CHAPTER 4
Title: BANGTAN BLOODY SCHOOL
Cast: Jin, Namjoon, Jungkook, Taehyung, Jimin, Hoseok, Yoongi - #NamJin #YoonMin #VHope FF
Lenght: Mini Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]
CHAPTER 4
.
1 OKTOBER 2016
"Pagi..." sahut Yoongi dengan wajah masih mengantuknya ketika ikut bergabung dengan kelima sahabatnya di kantin dorm.
"Kau tidur jam berapa semalam, hyeong?" tanya Jimin.
"Jam dua pagi... Hoahhhhmmm..." sahut Yoongi sambil menguap.
"Nonton yadong? Mereka kau tidur selarut itu?" tanya Namjoon.
TOK!
Pukulan mendarat di kepala Namjoon.
"Yoongi hyeong tidak suka menonton begituan, Namjoon ah~ Memangnya kau? Aigoo~" sahut Hoseok setelah memukul kepala Namjoon.
"Kau juga sering ikut nonton denganku, yaishhh~" gerutu Namjoon.
Membuat keempat sahabatnya tertawa.
"Lalu mengapa kau tidur terlambat semalam, hyeong?" tanya Taehyung.
Yoongi menatap Taehyung. "Bukan urusanmu..."
Taehyung mengerucutkan bibirnya karena kesal dengan jawaban Yoongi.
"Jangan galak-galak padanya.. Bagaimana jika sifat bipolarnya kambuh? Aigoo~ Aku malas meladeninya jika fase depresinya kumat..." sahut Jin sambil menatap Yoongi.
"Hyeooooong..." gerutu Taehyung sambil menatap Jin, membuat kelima sahabatnya tertawa melihat ekspresi di wajah Taehyung.
"Pasti kau habis menelpon saudara kembar kesayanganmu itu hingga larut malam, ya kan? Min Yoonji noona..." sahut Jimin sambil tersenyum menatap Yoongi.
"Mengapa kau bisa tahu?" tanya Yoongi.
"Kau kan selalu berkata, satu-satunya yang kau rindukan setelah tinggal di dorm ini hanyalah Yoonji, kembaranmu itu..." sahut Jin.
"Aku hanya terbiasa selalu bersamanya... Jadi aneh rasanya tinggal terpisah begini.." sahut Yoongi.
"Yoonji noona sangat manis, dan kalian kembar.. Tapi mengapa kau sama sekali tidak ada manis-manisnya, hyeong?" tanya Namjoon.
"Majjayo! Yoonji noona sangat manis, lalu mengapa kau sama sekali tidak ada manis-manisnya?" sahut Taehyung.
"Yaishhh... Tutup mulut kalian.." gerutu Yoongi sambil berpura-pura kesal.
"Seandainya Yoonji noona yang ada disini, bukan kau, hyeong..." sahut Taehyung, menggoda Yoongi.
"Haruskah kututup mulutmu dengan kepalan tanganku, Taehyung ah?" sahut Yoongi sambil menatap ke arah Taehyung.
"Geumanhae, Yoongi ya... Aku takut fase depresinya kumat lagi..." bisik Jin kepada Yoongi.
Selama dua bulan mereka bersahabat, entah berapa kali mereka kewalahan menghadapi Taehyung jika fase depresinya kumat, karena Taehyung yang periang dan absurd itu berubah menjadi pemurung dan tidak mau melakukan apa-apa.
"Aku malas berolahraga hari ini.." sahut Namjoon sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya.
"Setiap hari Sabtu, hanya Yoongi dan Hoseok yang paling bersemangat.." sahut Jin sambil ikut menopang dagunya dengan kedua tangannya.
"Karena Woobin-ssaem yang mengajar~" sahut Hoseok dengan senyuman ceria di wajahnya.
"Cih.." gerutu Taehyung, yang selalu merasa Woobin-ssaem adalah saingannya.
"Dan aku selalu takut setiap didekati Woobin-ssaem..." sahut Jimin sambil bergidik, menunjukkan ekpresi risih di wajahnya.
"Karena ia berusaha membuatmu terpesona dengan pesonanya, Jimin ah.." sahut Yoongi.
"Ooooooh~ Kau cemburu, hyeong? Hatimu panas melihat Woobin-ssaem berusaha mendekati Jimin?" sahut Taehyung, menggoda Yoongi, lagi.
"Issshhh!" sahut Yoongi sambil mengangkat tangannya, berpura-pura hendak memukul Taehyung.
Taehyung menjulurkan lidahnya, membuat yang lain tertawa melihat pertengkaran Daegu line itu.
"Kalian sama-sama dari Daegu tapi kalian yang paling tidak akur diantara kita, hahaha.." sahut Namjoon sambil tertawa.
"Aku tidak mengakui pria seabsurd ini berasal dari kota yang sama denganku..." sahut Yoongi dengan ekspresi coolnya sambil menggelengkan kepalanya.
Membuat Jimin mengacungkan ibu jarinya ke arah Yoongi. "Aku setuju kau mengatakan bahwa Taehyung absurd.."
"Yaishhh~ Cepat sana kalian menikah saja! Aigoo~" gerutu Taehyung sambil memukul pelan kepala Jimin.
"Aku tahu apapun yang kukatakan kau akan selalu setuju denganku.." sahut Yoongi sambil menganggukan kepalanya, ekspresi wajahnya dibuat se-cool mungkin.
"Kalian... Cepatlah pacaran... Aku tidak tahan melihat chemistry kalian yang seperti ini tapi tetap tidak ada yang berani mengutarakannya duluan... Aigoo..." sahut Hoseok.
"Majjayo... Yoongi ah, cepat utarakan perasaanmu pada Jimin!" sahut Jin.
"Mengapa hanya aku yang disudutkan? Bagaimana dengan Namjoon? Apa ia sudah mengatakan perasaannya padamu, hyeong?" sahut Yoongi.
"Yaishh! Mengapa jadi aku?" sahut Namjoon sambil memukul bahu Yoongi.
"Aigoo~" sahut Jimin sambil menggelengkan kepalanya.
.
.
.
Semua siswa sudah berkumpul di lapangan indoor yang sangat luas pagi itu.
Setiap hari Sabtu, semua siswa berkumpul untuk mata pelajaran tambahan olahraga.
Dimulai pukul 09.30 AM dan berakhir pukul 11.45 AM.
Setelah itu baru jam bebas hingga hari Minggu.
Kim Woobin, sang guru mata pelajaran olahraga, berjalan masuk ke ruangan, dan tentu saja kedatangannya selalu membuat keributan karena wajahnya yang maskulin dan bentuk tubuhnya yang atletis selalu membuat semua siswa yang menyukainya pasti berteriak histeris setiap melihatnya.
"Selamat pagi, anak-anak!" sapa Woobin-ssaem dengan killer smile andalannya.
"Pagi, ssaem!" teriak semua siswa disana dengan penuh antusias, termasuk Hoseok.
Taehyung, yang berdiri tepat disamping Hoseok, menyikut lengan Hoseok.
"Ada kekasihmu disini, hyeong... Aigoo..." gerutu Taehyung.
"Setiap Sabtu pagi hingga siang aku single, ingat itu..." sahut Hoseok, menggoda Taehyung.
Membuat Jimin dan Yoongi yang berdiri di belakang mereka tertawa mendengar jawaban Hoseok.
Yoongi menoleh ke arah Jimin, tepat ketika Jimin sedang tertawa, dan Yoongi diam-diam tersenyum menatap betapa manisnya senyuman Jimin.
"Oke! Hari ini... Kita akan melaksanakan olahraga bulutangkis! Otte?" tanya Woobin-ssaem.
"Johaaaaaaaaaa~~~~~~~" sahut para siswa di gedung olahraga indoor itu.
"Mata pelajaran yang paling kubenci..." gerutu Jin.
"Same here, hyeong..." sahut Namjoon yang berdiri tepat disamping Jin.
"Kalian memang cocok... Sama-sama malas berolahraga..." sahut Yoongi yang berdiri tepat di depan Namjoon dan Jin.
"Kau juga hanya kuat bermain sebentar lalu mengeluh kelelahan, imma.." gerutu Jin, membuat Namjoon tersenyum.
Semua celotehan yang keluar dari mulut Jin selalu menjadi suara yang paling disukainya.
.
.
.
Jam pelajaran tambahan olahraga sudah berlangsung satu jam lebih.
Yoongi, yang sudah mulai kelelahan, dan Namjoon yang sudah menyelesaikan gilirannya untuk bermain, duduk di pinggir lapangan sambil mengatur nafas mereka.
Yoongi berbaring di lantai. "Aigooooo~ Aku sangat lelaaaaaah..."
"Kau selalu mudah lelah, hyeong... Coba kau cek kondisimu ke dokter..." sahut Namjoon.
"Tubuhku sehat-sehat saja, imma..." gerutu Yoongi sambil memejamkan matanya.
Namjoon menatap sekelilingnya, dan menemukan Jin yang sedang bertanding bulutangkis dengan Hoseok di ujung sana.
Namjoon menekuk kedua kakinya ke atas, lalu kedua tangannya memeluk lututnya yang tertekuk ke atas, kepalanya diletakkan di antara dua lututnya, dan dengan senyuman di wajahnya ia terus memperhatikan Jin yang terlihat sangat manis ketika sedang berkeringat seperti itu.
Semua hal yang sudah dilewatinya bersama Jin selama dua bulan ini melintas di benaknya, memuat senyuman semakin lebar terbentuk di wajahnya.
"Haruskah kukatakan padanya bahwa aku menyukainya?" gumam Namjoon.
Namun...
Tiba-tiba saja...
Ketika Namjoon tengah asik menatap Jin yang sedang bermain bulu tangkis, sosok itu terlihat, dengan sangat jelas, berdiri tak jauh dari Jin dan Hoseok.
Sosok hantu bocah berseragam SMP yang dilihat mereka dua bulan lalu.
Berdiri di ujung sana, menatap dengan tatapan mengerikan ke arah Jin dan Hoseok.
"Uh?" Namjoon membelalakan kedua bola matanya.
Namjoon mengerjap-ngerjapkan kedua matanya untuk memastikan apakah ia salah lihat, namun sosok penampakan itu masih juga ada disana, menatap dengan tatapan mengerikan ke arah Jin dan Hoseok.
"Igo mwoya?" sahut Namjoon.
"Waeyo?" tanya Yoongi yang masih berbaring disamping Namjoon.
"Hyeong! Sosok itu terlihat lagi, disana!" sahut Namjoon.
Yoongi mengambil posisi duduk dan menatap ke arah yang ditunjuk Namjoon, namun sosok itu tiba-tiba saja sudah menghilang.
"Tidak ada apa-apa.." sahut Yoongi.
"Tadi.. Ada penampakan bocah SMP itu lagi, hyeong! Aku tidak bohong!" sahut Namjoon, berusaha meyakinkan Yoongi.
"Jinjja?" Yoongi menatap Namjoon. Ia tahu betul Namjoon tidak suka berbohong.
Namjoon menganggukan kepalanya. "Jinjja ya... Ia tengah menatap ke arah Jin hyeong dan Hoseok.."
Dan tiba-tiba saja sebuah suara terdengar.
"Gubrak!"
Dan sebuah teriakan terdengar.
"'Arrrrghhhhhhhhhhhhh!"
Semua pandangan mengarah ke asal suara itu.
Hoseok tengah terbaring di lantai sambil memegang kaki kanannya dengan ekspresi wajah kesakitan.
"Hyeong!" Taehyung segera berlari menghampiri Hoseok.
"Waeyo, Hoseok ah? Kenapa kau bisa tiba-tiba jatuh sendiri seperti itu?" tanya Jin.
"Kakiku... Kaki kananku sakit sekali, hyeong.." rintih Hoseok.
Woobin-ssaem berjalan menghampiri mereka. "Ada apa? Kau kenapa, Hoseok-haksaeng?"
Taehyung segera menggendong tubuh Hoseok layaknya pengantin baru menggendong pasangannya.
"Aku akan membawanya ke UKS, ssaem..." sahut Taehyung sambil segera berjalan keluar dari gedung itu menuju ke ruang UKS di gedung utama.
Yoongi, Jimin, dan Namjoon segera menghampiri Jin.
"Ada apa, hyeong?" tanya Jimin.
"Hoseok kenapa?" tanya Yoongi.
"Molla... Aku sedang bertanding bulu tangkis dengannya, tiba-tiba saja ia seperti terselengkat kakinya sendiri lalu terjatuh dan kesakitan begitu.." sahut Jin dengan wajah panik.
"Bocah SMP itu!" sahut Namjoon.
"Uh?" Ketiga sahabatnya menatap Namjoon.
Namjoon segera berlari untuk menyusul ke UKS.
Ketiga sahabatnya juga ikut berlari di belakang Namjoon.
"Yaaaa, Park Jimin-haksaeng! Jangan berlari terlalu kencang, hati-hati nanti kau terjatuh!" sahut Woobin-ssaem ketika melihat keempat bocah itu berlari menuju pintu keluar.
"Cih..." gerutu Jimin sambil terus berlari dan mengabaikan ucapan Woobin-ssaem.
"Sudah! Sudah! Ayo semua, kita bermain lagi... Hoseok-haksaeng akan diobati oleh Lee Donghae-ssaem.." sahut Woobin-ssaem.
Lee Donghae adalah seorang dokter yang kini direkrut menjadi guru khusus yang bertugas di UKS Bangtan School untuk mengobati sakit dan cidera para siswa disana.
.
.
.
Kelima sahabat itu sudah berada di UKS untuk menemani Hoseok.
"Kakimu terkilir, Hoseok-haksaeng... Dan ini cukup parah.." sahut Donghae-ssaem setelah memeriksa luka di pergelangan kaki kanan Hoseok.
"Apa akan lama sembuhnya, ssaem?" tanya Hoseok.
Donghae-ssaem menatap Hoseok. "Selama seminggu ini kau harus menggunakan kursi roda.. Dengan begitu penyembuhannya baru akan cepat..."
"Kursi.. Roda?" tanya Taehyung.
Donghae-ssaem menganggukan kepalanya. "Majjayo.. Kursi roda..."
"Itu berarti, kau harus selalu menemani Hoseok hyeong setiap harinya, bahkan ketika ia harus ke toilet, hyeong.." sahut Jimin sambil menatap Namjoon.
"Kenapa harus aku? Kan Taehyung kekasihnya.." tanya Namjoon.
"Kau ini genius tapi mengapa nalarmu rendah sekali, Namjoon ah? Kau kan yang sekelas dengan Hoseok, kau yang sekamar dengan Hoseok.. Tentu saja kau yang bertanggung jawab menjaganya selama seminggu ini... Apa kau pikir Taehyung harus keluar kelas setiap kali Hoseok ingin ke toilet di jam pelajaran?" sahut Jin.
"Ah... Majjayo..." gumam Namjoon, membuat keempat sahabatnya menggelengkan kepalanya.
"Namjoon ah~ Mian.. Karena akan merepotkanmu seminggu ini.." sahut Hoseok dengan ekspresi merasa bersalah sambil menatap Namjoon.
"Gwenchana.. We are friends, rite?" sahut Namjoon.
"Aku ingin ke toilet... Kalian semua masih akan stay disini kan?" tanya Jimin.
Kelima sahabatnya menganggukan kepalanya.
Jimin keluar dari ruang UKS dan berjalan menuju ke toilet yang terletak di ujung kanan.
Karena hari Sabtu, gedung utama menjadi terasa sangat kosong dan sepi.
Jimin berjalan sambil bersiul.
Dan tiba-tiba saja Jimin merasa seperti ada yang mengikutinya dari belakang.
Jimin menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, namun lorong itu kosong dan tidak ada siapapun selain dirinya.
Jimin memiringkan kepalanya dan kembali berjalan menuju toilet sambil melanjutkan siulannya.
Dan lagi-lagi ia merasa ada yang berjalan di belakangnya.
Jimin kembali menoleh namun tetap tidak ada siapapun di belakangnya.
Jimin segera masuk ke toilet.
Dalam setiap toilet di gedung itu terdiri dari lima bilik toilet, dan kelima bilik toilet di toilet tempat Jimin berada itu semuanya kosong.
Jimin masuk ke salah satu bilik toilet yang berada di tengah.
Ketika Jimin selesai buang air, tiba-tiba terdengar suara seseorang memflush toilet di toilet paling ujung kiri.
"Nugu?" gumam Jimin sambil meresleting celananya, lalu memflush toilet dihadapannya.
Jimin keluar dari bilik toilet dan melihat sekelilingnya.
Tidak ada seorangpun disana!
Semua pintu bilik kamar mandi terbuka.
"Lalu... Siapa yang menekan tombol flush tadi?" gumamnya.
Perasaan Jimin mulai tidak enak.
Seketika hawa dingin menjalari tubuhnya.
Jimin segera mencuci tangan di wastafel.
Dan tiba-tiba saja sekelebatan bayangan melintas di belakang Jimin dan Jimin bisa melihatnya dari cermin yang ada di hadapannya itu.
"Uh?" Jimin menoleh ke belakang namun tak ada siapapun disana.
"Mwoya..." gumam Jimin, berusaha menahan rasa takut yang sudah mulai dirasakannya.
"Gwenchana, Jimin ah~ Gwenchana..." gumamnya, berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Dan tiba-tiba saja lampu toilet itu mati sejenak, dan ketika lampu itu menyala, Jimin dapat melihat sosok itu di cermin dihadapannya.
Seorang siswa yang mengenakan seragam Bangtan School berdiri di belakangnya, tengah menatapnya lewat cermin itu, dan mukanya hancur seperti terlindas kendaraan. Darah mengucur dari wajahnya yang mengerikan itu.
"Kyaaaaaaaaaaaaa!" Jimin segera berteriak dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Dan tiba-tiba Jimin merasakan sebuah sentuhan di bahunya.
"Pergi! Jangan ganggu aku!" teriak Jimin sambil berjongkok ketakutan.
"Kau kenapa, Jimin ah?" Sebuah suara yang tak asing di telinga Jimin terdengar.
Jimin menoleh ke belakang dan mendapati Yoongi tengah berdiri di belakangnya dengan ekspresi kebingungan sambil menatapnya.
"Hyeong!" Jimin refleks bangun dari jongkoknya dan memeluk tubuh Yoongi erat.
"Waeyo? Wae, Jimin ah?" tanya Yoongi.
"Hyeong... Hyeong..." Jimin mulai menangis dalam pelukan Yoongi.
.
.
.
Malamnya, keenam bocah itu berkumpul di kamar Hoseok dan Namjoon untuk berbincang-bincang.
Dan Namjoon menceritakan mengenai sosok bocah SMP yang dilihatnya tadi di gedung olahraga.
"Aku yakin aku tidak salah lihat! Ia tengah menatap kalian berdua.." sahut Namjoon.
"Dan tak lama kemudian Hoseok hyeong terjatuh... Begitu maksudmu, hyeong?" sahut Jimin.
Namjoon menganggukan kepalanya.
"Whoaaaaa~ Kasus ini sangat menarik!" sahut Taehyung.
"Dasar psikopat gila..." gerutu Jin sambil memukul pelan kepala Taehyung.
"Apa benar aku diganggu hantu SMP itu, Namjoon ah?" sahut Hoseok dengan wajah sangat ketakutan.
"Sepertinya.." sahut Namjoon.
Hoseok langsung memeluk tubuh Taehyung yang duduk disampingnya. "Chagi ya~ Aku takut..."
"Tenang saja, hyeong.. Aku akan memutilasi hantu itu jika aku bertemu dengannya!" sahut Taehyung.
"Kau memang gila, alien psikopat..." sahut Jimin sambil menggelengkan kepalanya.
"Lalu mengapa tadi siang kau menangis, Jimin ah? Yoongi hyeong menolakmu?" sahut Taehyung.
"Yaishh!" sahut Jimin sambil menimpuk Taehyung dengan boneka mickey mouse milik Hoseok yang sedari tadi berada di pelukan Jimin.
"Lalu kenapa?" tanya Jin sambil menatap Jimin.
Jimin menceritakan apa yang dialaminya siang tadi, mulai dari seperti ada yang mengikutinya, sampai ketika penampakan mengerikan itu muncul di cermin dihadapannya.
"Kyaaa!" Jin refleks menyembunyikan kepalanya di bahu Namjoon yang tengah duduk disampingnya setelah Jimin selesai bercerita.
"Ehem~" Yoongi berdeham melihat Jin menempel ke tubuh Nmajoon.
"Ah, mian Namjoon ah~ Aku... Takut mendengar cerita Jimin..." sahut Jin.
"Gwenchana, hyeong.." sahut Namjoon sambil tersenyum.
"Itu benar, Jimin ah? Kau tidak berbohong?" tanya Hoseok, wajahnya sangat ketakutan, dan tangan kanannya menengkram erat tangan kiri Taehyung dalam genggamannya.
Jimin menganggukan kepalanya.
"Ia bahkan berteriak ketakutan ketika aku menyentuh pundaknya untuk bertanya ia kenapa.." sahut Yoongi.
"Untung kau juga ingin ke toilet makanya kau bisa ada disana, hyeong!" sahut Namjoon sambil menatap Yoongi.
"Takdir, hyeong.. Mereka sudah ditakdirkan saling peka seperti itu.." sahut Taehyung.
"Aigoo.." sahut Yoongi sambil menimpuk Taehyung dengan bantal Namjoon yang ada disampingnya.
"Sudah dua bulan kita tidak diganggu, mengapa tiba-tiba kita mulai diganggu lagi?" sahut Yoongi.
"Apa ada hubungannya dengan kedatangan Eric-ssaem?" tanya Jimin.
"Apa maksudnya?" tanya Jin kepada Jimin.
Jimin berbisik, "Kudengar... Sejak kedatangan Eric-ssaem, semakin banyak siswa yang sering diganggu oleh para hantu-hantu itu... Apa kali ini giliran kita yang diganggu? Lalu, apa memang semua ini ada hubungannya dengan kedatangan Eric-ssaem?"
"Bahkan Siwon-ssaem meninggal tepat ketika Eric-ssaem datang kesini kan?" sahut Hoseok.
Membuat Jin, Taehyung, dan Yoongi menganggukan kepalanya.
"Benar juga.. Ucapan Jimin dan Hoseok masuk akal..." sahut Jin.
Sementara Namjoon, yang sangat menyukai Eric-ssaem karena mata pelajaran sastra inggris adalah kesukaannya, hanya memiringkan kepalanya sambil memikirkan ucapan sahabat-sahabatnya.
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top