CHAPTER 20
Title: BANGTAN BLOODY SCHOOL
Cast: Jin, Namjoon, Jungkook, Taehyung, Jimin, Hoseok, Yoongi - #NamJin #YoonMin #VHope FF
Lenght: Mini Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]
CHAPTER 20
.
23 OKTOBER 2016
Yoongi dan Jimin yang tengah terikat dan dikurung dalam sebuah gudang gelap itu terus meronta berusaha melepaskan diri mereka.
Wajah Yoongi sudah penuh luka lebam akibat pukulan-pukulan ketika ia berusaha melawan pria yang mengikatnya, sementara tubuh Jimin sudah dipenuhi beberapa luka sayatan akibat Jimin menolak untuk melayani hawa nafsu biadab sang pelaku yang mengikat mereka berdua.
Kedua mulut mereka diikat dengan kain hingga mereka tidak bisa bersuara.
Yoongi tanpa berheni terus berusaha melepaskan ikatan di tubuhnya, namun sudah semalaman ia terus berusaha, usahanya sia-sia.
Ikatan itu begitu kuat, dan ia bahkan nyaris tidak bisa bergerak saking eratnya ikatan itu.
Mereka berdua sudah sangat kelaparan dan kehausan, makanya Jimin hanya bisa pasrah menyandarkan tubuhnya ke tembok dibelakangnya karena ia sudah tidak punya tenaga lagi untuk memberontak ataupun meronta.
"Aku akan mengurung kalian sampai besok malam... Jika Jimin masih tidak mau melayaniku, siap-siap saja mayat kalian akan ditemukan tak bernyawa..." sahut pria biadab itu sebelum akhirnya ia meninggalkan Yoongi dan Jimin dalam ruangan gelap itu pada Sabtu malam kemarin.
Jimin tentu saja tidak akan pernah menyerahkan keperjakaannya kepada pria bajingan itu, karena mereka tahu, apapun yang terjadi, mereka sudah dipastikan akan mati di tangan pria biadab itu.
Baik jika Jimin menolak disetubuhi oleh pria itu, ataupun jika Jimin bersedia disetubuhi oleh pria itu.
Apapun pilihan Jimin, mereka akan tetap mati dalam tangan si biadab itu, karena mereka berdua sudah mengetahui jati diri dari sang pelaku pembunuhan berantai di Bangtan School!
.
.
.
Ucapan Eric-ssaem terus terngiang di benak Taehyung.
"Aku ini... Detektif yang sengaja menyamar menjadi guru disini.. Karena aku yang memegang kasus pencarian mayat siswa SMP bernama Jeon Jungkook itu!"
"Aku... Tahu siapa pelaku pembunuhan Jeon Jungkook! Aku juga tahu siapa yang membunuh para siswa disini! Ini bukan kasus bunuh diri, ini semua kasus pembullyan dan pembunuhan! Dan semua siswa yang mati disini adalah para siswa yang menolak berhubungan badan dengan sang pelaku!
Karena sang pelaku mengajak para siswa itu berhubungan sexual dengannya, namun para siswa itu menolak, makanya mereka dibunuh satu per satu agar jati dirinya aman dan namanya tidak jelek di sekolahan ini!
Aku tahu banyak desas desus beredar yang mengatakan aku pelakunya... Dan aku tahu persis siapa yang menyebarkan gosip itu...
Guru bajingan itu yang menyebarkan isu-isu tak benar mengenaiku karena ia beranggapan aku orang baru dan bisa dijadikan sasaran untuk menutupi semua kebiadabannya! Dan aku harus tetap cool dan diam, karena jika aku salah bergerak sedikit saja maka identitasku bisa segera diketahui...
Hanya aku dan kepala sekolah yang tahu identitasku sebenarnya..
Kau tahu mengapa Siwon-ssaem meninggal dalam perjalanan menuju bandara? Semua diatur oleh pria biadab itu, karena Siwon-ssaem ketika piket jaga dorm malam tidak sengaja memergoki pria biadab itu tengah memukuli kepala korbannya.
Siwon-ssaem diancam, jika ia memberitahu siapapun, nyawanya akan sama seperti para korban, makanya Siwon-ssaem berencana kabur ke luar negeri, namun di tengah perjalanan, kecelakaan yang direkayasa itu terjadi dan ia pun meninggal di tempat..
Dan semua siswa yang kutemui sebelum mereka dibunuh oleh sang pelaku biadab itu... Mereka sudah mengetahui siapa aku sebenarnya, dan aku selalu berjanji akan melindungi mereka dan segera menangkap si guru biadab itu.. Aku yang memanggil mereka, untuk memberitahu jati diriku sebenarnya.. Aku berjanji kepada mereka, bahwa aku akan melindungi nyawa mereka..
Aku berjanji pada para siswa itu, bahwa aku yang akan menangkap langsung sang pelaku ketika ia terbukti tengah melakukan aksinya..
Namun, ia jauh lebih cepat dari yang kuperkirakan! Nyawa para siswa itu melayang tepat ketika aku baru akan bergerak! Makanya aku sangat tertekan dan merasa bersalah melihat kematian mereka satu per satu...
Dan kali ini kurasa nasib Yoongi-haksaeng juga tengah diambang maut.. Karena setelah terakhir kali aku menemuinya, aku belum melihatnya lagi hingga saat ini..."
Dan ketika Taehyung mengatakan bahwa Yoongi dan Jimin sudah menghilang sejak kemarin sore, Eric-ssaem segera bergerak untuk mencari keberadaan mereka, sementara Eric-ssaem berusaha menyelamatkan nyawa Taehyung dengan menyembunyikan Taehyung dalam gudang yang ada di ruang kerja Eric-ssaem, agar sang pelaku tidak mengincar Taehyung.
.
.
.
Hoseok segera melaporkan kepada guru piket mengenai kasus hilangnya Yoongi, Jimin, dan Taehyung.
Para guru segera bergerak dan berusaha mencari dimana keberadaan mereka bertiga.
Termasuk Eric-ssaem, yang memang sudah sejak tadi diam-diam berusaha mencari dimana keberadaan Yoongi dan Jimin.
Pencarian terus berlangsung hingga pukul sembilan malam, namun tetap saja tidak ditemukan tanda-tanda keberadaan ketiga bocah itu.
Hoseok semakin panik karena kekasihnya tidak juga ditemukan.
Sementara Jin dan Namjoon terus bergandengan tangan, karena merasa cemas juga dengan hilangnya ketiga sahabat mereka.
"Hyeong.. Taehyung pasti selamat kan?" sahut Hoseok kepada Namjoon, matanya sudah digenangi air mata.
"Tenang saja, aku tahu Taehyung pria yang kuat.. Ia pasti tidak akan kenapa-kenapa.." sahut Namjoon, diiringi anggukan kepala Jin.
Dan di tengah kehebohan yang terjadi di Bangtan School dalam melakukan pencarian ketiga siswa yang hilang itu, sesosok pria diam-diam menyelinap masuk ke dalam ruangan rahasianya.
Dan dengan senyuman yang tampan namun mengerikan itu, ia berkata, "Bagaimana keputusanmu, Jimin-haksaeng?" ketika ia sudah berada dalam ruangan gelap itu bersama Yoongi dan Jimin.
Jimin sudah nyaris tak bertenaga karena menahan rasa sakit di tubuhnya yang disayat-sayat oleh cutter, belum lagi ditambah rasa lapar dan haus yang dirasakannya.
Yoongi menatap sangat tajam ke arah pria itu sambil bergumam mencaci maki dengan kata-kata yang menggumam karena mulutnya terikat.
Pria itu tertawa. "Hahahahahaha... Entah mengapa aku begitu suka melihat tatapanmu yang seolah ingin membunuhku ini, Yoongi-haksaeng..." sahutnya sambil berjongkok dan memegang dagu Yoongi.
Yoongi mendorong tangan itu dengan dagunya, menandakan bahwa Yoongi sangat benci disentuh oleh pria sebiadab itu.
Kini tatapan pria itu mengarah ke arah Jimin. "Haruskah aku... Mengajakmu bermain secara paksa?"
Jimin hanya bisa menatap pria dihadapannya itu dengan tatapan lemah. Jangankan melakukan perlawanan, untuk menggerakan anggota tubuhnya saja ia sudah tak sanggup.
Jimin hanya pasrah pada apa yang akan terjadi padanya, sementara Yoongi terus berusaha melindung kekasihnya itu.
Kaki Yoongi menendang lutut pria itu.
"Kau... Jangan mencoba memancing emosiku!" bentak pria itu sambil menendang kepala Yoongi dengan kakinya, membuat darah keluar dari hidung Yoongi.
Hati Jimin berteriak, tidak iklas melihat kekasihnya dihajar seperti itu, namun tubuhnya sudah tak bisa lagi digerakkan karena terlalu lemah.
Pria itu terus menendangi tubuh Yoongi yang tergeletak di lantai dalam keadaan terikat.
"Kau memang harus kuberi pelajaran yang lebih hebat dari ini rupanya?" sahut pria itu sambil mengeluarkan pisau lipat dari sakunya.
Pria itu berjongkok, dan pisau lipat itu diarahkan ke pipi Yoongi. "Waktunya bermain dengan darahmu..."
Yoongi membelalakan kedua matanya. Jimin terus berteriak dalam hatinya, namun tubuhnya benar-benar tidak bisa lagi digerakkan.
TES!
Sebuah sayatan tergores di pipi kanan Yoongi, dan darah segar menetes dari sana.
Yoongi berteriak kesakitan namun suaranya hanya terdengar seperti gumaman kecil.
TES!
Sebuah sayatan tergores lagi di bawah goresan pertama, membuat darah mulai mengucur ke lantai.
Pria itu tersenyum dengan biadabnya dan mengarahkan pisau itu ke leher Yoongi. "Kurasa, membunuhmu terlebih dulu akan lebih menyenangkan... Setelah kau, baru Jimin-haksaeng yang akan kuhabisi..."
Dan tiba-tiba saja.
DUBRAK!
Pintu ruangan itu terbuka, dan Eric-ssaem berdiri disana sambil mengarahkan pistol ke arah pria bajingan itu.
"Kim Woobin! Angkat tanganmu, atau peluru ini akan segera mendarat di kepalamu!" sahut Eric-ssaem.
Woobin-ssaem, sang pelaku pembunuhan berantai itu, segera menoleh dengan terkejut ke arah Eric-ssaem.
"Yoongi-haksaeng! Jimin-haksaeng! Kalian baik-baik saja?" tanya Eric-ssaem.
Yoongi menganggukan kepalanya sementara Jimin tidak bergerak sama sekali.
"Kau siapa... Sebenarnya?" tanya Woobin-ssaem sambil menatap penuh emosi ke arah Eric-ssaem.
"Aku detektif yang menyamar menjadi guru disini, untuk mengawasi semua gerak gerikmu dan membekukmu!" sahut Eric-ssaem, membuat kedua bola mata kecil Woobin-ssaem terbelalak.
"Lalu.. Mengapa kau tahu aku ada disini?" tanya Woobin-ssaem lagi.
"Kim Taehyung-haksaeng... Ia menemuiku untuk mencari tahu mengenai suatu hal, dan akhirnya aku menceritakan semua padanya.. Ia membantuku berpikir untuk menebak dimana kau menyembunyikan kedua sahabatnya ini karena ia sangat menyukai hal-hal berbau psikopat dan ia sudah mengetahui banyak hal mengenai bagaimana membaca jalan pikiran seorang psikopat gila sepertimu!" sahut Eric-ssaem.
"Dan aku... Mendengarmu kemarin malam... Kupikir itu suara langkah kaki guru piket, jadi aku yang tengah berada di lorong lantai enam segera masuk ke kamar.. Namun, langkah kaki yang kudengar dari dalam kamar adalah langkah kaki suara sepatu menapaki anak tangga lagi..." sahut Taehyung yang tiba-tiba muncul dari belakang Eric-ssaem.
Woobin-ssaem membelalakan kedua bola matanya.
"Aku tadinya berpikir, mengapa guru piket langsung turun kembali ke bawah menuruni anak tangga, bukannya berjalan mengecek keadaan di lorong lantai enam terlebih dahulu? Setelah berpikir keras, aku akhirnya mengetahui, itu bukan langkah kaki menuruni anak tangga, tapi langkah kaki yang melanjutkan berjalan ke atas, ke lantai tujuh ini, untuk menyembunyikan kedua sahabatku ini!" sahut Taehyung dengan seringai mengerikan di wajahnya.
"Kau..." sahut Woobin-ssaem sambil menatap Taehyung.
"Sudah kucurigai sejak awal, mengapa dorm lantai tujuh ini selalu dalam keadaan gelap? Mengapa tidak boleh ada yang ke atas sini? Kudengar, katanya lantai tujuh sangat angker, makanya para siswa dan guru tidak ada yang berani ke atas.. Tapi, kurasa... Berita lantai tujuh ini angker awalnya dibuat olehmu.. Agar tidak ada seorangpun yang menemukan gudang rahasiamu ini... Betul kan dugaanku, ssaem?" sahut Taehyung dengan ekspresi penuh kesombongan karena berhasil membaca jalan pikiran sang psikopat.
"Kau!" Woobin-ssaem berdiri dan berusaha mencengkram kerah baju Taehyung, namun tiba-tiba...
DOR!
"Arrrrrrrrrrrghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!"
Peluru milik Eric-ssaem mendarat di paha kanan Woobin-ssaem, membuat darah mengalir dari paha kanannya dan Woobin-ssaem segera kembali berlutut karena kesakitan.
Tak lama kemudian anggota kepolisian yang berada di bawah kepemimpinan Eric-ssaem segera berjalan masuk ke dalam ruangan itu untuk membantu menyelamatkan Yoongi dan Jimin, serta membekuk dan memborgol Woobin-ssaem.
"Sekarang jawab pertanyaan terakhirku... Dimana kau sembunyikan... Mayat siswa SMP bernama Jeon Jungkook itu? Dan juga.. Mayat ahjumma bernama Na Younghee..." tanya Eric-ssaem sebelum Woobin-ssaem dibawa ke luar dari ruangan di lantai tujuh dorm itu.
Woobin-ssaem menatap Eric-ssaem.
"Jika kau tidak menjawabnya, gwenchana... Toh, keponakanmu sudah kubekuk juga dan tengah berada di kantor polisi untuk kuinterogasi..." sahut Eric-ssaem sambil tersenyum, senyuman yang menyatakan kemenangannya.
"Keponakanku? Andwe! Ia tidak bersalah! Ia tidak bersalah! Jangan seret-seret ia!" sahut Woobin-ssaem dengan wajah penuh kepanikan.
.
.
.
Pihak kepolisian, beserta Taehyung, berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan gelap di lantai tujuh itu. Ruangan yang berada tiga ruangan di sebelah ruangan tempat Yoongi dan Jimin disekap.
Bau busuk begitu menyengat dari dalam ruangan itu ketika pintu dibuka.
"Whoeeekssss" Taehyung nyaris muntah ketika mencium bau busuk itu.
Pencarian dimulai, dan akhirnya kedua mayat itu berhasil ditemukan.
Mayat Na Younghee ahjumma, yang sudah sangat membusuk, ditemukan di sebuah kotak kayu yang berada di sudut ruangan, sementara mayat Jeon Jungkook yang sudah membusuk itu juga ditemukan dalam sebuah karung di dalam sebuah lemari tua yang ada di tengah ruangan.
Taehyung langsung saja berlari menuju jendela, membuka jendela ruangan itu, dan memuntahkan isi perutnya keluar karena mual mencium bau mayat dan mual melihat bentuk kedua mayat yang sudah sangat hancur dan nyaris tak berbentuk lagi itu.
Eric-ssaem berjalan menghampiri Taehyung dan menepuk-nepuk pelan punggung Taehyung. "Aku... Hampir dalam setiap kasusku... Menemui bau dan mayat seperti ini.. Makanya aku dan timku sudah terbiasa... Namun, kau belum terbiasa rupanya?"
Setelah kondisi Taehyung jauh lebih baik, mereka segera menyegel ruangan itu dan berjalan menuju taman sekolah untuk masuk ke dalam mobil kepolisian yang ada disana.
Tepat ketika Taehyung hendak keluar dari gedung dorm itu, angin bertiup di belakangnya. Saat itu hanya tinggal Taehyung sendirian yang ada di dalam gedung dorm itu karena para siswa lainnya diamankan di gedung olahraga indoor, ditemani para guru dan beberapa polisi.
Taehyung membalikan tubuhnya, dan melihat dengan sangat jelas, hantu bernama Jeon Jungkook itu berdiri tepat di hadapannya kini, sambil tersenyum.. Senyuman yang sangat manis, menampilkan sederetan gigi kelincinya..
Seolah berkata, "Terima kasih sudah membantuku..."
Keduanya saling bertatapan mata hampir lima menit lamanya dalam diam, dan sosok arwah bernama Jungkook itu pun melambaikan tangannya, seolah mengucapkan selamat tinggal kepada Taehyung.
Dan sosok itu pun menghilang dengan perlahan dari hadapan Taehyung.
Belum sempat Taehyung membalikkan tubuhnya, sosok ahjumma bernama Na Younghee itu juga kini muncul di depan Taehyung, tersenyum menatap Taehyung sambil melambaikan tangannya juga, seolah mengucapkan terima kasihnya dan juga menandakan bahwa sudah saatnya ia kembali dengan tenang ke alamnya.
Lalu sosok Na Younghee juga menghilang secara perlahan dari hadapan Taehyung.
Tanpa sadar air mata Taehyung menetes, terharu dengan perpisahan yang dihadapinya itu.
"Whoaaaa! Aku yang tampan dan kuat ini justru menangis karena berpisah dengan para arwah itu? Aku pasti sudah gila..." gumamnya sambil berjalan menuju mobil milik Eric-ssaem.
.
.
.
Kim Seokjin terus menangis sambil berteriak-teriak dalam ruangan itu, traumanya kembali menguak ke permukaan, membuatnya terlihat nyaris seperti orang gila.
Sementara Namjoon hanya bisa melihat kekasihnya dari luar ruangan kaca itu sambil menghapus air matanya, tak menyangka bahwa kekasihnya yang sangat manis itu memiliki masa lalu yang sangat kelam.
.
-TBC-
NEXT CHAPTER IS LAST CHAPTER :)
Sedih juga tiap mau namatin :( tapi kalo kaga ditamatin, lah gimana atuh XD
Btw, buat yg nebak eric-ssaem, TETOT~ kalian salah :)
Yang udah sempet curiga sama Woobin-ssaem, chukkae anda benar :)
Semoga kalian suka ya sama ff ini sampe end :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top