Empty Road
Soulihin melirik kaca spion.
Motor matik merah dengan dua pemuda tanggung itu masih mengekorinya. Mereka berbelok ketika Soulihin berbelok dan ikut mengegas ketika Soulihin mempercepat laju.
"Bang, takut." Ruhiyah--istrinya--mencengkeram bahunya erat.
"Tenang, Dek. Allah bersama kita."
Padahal jantungnya sudah ketar-ketir.
Jalanan kosong melompong dan satu-satunya penerangan berasal dari lampu motor. Di kiri-kanan hanya ada pepohonan dan mereka belum berselisih jalan dengan satu kendaraan pun.
Spidometer menunjuk angka 100, vespa tuanya semakin menggerung protes. Si motor merah masih mengikuti.
"Bang! Pom bensin!"
Soulihin berbelok masuk. Sepi, tapi setidaknya ada tiga petugas. Melegakan.
Motor matik merah ikut masuk. Menggebu-gebu, Soulihin turun dari vespanya, berniat untuk protes.
Namun, si pengendara lebih dulu membuka helm. "Pak, kok ngebut banget, sih? Kami kan takut lewat sana sendirian nggak ada teman!"
—SELESAI—
.
.
.
Cerita Mini ini diikutsertakan dalam event "September RAWS Ceritain Aja" dalam rangka ulang tahun RAWSCommunity 🤍
.
.
.
Yeayyy! Thank you for all your love and support!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top