Tapi Terciduk

Di taman, aku duduk berteduh sendirian di bawah seluncuran. Matahari bersinar terik.

"Hei, Pus. Sini, sini," panggil seorang gadis dari luar.

Aku mengintip ke luar.

Dua perempuan muda. Pakaian hitam-putih. Mengalungi id­-card tali biru. Ia berjongkok. Mengulurkan tangannya yang memegang sesuatu.

"Sini, sini, Pus! Aku punya makanan enak nih."

Aku bergeming. Siaga. Bersiap untuk lari.

"Enggak usah takut. Liana ini emaknya kucing. Masokis pula. Dicakar atau digigit malah kegirangan," timpal temannya yang ikut berjongkok di sampingnya, menyikut Liana.

Mereka berdua saling meledek kemudian tertawa-tawa.

Keteganganku cair. Aku mendekat. Ia berjongkok lalu mengelus kepalaku dan menyodorkan makanan.

Liana bersorak senang. "Sudah kubilang, kan? Membawa dry-food ke mana-mana itu enggak sia-sia. Btw, kucing ini imut sekali. Matanya hijau, bulunya hitam-putih kayak baju kita, ya? Jangan-jangan mahasiswa baru juga." Dia tertawa, lalu melanjutkan, "Jadi pengin bawa pulang ...."

Hei, kata-kata ini seperti tidak asing. Tidakkah ini sedikit ... deja vu?

Percakapan mereka berpindah dengan cepat. Banyaknya tugas, cowok, anime, senior, tugas, lalu cowok lagi.

Aku turut menyimak sambil makan. Meski mereka sedikit berisik, aku merasa nyaman. Aku mendengkur halus saat Liana mengelus bagian leherku.

Ponsel Liana tiba-tiba berdenting. Gadis itu menyerahkan bungkus makanan ke temannya lalu merogoh saku.

Tidak masalah siapa yang memberi. Yang penting perutku terisi.

Liana menjerit tertahan. Berganti-ganti menatap layar ponsel dan aku. Ia membisikkan sesuatu kepada temannya, seakan meminta persetujuan. Temannya mengangguk setuju.

"Coba telepon! Coba telepon!"

Terdengar nada panggilan. Tidak butuh waktu lama sampai suara seseorang mengucap salam.

"Kak! Ini kucing kakak yang hilang, bukan?" Liana setengah berteriak di depan ponselnya. "Aku ketemu di taman, Kak. Dia lagi makan. Aku inisiatif sendiri ikut kakak buat street feeding juga—apa? Kak Brian mau lihat? Sebentar."

Brian?

Aku mendongak, tepat di depan mataku, citra wajah yang kukenal terpampang jelas.

"Chijou! Syukurlah ...."

Aku berjengit. Itu nama yang diberikan Brian padaku.

300 kata

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top