2
Taksi kuning berhenti di gerbang Madoka SHS. Dua remaja lawan jenis turun, memandang cukup lama bangunan sekolah. Terus memandangi sampai sopir membawa taksi kembali ke jalan. Menjauh mencari penumpang lain.
"Gedung ini yang tidak berubah sama sekali atau kita yang terlalu cepat datang?" Si remaja cewek membuka obrolan, tersenyum tipis. "Rasanya baru kemarin kita pergi."
"Kita tidak punya waktu bernostalgia."
"Ya ampun," dia terkekeh simpul, "biarkan aku sentimental sebentar sebelum kita kelelap oleh kasus-kasus. Belum lagi kita tidak tahu cercaan apa yang akan kita dapatkan begitu masuk. Aku sedang menyiapkan hati."
Si remaja cowok diam. Mereka tidak memakai pakaian bebas, melainkan seragam Madoka. "Kamu sudah membawa suratnya, kan?"
"Tentu. Aku tidak seperti Aiden yang tidak sigap rencana." Cewek itu mengeluarkan dua buah surat keterangan pindah.
Si remaja cowok tiba-tiba tidak senang. "Jangan menghina Aiden."
"Aku hanya mengatakan fakta, jangan tersinggung dong. Aiden masih perlu banyak belajar." Dia berkacak pinggang. Rambut keriting sepinggangnya berkibar oleh embusan angin. "Tapi aku penasaran, seberapa hebat mereka bertiga saat ini."
"Sudah cukup. Aku tidak mau berbasa-basi lagi. Ayo kita ke Klub Detektif sekarang."
*
"Liburan ke pantai?" Aiden dan Jeremy mengulangi, tampak tertarik. Benar juga, kenapa mereka tidak memikirkan itu. Sekarang kan liburan musim panas.
Paham mimik wajah mereka berdua yang tak pelak lagi menyetujui ide Hellen, Watson menyergah keberatan. "Aku tidak ikut. Jika ada waktu untuk memperbaiki nilai, kenapa harus liburan. Kalian pergi saja tanpaku."
"Tidak bisa dong, Dan!" Nah kan, akhirnya mengomel juga Tuan Putri Penghias. Watson menatapnya malas. "Mau tak mau kamu mesti ikut serta secara kamu juga member klub. Tidak adil kalau hanya kamu yang tinggal."
Watson memperlihatkan nilai essai-nya yang mengenaskan. "See? Aku tidak bisa pergi."
Hal ini sebenarnya melukai harga diri Watson. Dia salah satu pendaftar yang diterima di Akademi Alteia, sekolah para anak-anak brilian, dikalahkan oleh pelajaran sejarah? Tidak bisa. Watson harus memperbaiki skor mengerikan itu.
"Kamu harus ikut, Dan. Liburan ke pantai tujuan terbaik di musim panas." Aiden bersikeras memaksa. "Aku akan membantu kesulitanmu nanti di perjalanan."
Watson hendak tertawa datar, namun dia urung. Ingat, tidak boleh meremehkan. Peringkat mereka bertiga jauh dari kata rendah.
"Aku bilang tidak ya tidak."
Sementara Aiden dan Watson adu mulut, tim Hellen-Jeremy sibuk mencari artikel atau buletin tentang pantai paling direkomendasikan untuk menikmati liburan musim panas.
Ternyata memang, tidak ada pantai yang bagus selain Pantai Hedgelea. Kebanyakan lampiran artikel di internet penuh dengan hastag tempat tersebut. Sudah diputuskan, ya.
Mereka tepuk tangan, memutus cekcok Aiden dan Watson. "Kita akan pergi ke Pantai Hedgelea!"
Tring!
Furnitur bel pada pintu klub bergoyang. Obrolan mereka terhenti, menoleh serempak, sontak terdiam. Dikira kedatangan klien rupanya bukan. Dikira Inspektur Deon rupanya bukan.
Wajah girang Jeremy dan Hellen menghilang. Aiden termangu tak bereaksi. Ini kunjungan menyakitkan. Ini tamu tak terduga.
Ada apa dengan atmosfernya? Watson mengernyit bingung, menatap dua tamu itu. Mungkinkah kenalan mereka bertiga? Tapi, eh, dua orang ini memakai seragam sekolah.
"Aku Grim Skyther. Dia Erika Lanneiola. Sudah lama tak berjumpa. Karena urusan kami sudah selesai, kami bermaksud ingin kembali ke klub ini."
Senyap sejurus kemudian.
Aiden berderap dan PLAK! Sebuah tamparan keras melayang ke pipi remaja yang barusan berbicara, menatap bengis dengan sorot mata berkaca-kaca.
Rahang Jeremy mengeras, menatap marah. Berbeda dengan Watson yang kaget mengapa Aiden menghampiri cowok itu dan langsung menghadiahi tamparan.
"Aiden, apa yang—" Watson beranjak bangun, hendak menegur, namun bahunya ditekan oleh Hellen. Disuruh duduk. Saat menoleh meminta jawaban, Hellen justru melemparkan ekspreksi tak bersahabat.
Sungguh, apa-apaan suasana ini...
Tunggu dulu. Apa dia bilang namanya Grim Skyther? Watson menelan ludah, sekarang ingat siapa dia. Mereka berdua adalah anggota pertama! Pantas saja Aiden, Hellen, dan Jeremy jadi emosional mendadak.
"Pergi." Satu kata perintah keluar dari mulut Aiden nan berwajah kosong.
"Kasar sekali setelah lama tidak bertemu. Kamu tidak merindukanku atau bertanya ke mana saja aku selama ini?"
"Tutup mulutmu dan pergi. Kamu tidak diterima di sini. Silakan pergi sebelum kami memanggil satpam sekolah."
Grim tersenyum apa adanya. "Aku bawa kabar baik untukmu, Ai. Paling tidak dengarkan aku sebentar."
"Kamu tuli? Ada masalah pada pendengaranmu? Silakan pergi dari sini sekarang juga," kata Aiden singkat dan jelas. Intonasi mengusir terdengar kental.
Baru beberapa detik lalu rasanya suasana klub tenteram damai membicarakan liburan musim panas, tapi sekarang berubah seratus persen. Aura kebencian pekat memenuhi ruangan.
Watson merasa dia tidak ada urusannya di sini. Jadilah dia menepi, membaca bacaan acak di pencarian Jeremy dan Hellen. Malas ikut drama.
"Kamu masih marah gara-gara aku pergi tanpa pemberitahuan? Maaf, aku punya alasan. Mungkin itu kabar baik kedua aku berani menemuimu. Aku menyesal, Aiden. Aku menyesalinya."
Aiden beringas, ingin menampar sekali lagi tapi dicegat oleh Erika.
"Oh?" Aiden berdecak. "Jadi kamu datang kemari untuk memamerkan kekasih barumu?" ujarnya sarkas, mendecih pelan seraya menepis genggaman Erika. "Grim dan Erika, si duo pintar dari Madoka. Pasangan yang cocok."
Erika geleng-geleng kepala. "Seperti biasa, kamu masih tidak bisa mengendalikan egomu, Aiden. Selalu menilai dari sebelah mata." Perempuan itu menoleh malas ke Grim, bersedekap datar. "Bukankah sudah kukatakan padamu, dia takkan mendengar kita. Untung aku sudah menyiapkan hati karena tahu kita hanya akan dapat hinaan. Dia tidak berubah sedikit pun."
"Tidakkah kamu bercermin, Rika?" seloroh Hellen tersenyum miring. "Lihat dulu dirimu baru mengatai orang. Bisa-bisanya kamu datang kemari setelah apa yang kamu lakukan pada Aiden. Kamu tidak punya malu atau urat malumu putus?"
Lupakan persahabatan antara Hellen dan Erika. Tidak ada lagi kata teman di antara mereka.
Mencoba bersabar, Erika mendesah pelan, menatap intens. "Ayolah, Hellen, Eldwers. Kalian selama ini telah salah paham soalku dan Grim. Kami pergi bukan untuk berpacaran seperti yang kalian pikirkan. Kami terpaksa keluar sekolah untuk menyelidiki kasus Pembunuhan Mupsi."
Telinga Watson tegak sejenak.
"Sekarang kamu mulai mengada-ada, heh? Kasus itu sudah lama ditutup karena tidak ada perkembangan."
Erika memejamkan mata kalem. "Kalian meneruskan profesi Kak Anlow sebagai detektif di Madoka namun tidak pernah mendiskusikan kasus itu? Betapa sedihnya Kak Anlow."
"Jangan sebut nama kakakku, Erika," geram Aiden kesal. "Aku masih bersabar atas kelancanganmu tapi kamu tipe dikasih hati minta jantung, ya? Apa butuh kekerasan untuk menyentil otak burungmu?"
"Sudahlah. Ayo Grim," Erika mengalah. "Kita pergi dari sini. Aiden tidak bercanda memanggil satpam. Sepertinya kamu tidak dilihat lagi setelah perjuangan mencari pelaku kasus itu. Lihat, bahkan adiknya juga tidak peduli pada kakaknya. Ironis."
"ERIKA!" Aiden berteriak marah.
"ELDWERS! Kenapa kamu tidak mengerti juga, hah?! Kenapa kamu tidak mencoba mendengar penjelasan kami dahulu? Aku dan Grim pergi untuk mencari orang yang membunuh kakakmu! Lalu kamu, memfitnah kami tidak-tidak. Mengira Grim tidak mencintaimu lagi, mengira aku mengambil kekasihmu, mengira kami berpacaran dan meninggalkanmu. Ayolah, kita ini berteman. Tidak ada untungnya aku melakukan itu."
"Baiklah, mari kita dengarkan. Apa yang kalian lakukan di sini? Kalian berhasil memecahkan teka-teki kasus pelik itu? Huh! Maaf jika aku meremehkan, tapi untuk individu seperti kalian, itu takkan pernah terjadi. Kalian hanya pencemar nama kakakku."
Selagi mereka bersiheboh, mata Watson mendapatkan artikel yang baru di-upload sepuluh menit lalu, segera ramai dilihat.
Watson mengernyit. "Penemuan mayat di Pantai Hedgelea. Tubuh korban dimutilasi seperti mainan boneka Marionette?"
Spontan semua orang menoleh ke Watson. Lebih tepatnya ke benda di tangannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top