40. Rasi Pisces
"Kalian dari mana aja sih?!"
Akhirnya tim Hanya, Serena, dan Abigail datang ke sekolah pukul lima sore. Kami janji ketemuan di depan gerbang sma kami di WA.
Selain itu, penampilan mereka bertiga sungguh berantakan. Rambut kusut, kerah seragam basah, pucat. Astaga! Mereka seperti habis disekap di tempat gelap (mendekati benar)!
"Jangan tanya apa pun. Aku sdg nggak mood."
"Sampai nyingkatin kata sedang?" cetus Aga.
Membiarkan Hanya dan Abigail memperbaiki mood jelek, Serena pun mewakili informasi yang mereka dapatkan. "Arelin bukan lah Auris. Dia hanya karakter supaya kita salah menebak siapa sosok Auristella yang sebenarnya."
Jika menyesuaikan kematian CEO Pabrik Kerajinan Topeng, sudah jelas Auris mulai bergerak menyingkirkan orang-orang yang bisa menghalangi rencananya. Tapi kenapa dia seceroboh itu sampai nekat membunuh sosok yang membantu penyamarannya jadi Arelin?
"Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan, Sen," kata Serena. Aku menatapnya. "Kurasa alasan Auri membunuh paman CEO itu adalah karena beliau telanjur mengetahui rupa asli Auri dalam pembuatan topeng silikon untuk Arelin."
Cielo bersedekap. "Bukankah motifnya lemah?"
"Iya. Bagaimana jika dia melakukan itu karena tahu kita mendapat petunjuk akan jejaknya? Aurisinting takkan membiarkan kita mendekati kebenaran soal dirinya. Dia bakal melakukan segala cara supaya kita makin jauh darinya."
"But how? Kita kan cuman saling berbagi info berenam orang. Bagaimana cara dia tahu semua hal yang kita peroleh secepat itu? Di antara kita betulan gak ada pengkhianat kan?"
Aku menatap Aga. "Bukan aku woi! Kuker amat jadi mata-mata si psikopat gila itu."
Aga menatap Serena. "Apa kalian lupa, aku telah ditandai olehnya? Ngapain pula aku mau jadi kaki tangan si brengsek miring itu."
Serena menatap Cielo yang dibalas dengan kepalan tinju. "Apa? Nak ni? Bukan gua."
Aku menatap Hanya yang mendelik. "Apa, hah? Kalian mencurigaiku karena aku gak dapat surat darinya? Eh, hei, aku dilecehkan di sini!"
Kini tatapan kami berpindah ke Abigail yang fokus menulis sesuatu di memonya.
"Bukan kau kan, Lilitha?" Cielo berkacak.
Dia melambaikan tangan, menuju bangunan sekolah. "Aku dapat sesuatu nih. Jangan ganggu aku dulu. Sampai jumpa besok guys."
"Oi tunggu, Abigail!" Aga garuk-garuk kepala. Gadis satu itu selalu begitu kalau dapat ide.
"Aku juga mau pamit," cetus Hanya habis memeriksa handphonenya. "Bendahara Osis... Maksudku Kak Hoshia ingin aku ke rumahnya untuk rapat lomba memanah sekolah. Bye."
Tersisa aku, Aga, Serena, dan Cielo.
"Haruskah kita pulang? Sudah mau maghrib."
*
Abigail tiba di kelasnya nan kosong melompong karena semua penghuninya sudah pulang. Dia melangkah masuk, berdiri di depan meja guru.
"Baiklah. Coba kita lihat."
Jumlah bangku dan kursi di kelas itu adalah 34, empat banjar dan banjar ketiga memiliki 5 baris ke belakang tempat Hanya duduk (cowok beban itu suka pindah-pindah sesuka hati).
Abigail mengambil spidol. Mulai menggambar.
"Chausila duduk di kursi nomor 5 banjar pertama. Lalu Graciana di sebelahnya, nomor 4 juga banjar pertama. Di belakang Gracia ada Noura, kursi 12 barisan kedua. Lalu Aga, duduk di kursi nomor 18 barisan ketiga. Terus Serena di kursi 25 barisan keempat. Alsenon di sampingnya, kursi nomor 26. Kemudian aku, Abigail, kursi nomor 27 barisan keempat banjar kedua. Setelahnya baru lah Mimosa. Kursi nomor 33, banjar ketiga barisan kelima. Terakhir ada Hanya. Kursi nomor 34. Aku ingat itu adalah susunan tempat duduk kami dulu. Gak menghitung Cielo karena dia baru pindah jurusan setelah seminggu kurikulum dimulai."
Baiklah. Abigail segera mendorong semua kursi dan meja yang tidak berguna ke belakang, menyisakan kursi-kursi yang telah dia tulis.
"Tunggu sebentar..." Abigail berlarian kecil ke depan, menelan ludah. "Bukankah ini mirip rasi pisces? Meski tidak sempurna, susunan ini mirip rasi bintang pisces! Apakah kebetulan?"
Tidak. Menilik kejadian-kejadian yang menimpa Chausila, Noura, dan yang lain, mustahil kebetulan. Abigail bergegas mengeluarkan ponsel, membuka google map. "Alamat yang berhubungan dengan Pisces lumayan banyak."
Bentar. Hanya tidak mendapatkan surat, kan? Nomor absennya berapa? Abigail mengambil buku absen. Hanya berada di nomor absen 23.
Abigail terbelalak. Ada! Jalan Pisces Blok H23!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top