Tanggung.
Kerja saja sebisanya.
Sudah hampir tengah malam.
Aku meletakkan pulpen.
Otakku sudah layu karena berpikir terlalu keras.
Tapi tetap saja buntu.
Jenuh. Aku mengecek Whatsapp. Grup kelas dibanjiri ucapan terima kasih.
Dengan penuh antusias jariku menggulir layar, mencari sesuatu. Sesuai harapan, ada beberapa jawaban yang dikirim ketua kelas.
My savior!
Walau tidak mengerti pembahasan jawaban sama sekali, aku menyalin dengan penuh semangat.
Walau tulisanku seperti tulisan dokter.
Itu, lho, tulisan yang hanya bisa dibaca oleh Tuhan, dirinya sendiri, dan apoteker.
Tapi, kak Afrita seorang calon farmasis.
Dosenku sudah bergelar apoteker semua.
Pasti bisa membaca tulisan-dokterku.
Enaknya....
Hidup anak farmasi!
100 kata
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top