Tujuh belas
All of the rumors, all of the fights,
But we always find a way to make it out alive..
(HISTORY – One Direction)
▽△▽△▽
Alondra sempat mematung sebentar, sebelum matanya mengerjap dua kali dan menyadari apa yang harus segera ia lakukan. Kakinya melangkah dengan cepat, membawanya menuju dapur.
"nomornya ku tempel di kulkas." Ujar Logan sembari mengikuti langkah Alondra.
Dengan sigap Alondra menekan kembali nomor yang telah ia hafal di luar kepala sejak pertama kali ia melihatnya. Suara nada sambung kali ini entah bagaimana terasa amat lama bagi Alondra. Jika ia berhasil berbicara dengan Amy hari ini maka akanada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, ia akan kembali mendapatkan teka-teki; kedua, ia mendapatkan petunjuk baru. Ditatapnya Logan yang kini balas menatapnya. Keduanya diam, menunggu, hingga nada tunggu telfon tergantikan dengan jawaban dari suara seorang wanita muda.
"hello?"
Suara Amy entah bagaimana terdengar familiar di telinga Alondra.
"ya halo."
"ada yang bisa kubantu? Tunggu sebentar, dengan siapa aku bicara?"
"ini... ini Alondra,"
Terdengar suara nafas tertahan dari seberang.
"oh my god..."
"put it on speaker," bisik Logan ke Alondra.
"... Amy?"Alondra memanggil Amy setelah ia menekan tombol yang menghidupkan mode speaker, memastikan telfon masih terhubung.
"ya Al, aku masih disini,"ada suara gemerisik di ujung telfon sebelum Amy melanjutkan kembali."setelah bertahun-tahun akhirnya aku dapat mendengar suaramu lagi. aku masih ingat dengan jelas suaramu ketika kau masih berumur tiga tahun. Bagaimana kabarmu?"
Alondra mengerutkan kening. "kau mengenalku sejak aku berumur 3 tahun?"
"ya! Ceritanya panjang, tapi aku menyelamatkanmu waktu itu."
"menyelamatkanku dari apa?" tanya Alondra bingung. Keningnya emakin berkerut.
"dari air laut. Waktu itu kau nyaris tenggelam di Miami. Kurasa kau mungkin tidak mengingatnya karna kejadian itu sudah lama sekali dan umurmu hanya tiga tahun."
Alondra dan Logan saling pandang.
Benar kata Amy barusan, ia memang tidak mengingat kejadian itu sama sekali.
"sebenarnya ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padamu." Alondra berbicara to the point, tak ingin menunggu lebih lama lagi.
"okay,"
"apa yang kau tahu tentang diriku waktu itu?"
"maksudmu ketika aku menyelamatkanmu? Karena sejak saat itu aku tidak pernah melihatmu lagi."
"ya. Aku ingin kau bercerita tentang segalanya yang kau ingat tentang aku."
"ah ya.. Hazley memberitahuku beberapa minggu yang lalu jika ada yang menelfonku dan mengaku bernama Alondra, ia ingin aku memberitahu apa yang ingin kau tahu."
"kau mengenal Hazley?"
"tentu saja aku mengenalnya! Ia adalah sahabatku dan juga kakak dari isti kakakku."
"silahkan lanjutkan.."
"saat aku melihat wajahmu di laut waktu itu, aku langsung mengenalimu sebagai Alondra Tarion. Wajahmu ada di halaman depan koran dengan headline merah bertuliskan MISSING beberapa jam sebelum aku menemukanmu. Di koran itu juga tertulis bahwa kau adalah anak dari pejabat penting CIA."
"CIA? apa kau ingat namanya?"
Amy terdiam sejenak, berusaha mengingat nama pejabat penting CIA yang sempat ia baca di koran.
"the name is Ronald James Leto, if i'm not mistaken." Mata Logan melebar mendengar nama yang baru saja disebutkan Amy."Karna ada hal penting yang harus kulakukan, aku menyerahkanmu pada Hazley untuk dibawa ke kantor polisi terdekat. Sejak saat itu kau dirawat oleh Hazley dan dua orang sahabatnya yang juga sahabatku. Aku yakin kau mengenal Alana dan Neil."
Neil.
Seorang jenius yang memiliki posisi jabatan penting di PHRCS. Walaupun bukan hanya laki-laki itu yang berseliweran di PHRCS menggunakan kursi roda, tapi hanya laki-laki itu satu-satunya pejabat penting PHRCS yang menggunakan kursi roda, membuatnya dikenal dan diingat siapapun dengan mudah. Termasuk Alondra.
Ia pernah bertemu Neil. Sbenarnya sering. Namun mereka jarang berbicara banyak. Dan dua tahun sebelum Alondra keluar dari PHRCS, ia sudah tak pernah bertemu laki-laki itu lagi.
Perawakannya kurus, dengan rambut hitam yang telah memutih di sisi kiri dan kanan kepalanya. Wajahnya tegas, seakan mengisyaratkan untuk jangan sekali-sekali membantah perkataannya. Wibawa yang terpancar dari dirinya tak jauh berbeda dengan Hazley, cara berbicaranya mencerminkan seseorang yang berwawasan tinggi.
Hampir semua orang menyukainya.
Hampir.
Kecuali Raven.
Raven tak menyukai laki-laki itu. Hazley pernah memberitahu Alondra ketika Alondra tak sengaja melihat Neil bersiteru dengan Raven di salah satu koridor PHRCS, menarik perhatian siapapun yang berada dalam radius 15 meter dari mereka. Apapun alasan Raven untuk tak menyukai Neil, Alondra tahu bahwa Neil adalah orang yang baik.
Lalu pikirannya kembali lagi ke sebuah nama asing yang terucap dari Amy barusan.
Alana.
Alondra tak memiliki memori apapun yang berkaitan dengan wanita bernama Alana.
Yang jelas nanti ketika dirinya bertemu kembali dengan Hazley, ada banyak hal yang akan ia tanyakan dan banyak hal yang harus Hazley jelaskan.
"aku tahu Neil tapi tidak pernah tahu siapa Alana." Balas Alondra.
"benarkah? Karna sejauh yang aku tahu, mereka bertiga membangun sebuah perusahaan pencipta barang-barang modern dan membuka pusat penelitian baru bernama Pulse of Human Research dan bekerja paruh waktu merawatmu selama dua tahun sebelum Alana, Neil dan Hazley memutuskan untuk bekerja sama dengan pemerintah USA."
Ini berita baru bagi Alondra.
"..."
Terlalu bayak informasi yang ia terima membuat Alondra terdiam, memprosesnya satu persatu. Masalahnya, ketika Alondra sedang memproses sesuatu di kepalanya, ia mengabaikan apapun yang terjadi di sekelilingnya.
"hallo Alondra? are you still there?"
Logan menjentikkan jarinya di depan wajah Alondra yang rupanya berhasil mengembalikan gadis ituke dunia nyata.
"yes yes i'm here."
"well ada hal lain yang masih ingin kau tanyakan?"
"tidak. Tidak untuk sekarang. Terima kasih untuk waktunya, Amy. Terima kasih juga sudah menyelamatkanku waktu itu." Ujar Alondra dengan tulus.
"you're welcome darling. Call me if you wanted to ask another question later. Kau berutang banyak cerita padaku. Kedua anakku sudah mulai rewel. Have a nice day, Alondra."
"you too. Thank you."
Setelah sambungan telfon terputus, Alondra bangkit berdiri dari duduknya kemudian mondar mandir di dapur.
Hal yang biasa ia lakukan jika ia sedang berpikir.
Apa yang barusan dikatakan Amy memberikan ia jawaban sekaligus lebih banyak teka-teki untuk dijawab. Tentu saja menjadi Alondra yang haus akan teka-teki, ia merasa senang karena bisa saja setelah ia berhasil menjawab teka-teki ini, ia bisa menemukan orangtuanya. Masalahnya, semakin banyak informasi yang ia dapatkan semakin pusing ia dengan bertambahnya jumlah orang yang terlibat dalam masa lalunya. Termasuk petinggi CIA yang disebut Amy tadi.
Logan yang masih duduk diam di sofa dengan banyak hal berputar di pikirannya akhirnya buka suara. Ada beberapa hal yang membuatnya masih bingung, termasuk pernyataan Amy tentang berita yang ada di koran Miami.
Akhirnya Logan memutuska untuk buka suara.
"Al, kurasa pencarian orangtuamu mengarah ke sesuatu yang lebih besar," Logan mengalihkan pandangannya ke Alondra yang kini menghadapnya, tak lagi mondar-mandir. Satu jarinya di tekankan di bawah bibir. "nama pejabat tinggi CIA yang dikatakannya tadi itu adalah ayahku, dan aku yakin hanya akulah anak mereka 15 tahun yang lalu."
"aku tahu ia ayahmu." Ujar Alondra dengan santai, kembali melanjutkan kegiatan mondar mandirnya.
"....bagaimana kau tahu?" Tanya Logan dengan ekspresi bingung yang jelas sekali di wajahnya.
Alondra menatap kesekeliling sebelum akhirnya mendaratkan tatapannya pada Logan kembali. "nama belakang kalian sama."
"ah ya.. aku lupa." Logan merutuki kebodohannya.
Mereka berdua kembali berpikir dalam diam. Samar-samar terdengar suara tawa Mrs Thiago dari bawah. Rupanya Mr Thiago baru saja memberikkannya salah satu lelucon yang ia dengar dari temannya kemarin.
Setelah cukup lama memandangi lantai dan berjalan mondar mandir, Alondra berhenti lagi di hadapan Logan, membuat Logan mendongak.
"Logan, apa kau yakin kau tidak memiliki saudara kandung lain?"
"tentu saja aku yakin," Logan berhenti sejenak, kemudian memikirkan kemungkinan jika Alondra adalah saudaranya yang telah lama terpisah. Kemudian ia bergidik dan mengusir pikiran itu cepat-cepat. "lagi pula kita tak memiliki kemiripan sedikitpun."
Alondra berjongkok di depan Logan, mensejajarkan wajah mereka dan meneliti wajah Logan dari dekat sebelum berbisik, "mungkin saja kita saudara kandung."
Mata logan seketika dipenuhi kengerian.
"NO WAY! SEJAK DULU HINGGA SEKARANG, HANYA AKU ANAK AYAHKU SATU-SATUNYA."
"whoah relax," Alondra menatap Logan dengan tatapan terkejut. Ia tak menyangka Logan akan bereaksi seperti itu.
"apa kita perlu tes DNA?"
Alondra memberinya tatapan datar.
Kemudian seakan teringat akan sesuatu, Logan berseru.
"jadi mari kita rangkum kebali agar aku dapat mengerti." Ia segera berdiri, kemudian memposisikan Alondra agar duduk di tempat yang barusan ia duduki, sementara itu Alondra bersandar dan melipat kedua tangan di depan dada sambil menatap Logan. "kau dahulu diselamatkan oleh wanita yang bernama Amy itu ketika kau tenggelam di laut."
"yep." Alondra mengangguk.
"ia mengenalmu sebagai Alondra karena berita mengenai kau yang hilang waktu itu terpampang di halaman depan koran dan disana dirimu tercantum sebagai anak ayahku."
"yep."
"lalu katanya kau tumbuh besar Bersama tiga orang yang disebutkan Amy tadi, termasuk Hazley."
"yep,"
"tapi kau tak mengenal salah satu di antaranya,"
"yep."
"oke....." Logan menatap Alondra lama, seakan mencari inspirasi dari wajah gadis di depannya. Kemudian mengalihkan pandangannya ke jendela di sebelah kanannya. "aku semakin tak mengerti."
"....yep."
Logan bergabung bersama Alondra, duduk di sofa yang mampu diduduki dua orang. Keduanya kembali terdiam, sibuk dalam pikiran masing-masing. Alondra dengan apa rencana selanjutnya yang harus ia susun untuk mendapat lebih banyak informasi dan Logan dengan bagaimana bisa ayahnya berkaitan dengan gadis yang menjadi flatmate nya.
Memang selama ini Ayahnya tak pernah merahasiakan apapun darinya. Logan juga tahu batas dan tak pernah menanyakan hal-hal mengenai pekerjaan ayahnya karena ia tahu itu adalah privasi sang ayah. Ia yakin ayahnya tahu sesuatu mengenai hal ini namun tak yakin ayahnya bersedia memberitahu Logan hal-hal yang termasuk kedalam kategori top secret.
Tapi kali ini ia akan mencoba untuk mengoreksi informasi ini lebih dalam. Itu berarti ia harus terbang ke Perancis menemui ayahnya.
"aku akan mencari informasi mengenai hal itu melalui ayahku." Ujar Logan mantap.
"dan aku harus berbicara dengan agen Hazley setelah misi terakhir." Bertepatan dengan ucapan Alondra, terdengar suara dering pesan masuk dari handphone milik gadis itu yang bertengger di atas counter dapur. Ia beranjak untuk melihat pesan apa itu. Jemarinya dengan lincah bergerak di layar untuk membuka pesan.
From : Hazley a.k.a Hitler
Mission 3.
January 25th. Be ready for further instruction.
▽△▽△▽
"aku kembali!"
Logan memberikan Alondra ice cream rasa kitkat sambil kemudian duduk di sebelahnya. Selain membeli ice cream, Logan juga sempat membeli dua vegan burito di sebuah stan kecil di dekat pintu masuk taman.
"thanks." Gumam Alondra dengan wajah sumringah.
Ia memang selalu sumringah jika berhadapan dengan makanan.
Apalagi jika makanan itu enak.
Mereka akhirnya memutuskan untuk keluar dari apartemen, mencari udara segar dan yang terpenting mengalihkan pikiran dari banyak hal yang terjadi pagi ini. Alondra dan Logan memutuskan untuk duduk di taman yang ada tak jauh dari apartemen mereka. Pagi ini udara cerah dan matahari bersinar dengan terik, mencairkan lautan butiran es yang menutupi hamper seluruh wilayah Canada. Musim salju hampir berlalu dan tak terasa begitu cepat.
Keduanya fokus menikmati es krim, sambil sesekali menatap orang-orang yang berlalulalang. Hanya menikmati es krim, bernafas dan menatap orang-orang. Mereka berdua tak ingin melakukan hal lain selain bersantai-santai di taman ini.
Alondra merapatkan duduknya, kemudian bersandar pada bahu kanan Logan. Entah kenapa, dirinya sudah merasa lelah bahkan jauh sebelum misi ketiga dilaksanakan. Mungkin karena beban pikiran yang overload, atau mungkin karna ia belum sarapan sejak tiba di apartemennya.
Tangannya bergerak meraih satu diantara dua gulungan burito yang ada di pangkuan Logan.
"Logan.."
"yes?"
Angin berhembus, ranting bergerak, beberapa tumpuk salju yang telah bertengger yang setengahnya telah mencair terjatuh dari ranting pohon yang beberapa minggu lagi akan kembali ditumbui daun.
"bagaimana rasanya memiliki keluarga?" tanya Alondra sambil menyantap burrito miliknya.
Ia selalu ingin tahu
"apa tidak apa-apa membicarakan hal ini sekarang?"
"yeah, aku sedang ingin. Jika aku tak ingin aku tak akan membicarakannya."
"baiklah," Logan menyelesaikan es krimnya dalam waktu singkat, kemudian berdehem. "rasanya menyenangkan, Alondra. Sungguh sangat menyenangkan."
Logan terdiam sebentar, berusaha mencari cara untuk menjelaskan bagaimana perasaan bahagia itu dirangkai dalam kata-kata.
"setiap kali kau menerima perhatian dari keluargamu, rasanya seperti melihat matahari terbit di langit tanpa awan setelah badai berlalu. Cahaya matahari mengusir rasa dingin di tubuhmu yang telah semalaman menghantuimu."
Beberapa memori masa kecil Logan terputar kembali. Membawa kehangatan di hatinya, membuat rona pink lembut muncul di pipinya.Laki-laki itu tak hayal tampak mengemaskan, mengalihkan perhatian tak sedikit gadis muda yang lewat di dekat mereka.
"tak peduli seberapa jauhnya jarak di antara dirimu dan keluargamu, pasti ada suatu keinginan untuk bertemu."
"seperti itukah?"
Logan mengangguk pelan. Ditatapnya langit pagi ini yang bersih tanpa awan. "ya. Nyaris seperti itu."
"bagaimana dengan pacar? Kau punya pacar?"
Seekor burung merpati hinggap di tanah tak jauh dari mereka duduk. Warna bulunya putih, hampir seputih salju. Dari jauh, burung ini berkamuflasi dengan baik dengan hamparan salju di tanah. Hanya paruh dan kaki mungilnya saja yang berwarna jingga, tampak kontras dengan bulunya. Alondra memperhatikan burung itu, begitu juga burung itu yang kini menghadap mereka berdua, memperhatikan.
Selain tatapan mata burung itu, Alondra juga dapat menyadari kekakuan di tubuh Logan yang datang beberapa saat setelah pertanyaannya terlontar.
"tidak," Logan menggeleng pelan. " tapi aku pernah menjalin hubungan dengan gadis ini."
"mengapa kalian menyudahinya?"
Laki-laki yang kini bahunya menjadi tempat sandaran Alondra berdehem. "ia berhubungan dengan laki-laki lain."
"oh," Alondra kini menatap burrito di tangannya yang sudah setengah habis kemudian bergumam. "what a bitch."
"tidak apa. Lagipula itu hanyalah masa lalu." Yang tak Alondra sadari ketika Logan menucapkan hal itu adalah rasa sakit yang menghujam hati laki-laki di sampingnya. Luka lama itu bagaikan terbuka kembali walaupun tak sesakit lukanya terdahulu.
"aku tahu, walaupun tak merasakannya, aku tahu hal itu menyakitkan."
"yah, bukan hal yang mudah memang saat pengorbanan kita sia-sia."
"di sia-siakan, lebih tepatnya." Sambung Alondra.
Mereka kembali menyantap burrito di tangan masing-masing. Jujur saja, sebenarnya satu burrito tidak cukup untuk Alondra, maka ia berjanji pada dirinya sendiri ketik apulang nanti ia akan membeli satu burrito lagi.
Burung merpati tadi akhirnya terbang kembali, bergabung bersama kawanan merpati lain yang berkumpul tak jauh dari tempat mereka berada. Mungkin ia sudah bosan melihat dua manusia tadi bercakap-cakap dengan bahasa yang tak ia mengerti.
Dalam hati Alondra teringat kembali dengan Tion.
Wajahnya..
Rambutnya..
Senyumnya..
Suaranya..
Matanya..
Laki-laki itu dianggapnya luar biasa karena berhasil menetap lebih lama di pikirannya dari yang ia perkirakan. Ia tak mengerti bagaimana harus menyebut hubungannya dengan Tion sekarang. Ia tidak mengerti perasaan apa yang harusnya ia rasakan ketika bersama seseorang yang memiliki hubungan khusus dengannya. Membayangkan masa depan bersama Tion, ia tak yakin harus bagaimana.
"bagaimana rasanya memiliki pacar, Logan?" Tanya Alondra, ia memasukkan kembali bungkus buritonya ke dalam kantong kertas dan menunggu milik Logan habis agar bisa membuang bungkus-bungkusan itu ke tempat sampah di kanan kursi taman.
Pernah suatu kali ada seorang pejalan kaki yang membuang bungkusan snack yang ia makan secara sembarangan di jalan, alondra mengejar pejalan kaki itu dan memaki-makinya kemudian mengatakan pendidikan yang ditempuh pejalan kaki itu sia sia karena untuk membuang sampah saja pejalan kaki itu tidak tahu tempatnya.
"tergantung. Jika hubungan kalian berjalan lancar, maka rasanya seperti mendapat tiket gratis makan seumur hidup. Namun jika hubungan kalian tidak berjalan lancer dan sering dirundung masalah, maka rasanya sama seperti ditarik ke lubang neraka paling dalam."
Alondra mengangguk, berusaha membayangkan bagaiman rasanya, tapi gagal.
"kau ingin tahu rasanya?" ada secercah nada jahil di suara Logan, namun Alondra tak menyadarinya.
Gadis itu mengangguk.
Logan melingkarkan tangannya ke bahu Alondra. "ingin mencobanya bersamaku?"
Alondra berhenti mengunyah. Kepalanya dengan cepat menoleh ke arah Logan yang kini memasang cengiran jahil dengan alis yang turun naik.
"ide yang buruk," Alondra menggeleng.
"ayolah, aku akan membantumu bisa merasakan cinta."
Satu alis Alondra terangkat. "kau merasakannya padaku saat ini?"
"tidak."
"dasar idiot." Ujar Alondra di sela gelak tawanya.
Mereka melanjutkan percakapan lama sekali, ditemani cahaya matahari sambil sesekali tertawa terbahak-bahak hingga otot wajah mereka terasa sakit. Hari ini mereka menjadi jauh lebih dekat daripada sebelumnya, dan burung merpati itu pun tahu.
~~
TERIMAKASIH UNTUK 800+ LIKES & 10K READS!! big thanks for reading guys^^ me love you!! please leave a comment so i know how this story looks like by you xx
- Fal
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top