-' ── quatre ᭡࿔

ꪶ┊I Meant, This  ݇-

▬▭▬▭▬▭▬▭▬

Pagi ini, suara gaduh sudah terdengar di dapur. Pelakunya ialah (Y/n) yang sedang sibuk memasak sarapan pagi. Wanita itu bangun lebih pagi dari biasanya. Tujuannya adalah untuk mencoba resep baru yang sudah sejak lama ingin ia praktikkan. Sayangnya, wanita itu selalu lupa untuk melakukannya.

Kegaduhan yang berasal dari arah dapur itu pun membangunkan Kokonoi dari tidurnya yang panjang. Pria itu menguap sejenak. Mereganggkan otot-ototnya sebelum beranjak keluar dari kamar.

Dilangkahkan kakinya menuju dapur. Di sanalah sang istrinya berada. Membelakangi dirinya dan hanya fokus mencicipi masakannya yang aromanya terasa sangat harum itu.

"Ohayou, (Y/n)."

Pelukan yang tiba-tiba diberikan oleh Kokonoi melingkari perut (Y/n) membuat wanita itu terlonjak. Hampir saja dirinya menjatuhkan sendok yang tengah ia pegang ke dalam panci berisi sup miso di hadapannya. Delikannya itu ditujukan pada Kokonoi.

"Jangan pernah mengangguku ketika aku sedang memasak, Anata," ujarnya disertai oleh perasaan kesal. Tidak sepenuhnya kesal, namun wanita itu hampir saja menjatuhkan sendok yang sudah dicemari oleh air liurnya ke dalam masakannya sendiri.

"Maaf. Kau terlihat membutuhkan sebuah pelukan yang hangat dari balik punggungmu," balas Kokonoi tidak masuk akal.

(Y/n) hanya tersenyum geli. "Ada-ada saja."

Menu untuk sarapan pagi itu pun telah selesai dibuat. (Y/n) segera menatanya ke atas meja. Pun dibantu oleh Kokonoi agar bisa selesai lebih cepat. Setelahnya mereka berdua duduk saling berhadapan untuk memulai sarapan.

"Ittadakimasu."

Pertama-tama (Y/n) mencicipi rasa sup miso yang hampir saja gagal tadi. Rasanya terasa pas di atas permukaan papila-papila lidahnya. Sepertinya bumbu yang ia berikan memang sudah tepat.

"Masakanmu selalu enak seperti biasanya, (Y/n)," ujar Kokonoi tiba-tiba. Membuyarkan lamunan (Y/n).

"Ah, terima kasih, Anata. Aku senang kau menyukainya," balas (Y/n) seraya tersenyum simpul.

Sarapan pagi hari ini dipenuhi oleh perbincangan di antara kedua insan itu. Sesekali (Y/n) tertawa karena ucapan Kokonoi yang cukup lucu baginya.

Seusai sarapan yang terasa hangat itu, (Y/n) pun segera merapikan semua peralatan bekas makan mereka. Awalnya Kokonoi hendak membantu. Namun, (Y/n) pun mencegahnya dan mengatakan bahwa pria itu harus berangkat ke kantor saat ini juga sebelum ia terlambat. Sangat tidak lucu jika seorang bos di kantor tersebutlah yang terlambat, bukan?

"Anata, kau melupakan sesuatu."

Dengan jengah, (Y/n) menatap ke arah Kokonoi yang hendak memakai sepatunya. Pria itu pun menghentikan langkahnya, menoleh pada (Y/n), kemudian berjalan mendekat.

Dikecupnya bibir wanita itu sesaat. Sontak (Y/n) pun terkejut. Bola matanya membesar dan pada akhirnya wanita itu hanya memilih diam kala Kokonoi mulai melumatnya. Tentunya hal itu dilakukan dengan lembut.

Seusai ciuman yang tidak (Y/n) sangka akan terjadi, wanita itu perlahan membuka kepalan tangannya. Di dalamnya terdapat sebuah kunci dengan sebuah gantungan berbentuk nama (Y/n) menggantung di sana.

"Maksudku, ini. Kau melupakan kunci mobilmu," ucapnya.

Melihat apa yang digenggam oleh (Y/n), seketika Kokonoi terdiam. Ia hanya berdeham pelan sebelum berkata, "Terima kasih, (Y/n)."

Wanita itu pun mengangguk. "Um, hati-hati di jalan."

Dengan linglung, Kokonoi melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Ia kembali memakai sepatunya sebelum membuka pintu. Meninggalkan (Y/n) yang menatapnya geli. Sesaat setelahnya, kedua pipinya kembali memerah mengingat kejadian yang baru saja terjadi beberapa puluh detik yang lalu.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top