CHAPTER 21 - END
Title: BANGTAN BLOODY SCHOOL
Cast: Jin, Namjoon, Jungkook, Taehyung, Jimin, Hoseok, Yoongi - #NamJin #YoonMin #VHope FF
Lenght: Mini Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]
CHAPTER 21
.
24 OKTOBER 2016
Jarum jam menunjukkan pukul satu dini hari.
Kim Seokjin terus menangis sambil berteriak-teriak dalam ruangan itu, traumanya kembali menguak ke permukaan, membuatnya terlihat nyaris seperti orang gila.
Sementara Namjoon hanya bisa melihat kekasihnya dari luar ruangan kaca itu sambil menghapus air matanya, tak menyangka bahwa kekasihnya yang sangat manis itu memiliki masa lalu yang sangat kelam, dan mengerikan.
"Jin-haksaeng! Jika kau terus berkelakuan seperti ini, kami akan menyuntikan obat penenang kepadamu!" bentak Eric yang tengah menginterogasi Jin lebih jauh mengenai apa saja yang dilakukan dan diketahuinya atas kasus pembunuhan Jeon Jungkook.
"Lepaskan aku! Lepaskan aku! Aku tidak sengaja! Aku tidak tahu apa-apa! Aku tidak bersalah!" Jin terus berteriak dengan ekspresi wajah penuh ketakutan.
Setelah lukanya diobatin oleh tim medis kepolisian, Woobin dibawa masuk ke dalam ruangan kaca itu juga.
"Samcheon! Samcheon! Beritahu mereka, aku tidak bersalah! Samcheon!" Jin berteriak sambil menatap Woobin ketika Woobin dibawa masuk ke dalam ruangan itu juga.
"Sudah kukatakan padamu, aku yang akan menjelaskan semuanya! Lepaskan ia!" gertak Woobin sambil menatap Eric.
"Bawa Jin-haksaeng ke ruang kosong dan berikan obat penenang sementara aku menginterogasi bajingan ini.." sahut Eric kepada anak buahnya.
Jin dibawa keluar ruangan dan berpapasan dengan Namjoon di luar ruangan.
"Namjoon ah! Namjoon ah! Aku tidak bersalah! Jangan tinggalkan aku, Namjoon ah!" sahut Jin sambil menatap Namjoon dengan ekspresi sangat ketakutan.
Namjoon hanya bisa menundukkan kepalanya sambil menghapus air matanya, ia sudah tak tahu lagi apa ia masih bisa terus bersama dengan Jin atau tidak.
Jin dibawa ke dalam suatu ruangan kosong dan diberi obat penenang hingga akhirnya ia terlelap.
Namjoon berjalan masuk ke dalam ruangan itu dan duduk di samping kasur tempat Jin berbaring.
Namjoon menggenggam erat tangan Jin dan menatap wajah kekasihnya itu.
"Hyeong... Kau harus tahu.. Aku sangat... Sangat mencintaimu..." sahut Namjoon sambil menitikkan air mata.
Namjoon menghapus air matanya, lalu kembali menatap Jin. "Kau harus tahu... Bahwa aku... Sangat mencintaimu... Hanya saja... Aku... Ragu... Apakah setelah hari ini... Aku... Masih bisa bersamamu atau tidak..."
Air mata kembali menggenangi kedua bola mata Namjoon. "Kau jelas-jelas tahu sejak awal... Siapa arwah anak SMP itu... Tapi kau diam dan seolah tidak mengetahui apa-apa... Kau jelas-jelas tahu sejak awal, bahwa Woobin-ssaem... Woobin-ssaem.. Yang ternyata adalah pamanmu itu... Seorang pembunuh dan psikopat.. Namun kau tidak mengatakan apapun pada kami sampai-sampai Yoongi hyeong dan Jimin.. Nyaris menjadi korbannya juga..."
Namjoon berusaha menahan air matanya sambil menggenggam erat tangan Jin. "Aku yakin.. Kau sudah tahu... Bahwa Yoongi dan Jimin disekap oleh pamanmu... Makanya, kau terlihat tenang-tenang saja ketika mereka menghilang seharian... Karena kau tahu, mereka bersama pamanmu yang psikopat itu... Bagaimana mungkin... Aku bisa terus menjalin hubungan cinta.. Denganmu.. Yang nyaris membuat kedua sahabat kita terbunuh?"
Air mata Namjoon kembali menetes.
"Mana mungkin... Aku bisa... Berpacaran... Dengan pria sekeji dirimu... Yang tega membiarkan kedua sahabat kita dalam bahaya menyambut maut seperti itu?" sahutnya sambil terisak.
"Mianhae, hyeong... Mianhae... Jika kau terbangun nanti dan kau tidak akan pernah lagi melihatku ada dihadapanmu... Maafkan aku.. Aku sangat mencintaimu, itu benar.. Hanya saja... Aku tidak ingin... Memiliki kekasih sekejam dirimu... Hyeong..." Air mata Namjoon menetes membasahi kasur tempat Jin berbaring.
Taehyung, yang tadinya hendak masuk ke dalam ruangan itu, akhirnya tidak jadi masuk.
Taehyung, yang baru saja tiba di kantor polisi setelah mengurus semua administrasi Yoongi dan Jimin di rumah sakit, mendengar semua ucapan dan tangisan Namjoon.
Tak lama kemudian Namjoon keluar ruangan itu dan berpapasan dengan Taehyung.
Kedua bola mata Namjoon masih dibasahi air mata.
Taehyung memeluk tubuh Namjoon, berusaha menenangkan sahabatnya itu.
"Apa Yoongi hyeong.. Dan Jimin.. Baik-baik saja?" tanya Namjoon setelah tangisnya mereda.
"Mereka sedang diobati... Tapi, aku yakin mereka akan baik-baik saja, hyeong.." sahut Taehyung.
"Dahengiya..." sahut Namjoon. "Lalu Hoseok? Menjaga Yoongi dan Jimin di rumah sakit?"
Taehyung menganggukan kepalanya. "Majjayo.."
.
.
.
Woobin dan Eric saling beradu tatap dalam ruangan kaca itu.
"Jelaskan padaku secara detail mengenai semuanya..." sahut Eric ssaem.
Woobin akhirnya mulai membuka mulutnya, menjelaskan bagaimana kasus pembunuhan yang dilakukannya atas Jungkook dan yang lainnya.
"Jeon Jungkook. Bocah yang manis itu... Aku selalu merasa senyuman dan tawanya membuatku bersemangat dalam setiap lelahku...
Aku dan Jungkook berkenalan ketika tim basket yang kubawa bertanding dengan tim dari sekolahnya. Awalnya kami hanya bertukar sapa, lalu kami sering bertemu untuk bertanding basket karena rumah kami ternyata tidak terlalu jauh..
Karena kami sama-sama menyukai basket, aku dan ia cepat akrab.. Apalagi ia anak yang periang dan selalu memanggilku dengan sebutan hyeong... Sementara aku, sejak kematian adikku, aku sangat ingin ada seseorang yang memanggilku dengan sebutan hyeong..
Kami jadi semakin dekat, sampai-sampai aku lebih sering menemani Jungkook bermain daripada Jin, padahal Jin adalah anak dari kakakku yang tinggal serumah denganku.
Sebelum membahas kelanjutannya, haruskah kuceritakan padamu terlebih dulu mengenai mengapa aku bisa menjadi psikopat?" sahut Woobin.
Eric menganggukan kepalanya. "Silakan.."
"Kematian adikku... Karena ia dibully oleh teman-teman sekelasnya... Aku melihatnya dengan mata kepalaku, bagaimana mereka menyiksa adikku hingga ia meninggal..
Setelah adikku meninggal dan mereka yang membully adikku dibebaskan dari hukuman karena tak ada bukti yang akurat mengenai kesaksianku akan kasus pembullyan yang mereka lakukan, aku membalas dendam pada mereka yang membully adikku...
Itulah pertama kalinya aku membunuh. Dan anehnya, sejak saat itu. tanpa kusadari, aku mulai menikmati menyiksa dan memutilasi orang.. Aku merasa... Aku sedang membunuh semua yang telah membunuh adikku dengan keji itu...
Aku merasa, aku tengah dalam aksi membalas dendam akan kematian adikku setiap aku membunuh dan menyiksa para korbanku...
Aku sudah cukup lama mengidap penyakit psikopat ini... Bahkan ketika bertemu dengan Jungkoon pun, aku sudah menjadi seorang psikopat, dan ia tidak mengetahui sedikitpun bahwa aku ini psikopat..
Tapi entah kenapa, dengan anehnya, setiap aku bersama Jungkook, jiwa psikopatku seolah menghilang begitu saja... Aku... Merasa aku berada dalam posisi senormal-normalnya manusia setiap aku bersama Jungkook..
Sampai sore itu... Jungkook tiba-tiba bersikeras berkata kepadaku bahwa ia ingin masuk ke Bangtan School.. Ia akan belajar dengan giat agar bisa masuk Bangtan School... Aku berkata pada Jungkook, aku akan membantunya agar ia bisa masuk ke Bangtan School..
Dan ketika kami tengah berdiskusi masalah itu, Jin ternyata mendengarnya.. Saat itu Jin tengah depresi karena ia gagal masuk ke Bangtan School padahal ia sudah dua kali mengikuti test masuk Bangtan School dan selalu gagal..
Ia berteriak dan marah padaku serta Jungkook. Jin berpikir, aku akan membantu Jungkook dengan memberikannya jawaban soal ujian masuk pada Jungkook, padahal maksudku adalah aku akan membantu Jungkook belajar dengan rajin agar ia bisa masuk ke Bangtan School.
Jin memang selama ini terus meminta jawaban soal ujian masuk padaku dan aku tak pernah mau memberikannya... Aku tidak ingin keponakanku masuk Bangtan School dengan kunci jawaban yang kuberikan, bukan dengan usahanya sendiri...
Jin mengamuk sore itu. Jadi, aku membawa mereka berdua malam itu ke Bangtan School.. Saat itu, sedang ada kegiatan outdoor dua hari satu malam dan aku tidak ikut karena kondisi tubuhku memang sedang tidak fit untuk menginap di alam terbuka. Jadi malam itu kondisi dorm kosong.
Aku mengajak Jin dan Jungkook berkeliling dorm. Tujuanku adalah memotivasi mereka agar belajar lebih rajin agar bisa menjadi mahasiswa disana.. Namun, Jin yang sedang sangat emosi itu, tiba-tiba mendorong Jungkook dari tangga hingga kepala Jungkook terbentur anak tangga paling bawah..
Aku segera membawa Jungkook ke ruang UKS untuk mengobatinya, dan ia bilang punggungnya juga terluka. Aku membuka bajunya untuk mengobati lukanya, namun tiba-tiba gairahku memuncak melihatnya tanpa baju seperti itu..
Dengan khilafnya, aku mencium Jungkook dan tanganku mulai menggerayangi tubuhnya. Saat itu juga Jungkook mendorong tubuhku dan menolak untuk kuajak bercinta..
Dan entah mengapa tiba-tiba harga diriku terluka ditolak seperti itu.. Emosiku tiba-tiba memuncak, dan seperti kesurupan, aku memaksa Jungkook melayaniku memuaskan gairahku.. Ia terus memberonta dan menolak...
Jungkook segera berlari di lorong, dan berteriak ketakutan, sementara aku terus mengejarnya...
Jin, menghadang Jungkook di ujung lorong.. Seolah ingin membalas dendamnya kepada Jungkook karena ia merasa Jungkook merebutku dan Bangtan School darinya, Jin segera memeluk tubuh Jungkook agar Jungkook berhenti lari...
Aku segera menarik tubuh Jungkook ke dalam toilet dan menyetubuhinya secara paksa disana.. Jin, yang menyaksikan itu, tersenyum puas karena mendengar semua jeritan dan tangisan Jungkook... Jin berpikir, aku akan berhenti sampai disitu...
Namun, emosiku terus memuncak, dan aku akhirnya menyiksa dan membunuh Jungkook dihadapan Jin... Aku membenturkan kepala Jungkook ke lantai toilet berkali-kali hingga kepalanya mengeluarkan banyak darah.. Lalu, aku menyalakan lilin yang ada dalam toilet itu dengan korek api dari sakuku... Dan aku meneteskan tetesan lilin itu ke mata Jungkook, membuatnya berteriak kesakitan... Setelah itu aku menyayat-nyayat seluruh tubuhnya dengan pisau lipatku dan akhirnya ia meninggal...
Aku segera membawanya ke dorm lantai tujuh setelah memasukkan mayatnya ke dalam karung dan menyembunyikan mayatnya disana... Sementara Jin, yang sangat trauma melihatku membunuh Jungkook dengan kejinya, terjatuh pingsan di depan toilet.
Dan gedung dorm yang kupikir kosong itu, ternyata tidak benar-benar kosong! Na Younghee ahjumma, petugas kebersihan di dorm lantai empat, memergokiku tengah naik tangga menuju lantai tujuh dengan membawa karung berisi mayat Jungkook malam itu...
Tentu saja, aku tidak bisa menyisakan satupun saksi mata atas kejadian itu, jadi akhirnya malam itu juga aku menghabisi Na Younghee ahjumma di lantai empat itu dan menyembunyikan mayatnya di atas sana, di tempat aku menyembunyikan mayat Jungkook..
Dan selama setahun kemarin, Jin menjadi sangat trauma setelah melihat apa yang kulakukan dan mengalami gangguan jiwa sehingga ia berhenti sekolah selama setahun, dan akhirnya ia bisa masuk ke Bangtan School tahun ini..
Aku memberikannya kunci jawaban soal test masuk sebagai ganti agar ia tutup mulut selamanya mengenai kasus pembunuhan yang kulakukan ini..." sahut Woobin.
Eric menatap Woobin. "Bersiaplah.. Kurasa kau akan segera mendapat hukuman mati setelah kau mengakui semua pembunuhan yang telah kau lakukan..."
"Aku iklas... Tapi kumohon, jangan hukum Jin... Ia tidak tahu apa-apa... Ia juga korban dari pembunuhan ini.. Jiwa dan mentalnya bermasalah gara-gara melihat apa yang kulakukan malam itu..." sahut Woobin sambil menundukkan kepalanya, memohon kepada Eric.
.
.
.
Taehyung dan Namjoon mengunjungi Yoongi dan Jimin ke rumah sakit siang itu setelah dari pagi-pagi buta tadi mereka menunggu di ruang kerja Eric di kantor kepolisian.
Taehyung dan Namjoon yang sudah mendengar cerita sepenuhnya dari Eric mengenai kasus pembunuhan Jeon Jungkook dan para siswa korban lainnya, menceritakan semua yang mereka dengar kepada Yoongi dan Jimin.
Syukurlah nyawa Yoongi dan Jimin masih bisa terselamatkan.
"Lalu... Bagaimana nasib Jin hyeong?" tanya Jimin dengan nada lemah.
Keadaan Yoongi sudah sangat membaik, sementara Jimin masih merasa sangat lemah sehingga masih perlu terus berbaring dan belum boleh beranjak dari tempat tidurnya.
Yoongi dan Jimin ditempatkan dalam kamar yang sama, bahkan kasur mereka bersebelahan.
Namjoon menggelengkan kepalanya sambil memasang raut muka penuh kesedihan. "Molla..."
"Eric-ssaem bilang, ia akan membahas mengenai bagaimana kelanjutan nasib Jin hyeong siang ini dengan pihak petinggi kepolisian yang berwenang, sementara Woobin-ssaem sudah dipastikan akan dijatuhi hukuman mati..." sahut Taehyung.
Hoseok menggenggam erat tangan Taehyung. "Syukurlah kau baik-baik saja... Aku sangat cemas ketika kau sempat menghilang..."
Taehyung menatap Hoseok sambil tersenyum, lalu mengusap pelan kepala Hoseok. "Kekasih tampanmu ini yang berperan paling besar dalam menyelamatkan kedua sahabat kita ini..."
Yoongi menatap Taehyung dengan ekspresi kesal. "Sudah berapa kali kau begitu membanggakan dirimu?"
Taehyung tertawa. "Hehehe.. Tapi benar kan? Tanpa sahabat seorang pencinta psikopat sepertiku, kurasa kalian berdua sudah tidak bernyawa semalam..."
Yoongi menatap Taehyung, lalu tersenyum. "Gumawo, imma... Tidak sia-sia aku membelikanmu buku tentang psikopat waktu itu.."
"Gumawo, Taehyung ah.. Jinjja.." sahut Jimin.
Namjoon terus menundukkan kepalanya selama keempat sahabatnya berbincang-bincang.
"Namjoon ah, neo gwenchana?" tanya Hoseok yang menyadari bahwa sedari tadi kondisi Namjoon terlihat cukup gelisah.
"Uh? Uh... Gwenchana..." sahut Namjoon sambil menatap ke arah Hoseok.
Taehyung menepuk pelan bahu Namjoon. "Himnae, hyeong..."
"Gumawo, Taehyung ah.." sahut Namjoon sambil tersenyum sekilas.
Yoongi menatap Namjoon. "Lalu.. Bagaimana dengan hubunganmu dan Jin hyeong?"
Namjoon menghela nafasnya. "Sudah saatnya kuakhiri kan?"
"Waeyo, Namjoon ah?" tanya Hoseok.
Namjoon menatap Hoseok. "Aku... Sangat mencintai Jin hyeong... Tapi... Mana bisa aku melanjutkan hubunganku dengannya? Ia sudah tahu sejak awal kalau Yoongi hyeong dan Jimin tengah berada dalam sekapan Woobin-ssae namun ia bisa bersikap cuek dan biasa saja dihadapan kita... Apa kau pikir aku akan bisa melanjutkan hubunganku dengannya yang sudah nyaris membuat nyawa Yoongi hyeong dan Jimin melayang?"
Jimin membelalakan kedua matanya. "Jadi.. Ia tahu kami disekap Woobin-ssaem? Dan ia... Tenang-tenang saja?"
Namjoon menganggukan kepalanya. "Itu yang dikatakannya pada pihak kepolisian tadi sebelum Taehyung datang ke kantor polisi. Ia yang bilang ia tahu kalian disekap namun ia tidak mungkin membahayakan nyawa pamannya sendiri makanya ia diam saja..."
Yoongi memicingkan kedua matanya. "Mengapa Woobin-ssaem.. Mengincar kami berdua? Ah.. Aku ingat apa alasan Woobin-ssaem mengincarku... Eric-ssaem sempat berkata padaku waktu kami berdua di ruangannya... Bahwa kemungkinan besar aku akan dijadikan sasaran Woobin-ssaem karena aku sedikit demi sedikit mulai berusaha mencari tahu mengenai kematian Jeon Jungkook... Makanya waktu itu aku berkata kepada Jimin, bahwa aku takut aku tak punya waktu untuk mengutarakan perasaanku padanya.. Karena aku sudah berfirasat, aku yang akan diincar oleh Woobin-ssaem selanjutnya.. Tapi mengapa... Jimin juga dijadikan sasarannya?"
"Kau lupa? Sejak awal kita berenam masuk, Woobin-ssaem sangat berusaha menarik perhatian Jimin namun Jimin selalu menghindarinya? Woobin-ssaem sudah sejak awal mengincar Jimin untuk dipaksa bersetubuh dengannya. Dan nyawa Jimin akan segera melayang setelah ia bersetubuh dengan Woobin-ssaem... Namun, Woobin-ssaem mengulur waktu untuk menghabisi Jimin karena Jimin selalu bersama dengan Jin hyeong, dan kita berlima... Woobin-ssaem agak kesulitan menemukan cara untuk menculik dan menghabisi Jimin... Itu yang kudengar dari percakapan Woobin-ssaem dan Eric-ssaem..." sahut Taehyung.
"That bastard!" gerutu Yoongi.
"Syukurlah nyawa kalian berdua berhasil diselamatkan.." sahut Hoseok.
Tiba-tiba handphone Taehyung berdering.
Taehyung menjawab panggilan Eric.
"Aku sudah mendapat kabar mengenai kelanjutan nasib Jin hyeong dan bajingan itu.." sahut Taehyung setelah panggilannya terputus.
"Apa yang akan terjadi dengan Woobin-ssaem dan Jin hyeong selanjutnya?" tanya Jimin.
"Katanya, Jin hyeong akan dimasukkan ke panti rehabilitasi... Sementara Woobin-ssaem.. Akan dijatuhi hukuman gantung..." sahut Taehyung.
"Balasan yang setimpal..." sahut Yoongi.
"Ah! JB! Mengapa clue yang diberikan Jeon Jungkook adalah JB?" tanya Yoongi tiba-tiba.
"Ah! Majjayo! JB.. Apa maksudnya?" tanya Hoseok.
Taehyung menatap Yoongi. "J inisial untuk Jin... B inisial untuk Bin... KSJ.. KWB... Kim Seok Jin.. Kim Woo Bin... Jungkook berusaha memberi clue inisial huruf belakang dari nama mereka berdua.. Aku juga baru mengetahui itu ketika aku bersama para tim kepolisian menemukan mayat Jungkook dalam lemari tua itu..."
"Bagaimana kau mengetahuinya?" tanya Namjoon.
"Kurasa hanya aku yang bisa melihatnya.. Karena para polisi yang ada disana diam saja... Aku melihat arwah Jungkook berdiri di samping lemari itu tepat ketika pintu lemari itu kembali ditutup setelah mayat Jungkook dikeluarkan dari dalam sana... Lalu, di lemari itu tiba-tiba tertulis huruf KSJ dan KWB berwarna merah seperti tertulis dari darah... Lalu huruf KS dan KW nya memudar, menyisakan dua huruf saja.. J dan B... Disitulah aku baru paham, bahwa ia berusaha memberitahu kita siapa pelakunya dengan memberikan inisial itu..." sahut Taehyung.
"Daebak... Kita bahkan tidak terpikirkan itu sama sekali!" sahut Hoseok.
"Karena itukah arwah Jeon Jungkook selalu menghantui kita namun tidak pernah muncul di hadapan siswa lainnya? Karena ia... Ingin menghantui Jin hyeong... Seolah ia ingin mengingatkan pada Jin hyeong akan kematiannya... Dan ia juga berusaha memberi clue pada kita... Agar kita menjauh dari Jin hyeong?" sahut Hoseok.
"Kemungkinan besar itu yang terjadi..." sahut Taehyung.
Dan Taehyung menceritakan perpisahan terakhirnya dengan Jeon Jungkook dan Na Younghee ahjumma di gedung dorm malam itu.
Tiba-tiba air mata Taehyung kembali menetes. "Aku bahkan heran, mengapa aku bisa menangis ketika berpisah dengan mereka?"
Jimin dan Hoseok juga meneteskan air matanya, bersyukur karena teror ini akhirnya telah berakhir, dan terharu karena akhirnya arwah Jungkook dan Younghee ahjumma sudah kembali dengan tenang ke alamnya.
"Semoga Jin hyeong... Bisa kembali berkumpul dengan kita... Suatu saat nanti... Setelah kondisi kejiwaannya pulih seutuhnya..." sahut Yoongi, diiringi anggukan kepala keempat sahabatnya.
.
-END-
Note: AKHRNYA END JUGA :)
Maapkeun kalo endingnya gaje atau gantung :) Intinya YoonMin dan VHope berakhir bahagia, sementara NamJin? Biarkan takdir yang memutuskan bagaimana kelanjutan hubungan mereka jauh kedepannya/? #IniMahAlibiAuthorMauLepasTanganBiarKagaDibashNamjinShipper wkwkw XD
Sekali lagi, thx a lot udah stay sama saya di FF ini dari awal sampe end :) Semoga FF ini kaga ngecewain kalian semua ya :)
Thx buat semua masukan, saran, pujian, semangat, dan dukungannya muach muach :) Kaga nyangka FF ini dapet banyak review postif /cium readers atu2/?/ :*
See u all in my other ff... :)
Untuk FF Mystery selanjutnya, seperti yang sudah kalian tahu, akan saya published lanjutan "Bangtan Horror Camp" insya allah Januari 2018.
Semoga kaga ngetroll kayak papa YG ya :*
See u all in there :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top