CHAPTER 8
Title: BANGTAN BLOODY SCHOOL
Cast: Jin, Namjoon, Jungkook, Taehyung, Jimin, Hoseok, Yoongi - #NamJin #YoonMin #VHope FF
Lenght: Mini Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]
CHAPTER 8
.
4 OKTOBER 2016
Hoseok cemberut pagi itu ketika mereka berenam sedang sarapan bersama di kantin.
"Yaaaaa! Haruskah ekspresi kecewamu terlihat jelas di wajahmu?" gerutu Taehyung.
Hoseok sangat kecewa karena tidak bisa berpartisipasi dalam pelajaran Woobin-ssaem hari itu.
Hari Selasa, mata pelajaran olahraga yang paling disukai Hoseok karena Woobin-ssaem yang mengajar, selalu menjadi saat-saat yang paling dinanti-nantikan Hoseok di setiap minggunya.
Namun, karena cideranya, kali ini ia tidak bisa mengikuti mata pelajaran olahraga itu.
Dan Taehyung, yang sifat bipolarnya kumat, kini tengah berada dalam fase depresi.
Dan ekspresi cemberut di wajah Hoseok semakin menjadi alasan Taehyung uring-uringan pagi itu, padahal biasanya ia baik-baik saja melihat betapa Hoseok mengangumi sosok Woobin-ssaem.
Taehyung terlihat sangat lesu, tidak bersemangat melakukan apapun, ia bahkan tidak menyentuh makanannya sama sekali.
"Cepat makan sarapanmu, imma.." sahut Jimin.
"Shiro..." gerutu Taehyung. Ekspresi wajahnya terlihat sangat lesu dan tidak bergairah.
"Aku paaaaaling benci melihat bipolarnya kumat begini..." gerutu Jin.
Taehyung hanya duduk di kursi sambil menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi, sementara raut wajahnya menunjukkan ekspresi seolah ia akan mati sebentar lagi. Tubuhnya terlihat sangat lesu dan tanpa gairah.
"Chagi ya~ Kau begini karena marah denganku, huh?" tanya Hoseok, berusaha menghibur Taehyung.
Taehyung hanya menggelengkan kepalanya, pandangannya terus tertuju ke lantai di bawahnya.
"Aku harus menghadapimu di kelas dengan kondisimu yang seperti ini lagi?" gerutu Jimin.
"Kau pasti sangat lelah menghadapinya, Jimin ah.." sahut Namjoon sambil memandang Jimin dengan tatapan mengasihani.
"Aku akan membelikanmu novel pembunuhan yang kau inginkan dari kemarin itu jika moodmu bisa membaik sekarang." sahut Yoongi.
Dan tiba-tiba saja, seperti berada di sebuah rollercoaster, mood Taehyung segera menaik dengan drastisnya.
"Jinjja? Jinjja, hyeong? Kau tidak bohong? Yuhuuu!" sahut Taehyung dengan ekspresi begitu bersemangat dan segera bangun dari kursinya.
"Ayo cepat kita masuk kelas! Aku ingin cepat-cepat sore agar Yoongi hyeong bisa membelikanku novel itu di toko buku yang ada di seberang sekolah kita!" sahut Taehyung dengan nada penuh antusias. Senyuman terus menghiasi wajahnya.
Yoongi hanya pasrah sambil menggelengkan kepalanya. "Tapi aku bohong..."
Dan mood Taehyung kembali menurun dengan sangat drastisnya.
Taehyung langsung terduduk dengan lesu sambil menatap Yoongi.
"Kau memang brengsek, hyeong.." sahut Taehyung dengan nada malas-malasan.
Yoongi menatap Taehyung. "Araseo, imma! Nanti sore akan kubelikan.."
"Yeaaaaay!" teriak Taehyung lagi sambil bangun dari kursinya, lagi-lagi senyuman itu menghiasi wajahnya.
"Ayo cepat ke kelas, aku ingin semua pelajaran segera berakhir hari ini!" sahutnya dengan antusias.
Membuat kelima sahabatnya hanya bisa menggelengkan kepala mereka melihat betapa drastis perubahan sifat bipolarnya itu.
.
.
Bel berbunyi, menandakan kelas akan segera dimulai.
Jimin dan Taehyung menuju lapangan di depan gedung utama untuk memulai kelas olahraganya bersama Woobin-ssaem.
"Ayo, anak-anak! Kita harus semangat walaupun kemarin ada hal yang mengerikan yang terjadi!" seru Woobin-ssaem, berusaha memperbaiki suasana yang cukup suram pagi itu, karena kematin Jongin yang mengenaskan kemarin.
"Neeeeeeee!" jawab siswa kelas 1-1.
Mereka memulai pelajaran olahraga dengan melakukan pemanasan.
Dan seperti biasanya, Woobin-ssaem akan selalu mendekati Jimin dan menggodanya, karena hanya Jimin satu-satunya murid di kelas itu yang terlihat paling tidak tertarik dengan ketampanan Woobin-ssaem.
"Yaaa, Jimin-haksaeng... Ayo, goyangkan pinggulmu lebih bertenaga agar pemanasanmu lebih sempurna..." sahut Woobin-ssaem sambil berdiri tepat di depan Jimin sambil tersenyum, mencoba meggoda Jimin.
"Cih! Jika ia bukan guruku, akan kuhajar wajahnya.." gerutu Jimin dalam hati.
Jimin melakukan pemanasan seperti yang diperintahkan Woobin-ssaem.
"Bagus! Ayo lebih bersemangat lagi, Jimin-haksaeng!" sahut Woobin-ssaem sambil berjalan menjauhinya setelah meyempatkan tangannya untuk mengusap pelan kepala Jimin.
"Cih..." gumam Jimin.
Taehyung, yang berdiri tepat disamping Jimin, segera tertawa setelah Woobin-ssaem berjalan menjauh dari mereka.
"Hahahahahaha! He served you right, Jimin ah! Hahahaha~" Taehyung tertawa pelan menggoda Jimin.
"Yaish!" Jimin menyempatkan kakinya menendang betis Taehyung, lalu melanjutkan pemanasannya.
"Yaaaa, Jimin ah~ Apa kau begitu menyukai pria semungil Yoongi hyeong? Makanya kau tidak pernah tertarik dengan Woobin-ssaem?" tanya Taehyung ketika pemanasan telah selesai dan pelajaran basket dimulai.
Mereka mulai berlatih mata pelajaran basket secara bergantian.
Jimin dan Taehyung duduk di tepi lapangan karena giliran mereka sudah selesai.
"Mwoya..." sahut Jimin.
Taehyung memiringkan kepalanya dan terus menatap Jimin yang duduk disampingnya.
"Waeyooooo~~" gerutu Jimin, yang menyadari Taehyung terus memperhatikannya daritadi.
"Benar kan dugaanku kalau kau menyukai Yoongi hyeong?" tanya Taehyung.
"Kalau iya kenapa? Kalau tidak kenapa?" sahut Jimin dengan acuh tak acuh.
"Yaissssh..." gerutu Taehyung karena Jimin tidak menjawab pertanyaannya dengan baik.
"Kalian berdua disana! Ayo, berkumpul ke tengah lapangan!" sahut Woobin-ssaem, memanggil Taehyung dan Jimin.
.
.
.
Kelas olahraga di kelas 1-1 sudah berakhir sepuluh menit lebih awal dari jam seharusnya.
Jimin dan Taehyung berganti pakaian di kelas, lalu Jimin berjalan menuju toilet untuk buang air.
Dan lagi-lagi, Jimin merasa seolah ada yang mengikutinya, padahal lorong itu sepi kerena semua siswa kelas lain masih belajar dalam kelas masing-masing.
Jimin segera menoleh ke belakang, namun tak ada siapapun disana.
Jimin kembali berjalan memasuki toilet, namun perasaannya mulai tidak enak.
Seolah ada bayangan hitam berdiri tepat di belakangnya.
Jimin segera menoleh ke belakang, namun tak ada siapapun disana.
Dengan ragu-ragu Jimin berjalan masuk ke dalam toilet, semua bilik kosong.
Namun, tepat ketika Jimin masuk ke dalam bilik paling tengah dan mengunci pintunya, terdengar suara keran wastafel menyala, mengalirkan air.
"Nuguya?" gumam Jimin.
Dan suara air itu tiba-tiba berhenti.
Jimin mulai membuang air kecil dalam bilik toilet, namun tiba-tiba saja terdengar suara seseorang bersiul.
Siulan yang cukup... Memilukan...
Seluruh tubuh Jimin mulai terasa sangat merinding.
Jimin segera meresleting celananya setelah selesai buang air, dan ketika ia ingin membuka pintu bilik kamar mandi, tiba-tiba saja lampu kamar mandi itu berkedip-kedip.
Mati.
Nyala.
Mati.
Nyala.
Jimin segera membuka pintu bilik untuk segera kabur secepatnya, namun tiba-tiba lampunya kembali menyala dengan sempurna.
Jimin segera mencuci tangannya di wastafel, dan tiba-tiba saja...
Tepat di cermin di hadapannya...
Wajah itu terlihat.
Sang hantu bocah SMP...
Dengan wajah sebelah kirinya dibasahi darah yang mengalr... Dengan air mata kehijauan yang mentes dari mata kanannya.. Dengan semua luka sayatan di sekujur tubuhnya.
Jimin langsung saja merasa nafasnya sangat sesak.
Sosok hantu bernama Jungkook itu terus menatap Jimin dari cermin dengan tatapan yang mengerikan.
Jimin ingin lari namun tubuhnya tak bisa digerakkan.
Dan sosok Jungkook berjalan semakin mendekat ke arah Jimin.
Jimin bisa merasakan sekujur tubuhnya sangat menggigil kedinginan.
Dan tiba-tiba saja Jungkook sudah berada tepat disamping Jimin, lalu berbisik di telinga Jimin, dengan suara yang tak kalah mengerikannya dengan wajahnya.
"Toloooonggggg aaaaakuuuuuuu... Tooooolooooong... Aaaakuuuuuu..."
Dan seketika itu juga Jimin jatuh pingsan, tepat di depan wastafel kamar mandi, karena saking ketakutannya.
Dan sosok Jungkook segera menghilang.
Bel pergantian jam pelajaran akhirnya berbunyi.
Taehyung berjalan menuju toilet untuk menyusul Jimin yang belum juga kembali ke kelas, dan ia menemukan tubuh Jimin tengah tergeletak di lantai kamar mandi.
Taehyung segera menggendong tubuh Jimin yang pingsan itu dan membawanya ke UKS.
"Aku rasa ia kelelahan... Biarkan ia beristirahat dulu disini.. Aku yang akan menjaganya, silakan kembali ke kelas... Jam pelajaran sudah dimulai.." sahut Donghae-ssaem kepada Taehyung setelah Donghae-ssaem mengecek keadaan Jimin.
Taehyung awalnya bersikeras ingin menemani Jimin, namun tidak diijinkan karena masih ada pelajaran di kelas, jadi Taehyung terpaksa kembali ke kelas untuk belajar.
"Ada apa dengan Jimin?" gumam Taehyung selama pelajaran matematika berlangsung.
.
.
.
"Namjoon ah~ Aku boleh menunggu di tepi lapangan bersama kalian kan?" rengek Hoseok ketika jam olahraga di kelas 2-1 dimulai.
"Tanyakan saja pada Woobin-ssaem... Tapi kurasa lebih baik kau di kelas... Bagaimana jika ada bola nyasar ke arahmu? Kau akan lebih berbahaya jika ikut ke lapangan.. Aku akan mengabsenkanmu kepada Woobin-ssaem.. Kau bisa tiduran saja di kelas.." sahut Namjoon.
"Cih... Araseo..." gerutu Hoseok sambil merebahkan kepalanya di atas meja.
Namjoon segera ke lapangan menyusul teman-teman sekelasnya yang sudah lebih dulu disana dan mulai mengikut mata pelajaran olahraga.
Sementara Hoseok tengah tertidur di mejanya di dalam kelas, seorang diri.
Dan ketika tengah asik tertidur dalam kelasnya. tiba-tiba saja Hoseok terbangun karena mendengar suara denting piano dari ruang kelas musik yang berada dua ruangan disamping ruang kelas Hoseok.
Suara denting piano, namun nadanya terdengar sedikit.. Mengerikan...
"Mwoya? Bukankah mata pelajaran seni musik hanya ada di hari Rabu untuk kelas 1-1, 1-2, 2-1, 2-2, 3-1 dan 3-2, dan hanya ada di hari Jumat untuk kelas 1-3, 1-4, 2-3, 2-4, 3-3, dan 3-4? Klub seni musik juga baru akan memulai kelasnya nanti sore jam setengah lima sore... Mengapa ada yang memainkan piano jam segini?" gumam Hoseok.
Hoseok berusaha mengabaikan suara dentingan piano yang memainkan lagu yang memilukan itu.
Dan tiba-tiba saja angin bertiup disekitar Hoseok, padahal jelas-jelas semua jendela kelasnya tertutup.
"Mwoya?" guma Hoseok lagi sambil memandang sekelilingnya.
Dan tiba-tiba saja suara piano itu berhenti.
Lalu, terdengar suara langkah kaki, tepat di belakang Hoseok, seolah berjalan menghampirinya.
Hoseok menoleh ke belakang, namun tak ada siapapun selain dirinya dalam kelas itu.
Dan kali ini terdengar suara seperti seseorang tengah menulis di papan tulis.
Hoseok segera menolah ke papan tulis, namun tak ada siapapun disana!
Sekujur tubuh Hoseok terasa sangat merinding.
"Jangan ganggu aku, jebal..." sahut Hoseok dengan wajah ketakutan sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya, entah kepada siapa ia berbicara.
TOK!
TOK!
Suara ketukan di papan tulis kembali terdengar.
Hoseok menatap ke papan tulis dengan takut dan tiba-tiba saja ada seseorang yang tengah berdiri disana sambil menulis di papan.
Dari belakang, terlihat jelas sosok itu menggunakan seragam yang sama dengan seragam yang dikenakan Hoseok dan siswa lainnya di Bangtan School.
"Entah mengapa aku seperti pernah melihat siswa itu... Tapi dimana?" gumam Hoseok.
Dan tiba-tiba saja darah terlihat menetes dari belakang kepala siswa yang tengah menulis di papan tulis itu, dan mulai membasahi bagian belakang seragamnya.
Kedua mata Hoseok terbelalak.
"Nu.. Nugu...?" sahut Hoseok dengan penuh ketakutan.
Sosok itu berbalik menghadap Hoseok.
Jongin!
Siswa yang meninggal kemarin.
Dengan wajahnya yang sangat hancur dan dipenuh darah itu.
Berada tepat dihadapan Hoseok sambil menatapnya.
Membuat Hoseok berteriak sekencang mungkin.
"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
Guru yang mengajar di kelas sebelah segera berjalan menuju kelas Hoseok, dan sosok Jongin menghilang seketika.
Hoseok tengah menangis sejadi-jadinya ketika sang guru kelas sebelah masuk ke dalam kelasnya.
Jisung-ssaem, guru sejarah yang dikenal cukup cerdas dan perhatian kepada siswa-siswa disana, segera menghampiri Hoseok.
"Hoseok-haksaeng.. Kau kenapa?" tanya Jisung-ssaem.
Hoseok terus menangis ketakutan.
Dan tak lama kemudian, siswa kelas 2-1 mulai memasuki kelas mereka karena pelajaran olahraga telah berakhir.
"Yaaa, kau kenapa Hoseok ah?" tanya Jackson, yang sangat terkejut melihat Hoseok tengah menangis, sementara Jisung-ssaem masih duduk disamping Hoseok sambil terus menepuk-nepuk bahu Hoseok untuk menenangkan Hoseok.
"Ada apa dengannya, ssaem?" tanya Namjoon kepada Jisung-ssaem.
"Aku juga tidak tahu... Tadi, saat aku mengajar di kelas sebelah, terdengar suara teriakan dari kelas ini... Dan ketika aku masuk, ia sudah menangis begini.." sahut Jisung-ssaem.
"Araseo, ssaem.. Terima kasih sudah menemaninya..." sahut Namjoon.
Jisung-ssaem kembali ke kelasnya mengajar, sementara Namjoon membawa Hoseok ke UKS karena ia masih saja terus menangis.
Dan setibanya di ruang UKS, Namjoon dan Hoseok terkejut melihat Jimin berbaring di salah satu kasur di ruang UKS itu.
"Mwoya? Jimin kenapa, ssaem?" tanya Namjoon kepada Donghae-ssaem.
"Tadi Taehyung-haksaeng menemukannya tergeletak pingsan di lantai toilet, jadi aku memutuskan membiarkannya beristirahat sejenak disini..." sahut Dongha-ssaem.
"Pingsan?" Hoseok menatap Donghae-ssaem, wajahnya masih merah dan dipenuhi air mata karena menangis.
Donghae-ssaem menganggukan kepalanya. "Lalu kalian kenapa kesini? Kau kenapa menangis?"
"Molla, ssaem... Saat aku masuk kelas setelah kami selesai kelas olahraga, ia sudah seperti ini dalam kelas..." sahut Namjoon.
"Kau kenapa, haksaeng?" tanya Donghae-ssaem.
Hoseok menggelengkan kepalanya. "Aku hanya merasa... Kepalaku sangat sakit.." sahutnya, berbohong.
Akhirnya Hoseok ikut berbaring di kasur disamping kasur Jimin, dan bel istirahat pun berbunyi.
Namjoon berjalan meninggalkan UKS menuju kantin, untuk menemui Taehyung, Yoongi, dan Jin.
Mereka berempat makan dengan sangat terburu-buru agar mereka bisa mengunjungi kedua sahabatnya di UKS sebelum jam istirahat berakhir.
.
.
.
Yoongi bermain basket dengan sangat bagus pada pelajaran olahraga kelas 3-1 setelah istirahat berakhir, sementara Jin, yang sangat berbanding terbalik dengan Yoongi, berkali-kali ditegur Woobin-ssaem karena selalu salah dalam melakukan langkah lay-up nya.
Mereka berdua menjalani kelas olahraga dengan cukup baik, dan ketika jam pelajaran berakhir, mereka kembali ke kelas untuk mengganti baju.
Namun, tiba-tiba saja Yoongi mendengar suara dentingan piano, padahal saat itu baru jam setengah tiga sore, sementara kelas klub muik baru dimulai jam setengah lima sore.
Lagipula, kelas Yoongi dan Jin berada di ujung paling kanan, sementara ruang musik ada di ujung lorong paling kiri di lantai dua itu.
"Hyeong, apa kau mendengar suara piano?" tanya Yoongi, karena Jin terlihat tidak bereaksi apapun dengan suara dentingan piano itu.
"Uh? Piano?" Jin diam sejenak, berusaha mendengar apa ada suara piano yang didengarnya, lalu ia menggelengkan kepalanya. "Tidak.. Waeyo?"
"Aneh.." gumam Yoongi.
"Waeyo?" tanya Jin sambil menatap Yoongi.
"Aku... Jelas-jelas mendengar suara dentingan piano..." sahut Yoongi.
.
.
.
Malam itu, setelah kondisi Jimin dan Hoseok membaik, mereka kembali berkumpul di kamar Hoseok dan Namjoon untuk membahas mengenai apa yang terjadi dengan Jimin dan Hoseok hari itu.
Jimin menceritakan apa yang terjadi dengannya di toilet siang tadi, dan Hoseok juga menceritakan apa yang terjadi dengannya di kelas tadi siang.
Keempat sahabatnya bergidik mendengar cerita mereka.
"Pantas saja tadi seperti ada suara teriakan samar-samar terdengar di kelas kita, ya kan Yoongi ah?" sahut Jin, yang ternyata tadi suara teriakan Hoseok terdengar hingga ke kelas Jin dan Yoongi yang sama-sama berada di lantai dua itu.
Mata Jin mulai digenangi air mata karena ketakutan.
Namjoon merangkul pundak Jin, berusaha menenangkannya, sementara Taehyung terus memeluk tubuh Hoseok karena Hoseok mulai menangis ketakutan setelah bercerita.
Yoongi, diam-diam menggenggam tangan Jimin, berusaha menenangkan Jimin dari shocknya.
"Mengapa... Arwah Jongin menghampirimu, hyeong?" tanya Taehyung sambil terus memeluk kekasihnya itu.
"Molla, chagi ya... Aku juga tidak mengerti... Ia sangat mengerikan... Wajah dan tubuhnya hancur dan penuh darah..." sahut Hoseok dalam isak tangisnya.
"Aigoo..." sahut Taehyung sambil mengusap pelan kepala Hoseok.
Dan tiba-tiba saja terdengar teriakan di lantai enam.
"KYAAAAAAAAAAAAAAAA!"
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top