-' ── trois ᭡࿔

ꪶ┊Finished It  ݇-

▬▭▬▭▬▭▬▭▬

"Berikan padaku."

Sebuah suara terdengar oleh salah satu panca indranya. Cukup mengejutkan si pendengar selama seperkian detik.

"Ini?" (Y/n) menunjukkan handuk yang ia genggam sejak tadi. Handuk itu ia gunakan untuk menggosok rambutnya yang masih basah.

Wakasa mengangguk. Ia mengambil handuk itu dari tangan (Y/n). Menyuruh wanita itu untuk duduk di sofa dan menghadap ke arahnya. Sementara Wakasa mulai mengeringkan surai (h/c) itu.

Wangi shampoo yang biasa (Y/n) gunakan mulai terhirup oleh Wakasa. Pria itu mengusap surai (Y/n) beberapa kali dengan handuk di tangannya. Setelahnya ia mengambil sebuah hair dryer dan mulai mengeringkan surai wanita itu dengan hair dryer.

Kedua insan saling terdiam. Termenung akan apa yang satu sama lain sedang lakukan. Hanya diiringi oleh suara hair dryer yang masih menyala.

Hair dryer yang tiba-tiba dimatikan membuat (Y/n) menatap ke arah Wakasa dengan bingung. Ia tampak sedang memikirkan apa penyebab dari Wakasa yang tiba-tiba mematikan hair dryer di tangannya. Padahal, rambut (Y/n) masih setengah kering.

Wakasa menatap (Y/n) dalam diam. Ia menyusuri wajah istrinya itu. Dengan perlahan, pria itu pun mendekat. Memutuskan jarak antara keduanya. Yang selanjutnya disusul oleh pertemuan bibir mereka.

Napas (Y/n) terasa tercekat. Ia sama sekali tidak menyangka atas apa yang Wakasa lakukan saat ini padanya. Tubuhnya secara perlahan didorong. Kini ia terlentang di atas sofa dengan Wakasa yang masih berkutat dengan bibirnya.

Tak hanya itu, Wakasa menarik pelan kaus yang dikenakan oleh (Y/n). Menampakkan perutnya yang rata. Lalu, tangan pria itu menelusuri tubuhnya hingga ke bagian punggungnya. Melepaskan kaitan bra yang ia kenakan.

Desauannya tertahan di kala bibir mereka masih bertemu. Lidah saling beradu. Menukarkan saliva yang terasa hangat di dalam sana.

Namun, tiba-tiba Wakasa menghentikan aksinya. Tepat di saat itu juga, (Y/n) pun kembali bertanya-tanya. Ia menatap lurus ke arah suaminya itu. Tentunya dengan tatapan yang bertanya-tanya.

"Maaf. Aku tiba-tiba ingin melakukannya denganmu," ujar Wakasa di sela-sela keheningan. Sedang (Y/n) hanya menatap pria itu. Memberikan sirat kebingungan padanya.

Bibirnya masih terkunci rapat. Namun, secara perlahan, tangan wanita itu menyentuh pipi sang pria. Manik (e/c)nya menyorotkan kehangatan di baliknya.

"Tidak apa-apa, Anata." (Y/n) melemparkan senyumnya. "Lanjutkanlah apa yang memang kau ingin lakukan," sambungnya.

Pernyataan itu memberikan kelegaan di dalam relung hati Wakasa. Di saat itu juga, ia perlahan mendekati wajah (Y/n). Mencium keningnya, hidungnya, dan yang terakhir mendarat pada bibirnya. Disertai dengan tangan yang melingkar di atas punggungnya. Kedua insan itu pun meneruskan apa yang memang harus diselesaikan.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top