-' ── cinq ᭡࿔
ꪶ┊Only You Is Enough ݇-
▬▭▬▭▬▭▬▭▬
Sudah berkali-kali tangan (Y/n) tergelincir. Alhasil, gulungan benang yang sedang ia gunakan itu menggelinding ke atas permukaan lantai. Membuat si pelaku sekaligus korban berdecak kesal.
Ia hendak mengambilnya. Di saat yang bersamaan, sebuah tangan terulur lebih dahulu. Mengambil gulungan benang itu dari atas lantai dan memberikannya kepada (Y/n).
Wakasa, yang melakukannya.
"Terima kasih," ucap (Y/n) pelan. Tidak menyangka jika Wakasa akan pulang lebih cepat hari ini.
Wakasa melirik ke arah sesuatu berwarna lilac di belakang (Y/n). Namun, perbuatannya itu membuat (Y/n) segera menutupinya dari Wakasa. Ia menghalangi pandangan pria itu dan hanya tersenyum simpul.
"Apa yang sedang kau buat?" Wakasa pun melontarkan pertanyaan tersebut. Karena ia pikir lebih baik ia bertanya langsung pada (Y/n).
"Bukan apa-apa." (Y/n) kembali tersenyum. Untuk menutupi fakta yang sedang ia sembunyikan.
Kemudian, ia pun memutuskan untuk membelokkan topik pembicaraan. "Apa yang ingin kau lakukan lebih dahulu? Pergi mandi atau makan malam?"
***
Hal yang sama pun terus berlanjut. Setiap kali Wakasa menangkap basah (Y/n) sedang membuat sesuatu dengan benang-benang itu, wanita itu pun mengatakan 'bukan apa-apa'. Setelahnya ia berlari menjauhi Wakasa dan menghilang dari hadapannya.
Meskipun kerap kali Wakasa mendapatkan perlakuan seperti itu, pria itu tetap diam. Tidak mencari tahu apa yang (Y/n) sedang buat. Ia hanya bertanya-tanya di dalam hatinya.
Hal itu pun masih berlanjut ketika tujuh hari telah berlalu.
Wakasa baru saja pulang dari kantornya. Ia mendapati rumahnya dalam keadaan hening. Seolah-olah hanya ada dirinya seorang di sana. Atau memang benar demikian?
"(Y/n)?"
Panggilan Wakasa itu tidak mendapatkan sahutan dari siapapun. Dikarenakan suasana yang gelap membuat ia tidak bisa melihat apa yang ada di hadapannya, Wakasa pun memutuskan untuk menekan saklar.
Lampu pun menyala. Bersamaan dengan bunyi terompet serta confetti yang diletupkan ke udara.
"Happy birthday, Anata!"
(Y/n) berdiri di hadapannya dengan sebuah kue di tangan. Sebuah lilin yang membentuk angka dua puluh sembilan telah dinyalakan. Api di atasnya menari-nari mengikuti irama angin.
Lagu Happy Birthday pun dinyanyikan oleh (Y/n). Dengan senyum di wajahnya, wanita itu bertanya apa keinginan Wakasa seusai dirinya bernyanyi. Secara otomatis, Wakasa menutup matanya. Ia mulai mengucapkan keinginan singkatnya di dalam benak.
"Tiup lilinnya!"
Lilin pun padam seusai Wakasa meniupnya. (Y/n) tersenyum bahagia. Ia meletakkan kue tart tersebut ke atas meja. Tubuhnya pun menghambur memeluk pria itu.
"Happy birthday, Anata. Aku memiliki sebuah hadiah untukmu," ujar (Y/n) dari balik punggung Wakasa.
"Hadiah? Apa itu?"
"Ta-da!"
Sebuah sweater rajut berwarna lilac terpampang di depan wajah Wakasa. Pria itu membiarkan (Y/n) memakaikan sweater tersebut untuknya. Meskipun wajahnya tetap terlihat sama sejak tadi, namun tentu saja Wakasa merasa bahagia saat ini.
"Cocok sekali untukmu! Tidak sia-sia aku membuatnya dan menyembunyikannya selama ini darimu," ujar (Y/n) seusai ia memakaikan sweater itu pada tubuh suaminya.
"Terima kasih, (Y/n)."
(Y/n) pun tersenyum lebar. Kali ini Wakasa yang memeluk dirinya. Menghantarkan panas pada epidermis mereka.
"Apa ada hal lain yang kau inginkan di hari spesialmu ini?" tanya (Y/n) sambil menengadahkan kepalanya. Namun, mereka belum melepaskan pelukan itu.
"Tidak ada. Hanya dirimu saja sudah cukup bagiku, (Y/n)."
Perkataan Wakasa yang bisa dikategorikan sebagai romantis itu cukup langka untuk dikatakan oleh pria itu. (Y/n) hanya bisa mengeratkan pelukannya sambil menahan tangis haru. Yang ia tahu, ia sangat mencintai pria yang memeluk dirinya saat ini. Begitu pula dengan sebaliknya.
***
Yo minna!
Mmf karena update-nya malem-malem. Aku lagi wawancara anak OSIS yang baru sksksksk—
Btw, Anata Series masih lanjut ya ges. Kali ini giliran Kurokawa Izana. Jangan lupa mampir, pren.
Terima kasih telah meninggalkan jejak di cerita ini ya!! (ू•ᴗ•ू❁)
I luv ya!
Wina🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top