CHAPTER 10
Title: BANGTAN BLOODY SCHOOL
Cast: Jin, Namjoon, Jungkook, Taehyung, Jimin, Hoseok, Yoongi - #NamJin #YoonMin #VHope FF
Lenght: Mini Chapter
Rating: 15+
Author: Tae-V [Line KTH_V95, Twitter KTH_V95]
CHAPTER 10
.
6 OKTOBER 2016
Keadaan kantin di Kamis pagi itu masih saja ricuh karena sosok mengerikan yang dilihat Jin kemarin di laboratorium.
Sebenarnya, siswa-siswa disana sangat ingin bertanya lebih jelas kepada Jin mengenai apa yang dilihatnya di laboratorium, namun mereka takut dibentak lagi oleh Taehyung, makanya mereka hanya bisa berbisik dari kejauhan sambil menatap ke meja dimana keenam bocah itu berkumpul untuk sarapan.
Setelah selesai sarapan, keenam bocah itu berjalan ke gedung utama dan masuk ke kelas masing-masing.
"Jin hyeong, apa keadaanmu sudah membaik? Kudengar kau sangat syok karena masalah hantu yang kau lihat di laboratorium itu.." sahut Taemin, sang ketua kelas di kelas 3-1 itu, sambil menatap Jin.
"Ia masih belum sepenuhnya sadar dari syoknya.." sahut Yoongi sambil meletakkan kepalanya di atas meja. Yoongi harus memejamkan matanya sejenak sebelum sang guru masuk ke dalam kelas.
"Harusnya kau mengajakku, hyeong! Akan kuhabisi hantu-hantu gentayangan itu..." sahut Song Minho, siswa yang duduk di meja sebelah meja Yoongi dan Jin.
"Kau tidak takut pada hantu?" tanya Jin sambil menatap Minho.
Minho menggelengkan kepalanya. "Aku sama sekali tidak takut.. Dan anehnya, aku sama sekali tak pernah melihat mereka sama sekali selama bersekolah disini..."
"Kau kan pernah diganggu juga, Minho!" sahut Jung Daehyun, siswa yang duduk di depan meja Song Minho.
"Hanya suara-suara... Apa yang bisa kulawan jika hanya berbentuk suara?" sahut Minho dengan gaya coolnya.
"Whoaaaa! Kurasa kau cocok bersahabat dengan Kim Taehyung, sahabatku, siswa kelas 1-1 itu.. Kalian sama-sama psikopat sepertinya..." sahut Jin.
"Aku takut padanya... Sifat bipolarnya mengerikan kalau kumat..." sahut Taemin.
"Kudengar ia pernah diusir dari kelas dan dihukum merapikan perpustakaan karena sifat bipolar fase depresinya kumat di kelas Jisung-ssaem..." sahut Daehyun.
"Ia memang terlihat mengerikan, tapi kalau sifat aliennya kumat, ia terlihat sama sekali tidak mengerikan..." sahut Jin.
"Ia terlihat sangat aneh jika sifat aliennya kumat.." sahut Yoongi, masih sambil memejamkan matanya dan membaringkan kepalanya di atas meja.
"Tapi, hyeong... Apa penampakan itu... Benar-benar mengerikan?" tanya Daehyun.
"Wajahnya sangat mengerikan... Ususnya terjuntai keluar dari perutnya yang sobek... Aku bahkan nyaris pingsan.. Jika Taehyun-ssaem tidak segera mendatangiku, kurasa aku sudah pingsan disana..." sahut Jin.
Ingatan itu kembali melintas di benaknya, dan sekujur tubuhnya merinding mengingatnya.
Tak lama kemudian sang guru masuk dan keadaan kelas kembali tenang.
.
.
.
Taehyung sengaja mengacungkan jarinya ketika Park HaeJin-ssaem, sang guru mata pelajaran kimia, bertanya siapa yang bersedia naik ke lantai tiga untuk mengambil beberapa alat praktek milik Haejin-ssaem yang tertinggal di laboratorium kimia.
Hanya Taehyung satu-satunya siswa yang mengacungkan jarinya, karena para siswa lain masih ketakutan mendengar cerita penampakan di laboratorium biologi kemarin.
Laboratorium kimia berada tepat dua ruangan disebelah laboratorium biologi. Dan lantai tiga jarang digunakan jika tidak ada mata pelajaran praktikum.
Jadi, para siswa kelas 1-1 tidak ada yang berani naik ke lantai tiga, selain Taehyung.
Taehyung segera keluar dari kelasnya dan berjalan menuju tangga di ujung lorong untuk naik ke lantai tiga.
Jiwa psikopatnya kembali menggelora mendengar cerita wujud mengerikan hantu itu, ketika Jin menceritakan betapa mengerikannya hantu yang dilihatnya.
Ketika Taehyung menaiki anak tangga, ia bisa merasakan, lagi-lagi seperti ada yang mengikutinya dari belakang.
Taehyung menoleh, namun tak ada siapapun disana.
Taehyung kembali menaiki anak tangga, dan tiba-tiba saja terdengar suara sepatu yang menaiki anak tangga, tepat disamping Taehyung! Padahal hanya ada ia sendirian di tangga itu!
TUK! TUK!
Suara sepatu menaiki anak tangga itu terdengar sangat jelas disampingnya.
Taehyung memicingkan matanya sambil terus berjalan naik, dan angin kembali berhembus di sekitar telinga Taehyung.
Dan sebuah bisikan kembali terdengar. Sangat pelan... Namun begitu memilukan.
"Toooolooooong... Aaaakuuuuu~~~~~~~"
Taehyung menghentikan langkahnya.
Tinggal lima anak tangga lagi, ia akan tiba di lantai tiga.
Taehyung berdiri mematung di anak tangga keenam dari atas itu sambil memejamkan matanya.
Dan suara-suara itu mulai jelas terdengar.
Suara langkah kaki berlarian.
Suara teriakan yang cukup melengking terdengar jelas di telinganya.
Suara tangisan.
Dan terakhir... Rintihan memohon, meminta tolong.
Taehyung membuka kedua matanya dan menatap ke lantai tiga.
Kosong!
Tak ada apapun atau siapapun disana.
Taehyung berjalan sampai ke lantai tiga, dan ia menyempatkan dirinya masuk ke lab biologi sebelum ia masuk ke lab kimia.
Kosong.
Tak ada apapun atau siapapun disana.
Hanya saja, hawa dingin begitu terasa menjalari sekujur tubuhnya.
Taehyung memiringkan kepalanya, lalu berjalan menuju ke lab kimia.
Baru saja ia membuka lab kimia, sosok itu sudah berdiri disana.
Sang bocah SMP yang seragamnya dipenuhi darah.
Dengan wajah kirinya dibasahi darah yang mengalir dari kepalanya, serta air mata kehijauan menetes dari mata sebelah kanannya. Dengan banyak luka sayatan di sekujur tubuhnya.
Tengah menatap Taehyung, dengan tatapan yang aneh.
Taehyung dan hantu bernama Jungkook itu saling beradu pandang.
Dan saat itu juga Taehyung menyadari, nama yang tertera di baju hantu SMP itu.
"Jeon... Jung... Kook..." gumam Taehyung.
Sang hantu bernama Jungkook itu berjalan semakin mendekat ke arah Taehyung.
Taehyung terus menatap ke arah Jungkook.
Dan tiba-tiba ada sangat banyak suara-suara terdengar bergema memenuhi ruangan lab kimia.
Suara teriakan, jeritan minta tolong, tangisan, rintihan.
Seolah ada lebih dari lima penghuni yang berada dalam ruangan itu.
Padahal disana hanya ada Taehyung, dan sang hantu bernama Jungkook.
"Apa... Kau... Mendatangi kami... Untuk menyampaikan sesuatu?" tanya Taehyung sambil menatap Jungkook.
Dan seketika itu juga semua menghilang.
Sosok Jungkook... Semua suara-suara yang terdengar barusan di telinga Taehyung..
Semua menghilang begitu saja...
Dan lagi-lagi sebuah tepukan di bahu Taehyung membuatnya terkejut.
"Haksaeng... Ada apa kau berdiam disini?"
Taehyung menoleh ke belakang.
Eric-ssaem tengah berdiri disana, menatap Taehyung dengan kebingungan.
"Ah.. Ssaem... Kau mengagetkanku.." sahut Taehyung.
Eric-ssaem menatap Taehyung. "Mengagetkanmu? Ah, mian..."
Taehyung menganggukan kepalanya, lalu berjalan masuk menuju ke meja yang berada di sudut ruangan lab kimia untuk mengambil beberapa barang yang diperintahkan Haejin-ssaem.
"Haksaeng, mengapa kau ada disini pada jam pelajaran? Tidak ada praktikum kan hari ini... Lalu, mengapa kau berdiri disana tadi? Apa kau.. Melihat hal-hal yang aneh?" tanya Eric-ssaem.
"Aniya.. Aku hanya diperintahkan Haejin-ssaem untuk mengambil ini.." sahut Taehyung sambil menunjukkan beberapa peralatan di tangannya.
"Aaaah... Haejin-ssaem yang memintamu kesini?" tanya Eric-ssaem.
"Majjayo.." sahut Taehyung sambil membungkukan badannya memberi salam. "Kalau begitu, aku kembali ke kelasku ya, ssaem.."
"Araseo.. Hati-hati.." sahut Eric-ssaem.
"Ne, ssaem.." sahut Taehyung.
"Ah, haksaeng..." sahut Eric-ssaem.
Taehyung membalikkan badannya dan menatap Eric-ssaem. "Ada apa lagi, ssaem?"
"Kalau... Kalau saja.. Kau melihat ada yang aneh... Atau menakutkan... Beritahukan padaku.. Araseo?" sahut Eric-ssaem.
Taehyung menganggukan kepalanya, lalu berjalan menuruni anak tangga menuju kelasnya.
DI tengah jalan Taehyung memiringkan kepalanya. "Mengapa ucapannya terdengar aneh di telingaku?"
.
.
.
"Aku ingin cepat-cepat hari Sabtu!" sahut Hoseok ketika mereka berenam sedang makan siang.
"Karena kau sudah bisa kembali berjalan dengan normal?" tanya Taehyung.
"Itu salah satunya... Hehehe~" sahut Hoseok sambil tersenyum, lalu menyuap sesendok makanan ke dalam mulutnya.
"Cih... Woobin-ssaem alasan lainnya?" gerutu Taehyung.
Hoseok menganggukan kepalanya sambil tersenyum.
"Yaaaa, hyeoooong! Kapan kau akan membelikan novel pembunuhan itu untukku?" gerutu Taehyung sambil menendang kaki kursi yang diduduki Yoongi.
Mood Taehyung mulai kembali tidak karuan.
"Kalau kau kesal karena kekasihmu itu begitu mengidolakan Woobin-ssaem, jangan jadikan aku sasaran emosimu, yaishhh!" gerutu Yoongi sambil menimpuk Taehyung dengan tissue.
"Kau juga, hyeong! Kalau kau tidak membuat heboh kemarin sore, Yoongi hyeong kan sudah membelikanku novel itu kemarin!" gerutu Taehyung sambil menatap Jin.
"Yaaaa~~~ Kenapa jadi aku yang salah? Wae? Aigoo, dasar alien..." sahut Jin dengan ekspresi agak kesal.
"Hoseok ah~ Kalau kau begitu mencintai Woobin-ssaem, putuskan saja Taehyung! Aku lelah melihat kalian sering bertengkar hanya karena Woobin-ssaem.. Aigoo~" sahut Namjoon.
"Shiroooo~ Aku mencintai Taehyung~" sahut Hoseok sambil menjulurkan lidahnya.
"Lalu, Woobin-ssaem?" sahut Taehyung.
"Aku menyukainyaaa~" sahut Hoseok tanpa rasa bersalah sama sekali.
"Aigoo~" sahut Jimin sambil menggelengkan kepalanya. "Aku ke toilet dulu..."
"Perlu kutemani?" tanya Yoongi.
"Kalian bisa berciuman dalam toilet.. Pasti sensasinya menyenangkan..." sahut Namjoon, menggoda Yoongi.
"Yaish!" gerutu Yoongi.
"Haruskah kapan-kapan kita coba, hyeong? Kissing in the toilet?" tanya Namjoon sambil menatap Jin.
Membuat sahabat-sahabatnya memukuli pundak dan kepala Namjoon.
.
.
.
Jimin berjalan menuju toilet, dan untunglah ada dua siswa lainnya disana, si kembar Kwangin dan Youngmin, sedang mengobrol di depan wastafel.
Jimin masuk ke salah satu bilik di ujung kanan dan menutup pintunya.
Dan Jimin bisa mendengar percakapan kedua bocah kembar itu.
"Kudengar semalam ada yang melihat Jaebum sunbae berjalan keluar dari gedung olahraga indoor..." sahut Kwangmin.
"Iya... Di kelasku juga gosipnya sudah menyebar.. Dan kau tahu, katanya Eric-ssaem terlihat berjalan tak jauh di belakang Jaebum sunbae.. Diam-diam seperti tengah mengintai Jaebum sunbae..." sahut Youngmin.
"Apa Eric-ssaem yang membunuh Jongin sunbae?" sahut Kwangmin.
"Lalu, apa maksudnya kali ini Jaebum sunbae yang diincarnya? Hiiii! Itu sangat mengerikan!" sahut Youngmin.
Tak lama kemudian Seungcheol keluar dari bilik toilet tengah dan mencuci tangannya di wastafel sambil ikut berbicara. "Kudengar, Jaebum sunbae sudah mendengar desas desusnya, jika ia diikuti Eric-ssaem semalam.. Makanya Jaebum sunbae agak ketakutan..."
"Makanya ia tidak masuk kelas hari ini.. Kudengar katanya ia tidak masuk kelas karena sakit..." sahut Youngmin.
"Aku juga pasti akan sangat ketakutan jika menjadi Jaebum sunbae... Hiiii~" sahut Kwangmin.
Jimin segera memflush toilet dan meresleting celananya.
Ketiga bocah itu pergi keluar dari toilet tepat ketika Jimin keluar dari bilik toilet.
Jimin membuka keran wastafel dan mencuci tangannya.
Tiba-tiba saja hawa dingin berhembus di belakang lehernya.
Dan seketika itu juga, Jimin bisa merasakan, seperti ada seseorang yang berdiri tepat di belakangnya.
Jimin melihat ke cermin yang ada di atas keran wastafel itu, namun tak ada siapapun di belakangnya.
Namun Jimin terus merasakan, seperti ada seseorang yang berdiri tepat di belakangnya.
Jimin mematikan keran wastafel dan menoleh ke belakang.
Dan tiba-tiba saja sebuah tubuh tanpa kepala sudah berdiri tepat di belakangnya.
Leher tanpa kepala itu mengalirkan darah cukup banyak, dan sekujur tubuhnya penuh luka bakar.
Sementara tepat di lantai di sebelah kakinya, ada sebuah kepala tergeletak disana.
Berlumuran darah, dan wajahnya hancur!
Sangat... Mengerikan...
Jimin segera berteriak ketakutan dan berlari menuju kantin sambil menangis.
Membuat seisi kantin seketika menjadi heboh.
"Waeyo, Jimin ah?" sahut Yoongi, cemas melihat Jimin berlari masuk ke kantin sambil menangis seperti itu.
"Jimin ah, ada apa?" tanya Namjoon.
Seketika itu juga semua pandangan tertuju ke arah Jimin.
Dan dengan polosnya, Jimin menjawab sambil menangis. "Ada hantu... Tanpa kepala... Di toilet..."
Yoongi langsung memeluk tubuh Jimin untuk menenangkannya, sementara kehebohan kembali terjadi di dalam kantin.
Keempat sahabatnya menatap Jimin yang tengah menangis dalam pelukan Yoongi.
"Itu pasti sangat menyeramkan..." sahut Jin sambil menggenggam erat tangan Namjoon, wajahnya menunjukkan ekspresi ketakutan.
Hoseok juga melakukan hal yang sama kepada Taehyung. Mereka lupa bahwa sedetik yang lalu mereka sedang bertengkar.
.
.
.
Penampakan hantu tanpa kepala yang dilihat Jimin menjadi bahan pembicaraan seluruh siswa di Bangtan School.
Bahkan hingga jam makan malam di kantin pun, hal itu masih ramai dibicarakan.
"Kemarin Jin hyeong, hari ini Jimin... Ckckck~ Geng kita ini akhir-akhir ini mendadak terkenal..." sahut Taehyung.
"Dan mereka begitu takut mendekati kita untuk bertanya karena mereka semua takut padamu, hahaha..." sahut Namjoon.
"Bagus kan? Kalau tidak, kita tidak akan bisa makan dengan tenang begini karena dikerubungi mereka semua..." sahut Taehyung dengan gaya arogannya, seolah ia pahlawan yang sangat berjasa.
"Kau terlihat sangat bahagia, imma.." sahut Yoongi.
"Tentu saja! Gumawo novelnya, hyeong!" sahut Taehyung sambil tersenyum menatap Yoongi.
Tadi sepulang jam pelajaran, Yoongi segera menyempatkan dirinya ke toko buku yang ada di depan gedung Bangtan School, demi menepati janjinya kepada Taehyung.
Setelah selesai makan, mereka berenam menaiki lift menuju lantai enam untuk menuju kamar mereka, dan tiba-tiba saja lift kembali berhenti di lantai empat.
"Mwoyaaaa~~~~~~" gerutu Taehyung.
Hoseok segera menyembunyikan wajahnya di pundak Taehyung, sementara Jin langsung memeluk tubuh Namjoon dari belakang dan menempelkan wajahnya di punggung Namjoon.
Yoongi menatap Jimin yang begitu ketakutan, dan tangan kirinya segera menggenggam erat tangan kanan Jimin, berusaha memberikan rasa aman kepada Jimin.
Lampu lift kembali berkedip-kedip.
Nyala.
Mati.
Nyala.
Mati.
Dan tiba-tiba saja suara itu kembali terdengar.
Rintihan dan tangisan seorang wanita... Yang terdengar begitu memilukan...
Jin dan Hoseok mulai menangis dalam pelukan kekasih mereka, sementara Jimin mencengkram erat tangan Yoongi sambil menggigit bibir bawahnya.
Dan tiba-tiba lift itu kembali bergerak naik ke lantai enam.
Dengan tubuh lemas, mereka berjalan menuju kamar mereka masing-masing, namun ada sesuatu yang terlihat sangat aneh.
Mengapa ada cahaya terang yang terlihat dari kamar 1302?
Pintu kamar itu terbuka lebar, dan cahaya lampu kamar menerangi lorong lantai enam yang agak gelap karena lampu lorong mereka agak redup.
Mereka berenam berjalan menghampiri kamar itu, dan langsung saja mereka berenam berteriak melihat apa yang ada di dalam kamar itu!
.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top