengan darah.

Dan bagian perutnya sobek!

Usus berjuntai keluar dari tengah perutnya..

Sementara wajahnya hancur penuh sayatan silet yang dibasahi darah...

Arwah yang mengerikan itu tengah menatap Jin dan berjalan menghampiri Jin.

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" Jin berteriak dan terjatuh duduk di lantai.

Dan sosok bocah SMP bernama Jungkook itu melintas, tepat dihadapan Jin. Dengan senyuman menyeringai di wajahnya. Menatap Jin yang tengah terduduk menangis di lantai.

Jin terus berteriak ketakutan, dan tak lama kemudian Cha Taehyun-ssaem, guru yang bertugas menjaga dan mengurus kebersihan dan kerapihan semua laboratorium di lantai tiga, segera menghampiri Jin.

"Ada apa, haksaeng?" tanya Taehyun-ssaem sambil berjongkok disamping Jin.

Jin menangis sejadi-jadinya, dan Taehyun-ssaem segera membawa Jin ke UKS di lantai satu.

.

.

.

Gosip itu segera beredar sore itu juga, karena ketika jam makan malam tiba dan semua siswa berkumpul di kantin, banyak yang mengerubungi Jin untuk menanyakan penampakan apa yang dilihatnya di laboratorium tadi siang.

"Sunbae.. Apa benar kau melihat penampakan mengerikan di lab biologi?" tanya Kwangmin.

"Aku dan teman-teman sekelas mendengar suara teriakanmu tadi siang... Apa karena kelas kami paling dekat dengan tangga? Atau karena teriakanmu menag sangat kencang?" sahut Kyungsoo.

"Majjayo, suara teriakanmu terdengar sampai kelas kami, hyeong.." sahut Chansik.

"Ah.. Jinjja?" tanya Jin sambil menatap Chansik dan Kyungsoo bergantian.

"Apa wujudnya.. Sangat menakutkan, sunbae?" tanya Minwoo.

Jin hanya bisa menganggukan kepalanya.

"Geumanhae... Jin hyeong butuh menenangkan dirinya... Bisakah kalian membahas hal ini lain waktu? Kami ingin makan malam.." sahut Taehyung dengan ekspresi kesal di wajahnya karena meja mereka berenam dikerubungi banyak orang.

Dan hampir semua siswa disana mengetahui betapa mengerikannya Taehyung jika jiwa bipolarnya kumat, apalagi jika ia marah-marah, ia akan berubah sangat mengerikan.

Jadi, kerubungan itu segera menyingkir dari meja mereka berenam.

"Whoaaaa~ Kau hebat, Taehyung ah! Kau bahkan berani membentak para sunbae?" sahut Jimin.

"Aku risih dikerubungi banyak orang seperti tadi..." gerutu Taehyung.

"Aku juga... Aku baru saja ingin membuka suaraku namun kau sudah membuka mulutmu terlebih dulu..." sahut Yoongi.

"Yaisssh.. Alasan..." gerutu Taehyung.

Hoseok menatap Jin. "Apa... Sangat... Mengerikan?"

Jin menatap Hoseok. Mata Jin masih merah karena menangis sesiangan tadi.

"Kau akan pingsan jika melihatnya, Hoseok ah.." sahut Jin.

"Mwoya... Aku bahkan melihat sosok yang mengerikan siang tadi di lobi." sahut Taehyung.

Taehyung menceritakan semua yang dilihatnya siang tadi.

"Dan sosok itu menghilang tepat ketika Eric-ssaem menyapaku..." sahut Taehyung.

"Eric-ssaem?" tanya Jimin.

Taehyung menganggukan kepalanya.

"Aku masih curiga, apa semua ini memang benar ada hubungannya dengan Eric-ssaem?" tanya Jimin.

Dan tiba-tiba saja Eric-ssaem berjalan menghampiri meja keenam bocah itu.

"Jin-haksaeng?" tanya Eric-ssaem.

Jin menatap Eric-ssaem. "Iya, ssaem?"

"Bisa kita bicara empat mata sejenak?" tanya Eric-ssaem.

.

-TBC-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top