Tujuh
Say my name and I'm coming with the gun squad,
Everybody runnin', homie, there's only one God,
(PURPLE LAMBORGHINI – Skrillex)
▽△▽△▽
A U T H O R
Setelah bergelantungan di pinggir rooftop selama beberapa saat, Alondra melepaskan pegangannya, menjatuhkan diri menuju balkon besar tersebut dan mendarat dengan suara yang tidak terlalu berisik.
Alondra diam sejenak, memperhatikan sekeliling. Memastikan tidak ada sesuatu yang tampak salah. Setelah yakin hanya dirinya lah yang ada di area ini, ia melangkah masuk ke dalam melalui pintu kaca, melewati bar dan kolam yang ada di balkon gedung mewah milik Lui. Pintu balkon yang tak terkunci memudahkannya masuk tanpa perlu menghabiskan waktu mengutak-atik lubang kunci.
Seperti yang sudah ia duga sebelumnya, bagian dalamnya tampak fantastis. Namun gadis itu tak bisa berlama-lama menikmati kemewahan penthouse Lui. Ia harus segera menyelesaikan misinya sebelum pengawas CCTV gedung ini menyadari ada sesuatu yang salah dengan kamera mereka.
Sesuai dengan deskripsi Zoey yang mendapatkan informasi dari informannya, barkode yang kedua ini berada di dalam akuarium besar yang penuh dengan piranha. Akuarium itu berada tak jauh dari tempat Alondra berdiri. Namun sebelum tatapannya jatuh pada akuarium itu, ada hal lain yang menarik perhatiannya.
"woah ada kulkas besar," ujarnya pelan. Kulkas besar ber pintu tiga itu terletak di sebelah akuarium.
"Alondra, jangan beralih dari rencana." Rama menegurnya, yang tentu saja tidak Alondra hiraukan.
"Agen 143, aku memperingatkanmu." kali ini Agen Hazley yang memantau langsung dari markas PHRCS buka suara.
"sebentar saja, please, aku lapar," rengek Alondra."di dalamnya penuh makanan guys, kurasa aku bisa mencicipi beberapa minuman dan makanan yang ada disini. woah jika saja kalian ikut masuk kedalam, kita bisa berpesta."
I'm sorry guys.
"apa kalian mau kubawakan sesuatu saat keluar dari tempat ini?" tanyaku di sela mengunyah sepotong brownies.
"no thanks. bergegaslah Alondra, we don't have much time."
Alondra mengedikkan bahu kemudian mulai melahap satu persatu makanan yang ia rasa cukup enak. Sementara itu, di base mereka di hotel, Rama dan Zoey hanya bisa menggelengkan kepala.
"apakah hasrat makanmu sudah tersalurkan?" suara bernada datar Rama terdengar di speaker lima menit kemudian, membuat Alondra tersenyum di sela kegiatan mengunyahnya.
"sebentar ya, kurasa aku butuh kopi dingin sebagai penutu- OUCH!" ucapan alondra terpotong tatkala tiba-tiba lehernya terasa seperti tersengat sesuatu. Refleks ia menjatuhkan makanan yang dipegangnya dan segera meraba lehernya, mendapati jarum dengan tabung kecil menempel di sana.
Obat bius.
Sebelum ia sempat berbalik untuk melihat siapa yang membiusnya, otot badannya terasa kehilangan tenaga, membuatnya jatuh ke lantai. Kesadarannya mulai menghilang hanya beberapa detik kemudian. Walaupun tak dapat melihat begitu jelas, ia masih bisa mendengar ucapan sosok laki-laki yang kini berjongkok di sebelahnya.
"who the fuck are you.."
▽△▽△▽
Hotel South Pasific, kamar nomor 314..
Pukul 12:31 A.M.
Beberapa detik setelah agen 143 tertangkap.
~
Mata agen Zoey melebar melihat apa yang terjadi di layar di hadapannya.
"shit! Alondra tertangkap," ujar Zoey, membuat Rama tersedak oleh kopi yang sedang ia minum.
"putuskan transmisi, putuskan transmisi radio! Jangan sampai mereka mengetahui ada kita disini, aku akan melaporkan keadaan darurat kode Deset!" ujar agen Hazley yang kini berusaha agar tidak panik melihat anak didiknya tertangkap dalam misi.
Keadaan darurat kode Deset adalah keadaan yang dilaporkan ketika ada seorang agen yang tertangkap dalam misi dan harus diadakan penyelamatan. Deset yang berasal dari bahasa Bulgaria berarti sepuluh, mencerminkan ada di tingkat bahaya seperti apa agen itu berada.
"kurasa ia dibius oleh Lui. Kau bisa lihat laki-laki itu memegang pistol bius. Aku tidak bisa melihatnya karna ia berada diluar jangkauan kamera," Zoey menunjuk layar dimana terpampang Lui yang sedang berlutut di sebelah Alondra yang terkapar di lantai.
"agen Hazley, apa yang harus kami lakukan?" kali ini nada suara Rama terdengar lebih mendesak dari sebelumnya. Hal itu disadari oleh Zoey dan Hazley.
Agen Hazley mengusap wajahnya dan berusaha untuk menenangkan diri agar anak buahnya tidak ikut panik. "tinggalkan agen 143, Rama kau masuk sekarang dam ambil barkodenya selagi mereka teralihkan oleh Alondra. Agen 17, kau tetap fokus pada tugasmu, jangan sampai agen 4 terlihat oleh cctv."
"copy that," Zoey merespon dengan kembali terfokus ke dalam jaringan keamanan gedung target.
Rama bergerak masuk ke dalam gedung gelap itu tanpa menoleh ke belakang dengan cara yang sama dengan cara Alondra masuk sebelumnya. Pikirannya terus tertuju pada Alondra, namun sebisa mungkin ia menjaga fokusnya tetap menjadi hal utama.
Sementara Alondra dibawa menuju ruangan rahasia tanpa CCTV yang membuat Zoey tidak dapat melacak keberadaan rekannya, agen Hazley terus berkomunikasi dengan Tim penyelamat kode Deset. Tiap kode yang dikeluarkan memiliki kelompok penyelamat yang berbeda. Agen Hazley memperkirakan Tim Deset Safer akan masuk ke gedung pukul 3 pagi mengingat jarak antara markas PHRCS dan posisi misi berada.
"agent 4 dan agent 8, Alondra tidak terlacak setelah memasuki sebuah ruangan dengan pintu baja di bagian bawah tanah gedung. Kuulangi, Alondra tidak dapat terlacak." Zoey membuat laporan pada agen Hazley dan Rama.
"tetap awasi kamera," ujar agen Hazley, ia sama khawatirnya dengan Rama.
Rama yang dengan mudah mendapatkan barkode itu di dalam sebuah akuarium penuh ikan piranha sesuai dengan apa yang harusnya Alondra lakukan bergegas keluar dari gedung melalui bagian ventilasi udara. Ia segera berlari menuju ke gedung tempat persembunyian mereka.
Kini yang bisa Zoey dan Hazley lakukan adalah menunggu.
"mission succeed. barkode telah ada padaku dan segera ditransfer menuju pusat PHRCS." Rama membuat laporan sesaat setelah ia masuk ke dalam kamar base mereka, setengah jam setelah ia menggantikan Alondra.
"kerja bagus," ujar agen Hazley.
"bagaimana dengan Alondra?"
Hazley terdiam, ia harus membuat keputusan yang tepat agar tidak ada lagi agen lain yang menjadi korban dan menanggung resiko misi yang dibuat Raven bersama pemerintah amerika.
Dengan berat hati, agen Hazley memberikan perintah selanjutnya, "agen 17 dan agen 4, kembalilah ke markas besar PHRCS. Agen 143 akan segera ditangani oleh unit Safer."
"dengan segala hormat ketua agen Hazley, aku tidak bisa begitu saja meninggalkan Alondra." Rama dengan cepat menolak.
"ini bukanlah sebuah permintaan agen 4, ini perintah." Agen Hazley menatap langsung ke kamera, membuat efek seakan ia menatap langsung ke mata Rama.
"Kenapa kau tidak membiarkanku menyelamatkannya?" tanya Rama, tak ingin meninggalkan Alondra ketika ia tahu Alondra bisa saja terbunuh di tangan Lui.
Zoey meletakkan tangannya di bahu Rama, berusaha menenangkan rekannya. "Rama.."
"i can't put you on risk, Agen-"
"but you CAN put her on risk?! What kind of bullshit is that?!" ucapan agen Hazley dipotong oleh Rama.
"jaga cara bicaramu, agen 4!" Zoey ikut terbawa emosi.
"jangan ikut campur Zoey, ini antara aku dan agen Hazley!" teriak Rama dengan tatapan tajam ke arah Zoey, membuat Zoey menutup mulutnya dan kembali ke layar mencari tanda pergerakan orang di dala gedung.
"tenangkan dirimu Rama," agen Hazley berusaha melerai melalui video call.
Rama menghela nafas, ia tidak mengira hal ini terjadi karna ia dan agen lainnya telah memperhitungkan semuanya dengan tepat dan tanpa celah sedikitpun untuk gagal. Pikirannya kalut, terbawa arus ketakutan yang membawa kabut tebal di bukan hanya kepala namun juga hatinya. Ia bagaikan buta di kekalutan itu.
Agen Hazley menatap Rama lama dari balik layar. Ia menyadari Rama memiliki suatu perasaan khusus pada Alondra, perasaan yang sudah sejak lama laki-laki itu simpan namun tak pernah sempat ia sampaikan. Ia bukan laki-laki yang pandai merangkai kata-kata yang dapat meluluhkan hati wanita, namun ia akan menunjukkannya lewat tindakan.
"we will find her. We will save her. Sama sepertimu, ada alasan tersendiri di setiap pengambilan keputusan yang kulakukan. Aku menyayangi Alondra seperti aku menyayangi anakku sendiri, Rama. Kuputuskan untuk menempatkannya di Vancouver, Kanada daripada di Irak seperti yang selama ini Raven inginkan." jelas Agen Hazley ketika dilihatnya Rama sudah sedikit tenang.
Tentu Rama sadar akan hal itu. Para agen yang telah lulus dari training di PHRCS akan di tempatkan di zona paling berbahaya di bumi sampai mereka menyelesaikan misi pertama. Termasuk dirinya. Alondra-lah agen pertama yang ditempatkan diluar zona berbahaya berkat Hazley yang bersikeras untuk menempatkan gadis itu di zona paling aman di bumi yaitu Kanada, karna sebagai sosok figur ayah pengganti untuk Alondra, ia tau Alondra akan menolak membuat kontrak bersama PHRCS.
Rasa frustasi, khawatir dan marah bercampur di benak Rama, membuatnya secara refleks memukul bagian dashboard mobil dan membuatnya retak di beberapa bagian. Tentu ia khawatir, ia tahu bagaimana cara kerja mafia terhadap tawanan, dan ia tau pasti apa yang sedang Alondra hadapi di gedung itu. Memikirkannya saja sudah membuat ia kembali naik darah, jadi ia memutuskan untuk terus mengalihkan pikirannya, dan berhenti memikirkan Alondra, gadis favoritnya.
"please, save her.." ujar Rama pada akhirnya.
▽△▽△▽
Gedung target, ruang rahasia dua, 5 lantai di bawah tanah.
Pukul 02:03 A.M.
2 jam setelah misi dimulai...
Air menetes jatuh dari untaian rambut Alondra. Sebelumnya Lui telah menggunakan metode penenggelaman paksa pada gadis itu, yaitu metode dimana seseorang diikat di kursi yang berada di atas tabung besar berisikan air es. Kursi itu akan bergerak turun ke dalam tabung mirip kolam itu, membiarkan siapapun yang duduk disitu terendam air dingin dari kaki hingga kepala yang akan membuat mereka menggigil setelahnya. Setelah satu setengah menit kursi itu akan di angkat kembali dan orang yang duduk di kursi itu akan diberikan pertanyaan. Proses itu berulang kali dilakukan hingga Lui mendapatkan jawaban yang ia inginkan.
Namun Alondra tidak akan menyerah begitu saja. Ia sudah pernah dilatih bertahan menggunakan metode air es ini di PHRCS dulu.
"who gave you order?" suara bariton Lui bergema di ruangan tempat Alondra disekap.
"dimana pistolku?" Alondra berbalik melempar pertanyaan. Sejak ia tersadar dari obat bius, hal pertama yang ia cari adalah pistol emas yang ia dapatkan beberapa hari sebelum natal. Ia memang membawanya dalam misi ini karna Hazley memaksa sebelum ia berangkat ke Kepulauan Bahama.
Sudut kiri bibir Lui terangkat, ia mengeluarkan pistol emas Alondra dari balik jasnya kemudian mengacungkannya tepat di depan kening Alondra. "pistol ini? kau sadar bahwa kau akan mati cepat atau lambat bukan?"
Alondra menggigit bibirnya yang membiru karna dingin yang menyengat. Ia tidak pernah menyangka bahwa Lui ternyata berada di dalam penthousenya yang menyebabkan ia tertangkap basah.
Kini ia sudah dipindahkan ke ruangan yang memiliki dua pendingin di sisi kanan dan kirinya. Udara dingin ditambah pakaiannya yang basah membuat Alondra mulai melemah. Dua tangannya di rantai ke rantai yang dikaitkan ke sudut ruangan yang berbeda. Begitu juga kakinya.
"my boss, he gave me order," jawab Alondra, ia tidak takut ancaman tembakan dari Lui karna ia tau bukan gaya Lui untuk membunuh korbannya secara cepat. Tak hayal pikirannya melayang menuju agen Hazley dan Rama. ia tahu transmisi earpod nya sudah diputus oleh Zoey karna itulah tindakan yang yang harus dilakukan jika misi menyimpang. Kini Alondra dan Lui saling berbicara dengan nada yang tenang, beberapa anak buah Lui bahkan terheran-heran menyaksikan hal ini.
"and who exactly your boss is?" tanya Lui, ia menarik pistol itu dan memberikannya pada salah satu penjaganya yang berbadan paling besar dan tinggi. Lui berjalan pelan mendekati Alondra.
Alondra tidak menjawab pertanyaan Lui, membuat laki-laki itu frustasi dan meraih rambut Alondra, menariknya ke belakang sehingga lehernya yang terekspos sudah bersentuhan dengan benda dingin yang belakangan ia tau adalah pisau lipat. Senjata paling umum yang wajib dimiliki setiap orang sebagai self defense.
"jawab pertanyaanku, you dirty looking rat!" teriak Lui. Tekanan yang diberikannya pada pisau di leher Alondra semakin keras seiring teriakannya, membuat ujung tajam pisau melukai leher Alondra. Darah mengalir turun dan meresap di kerah kaos hitam miliknya.
"i don't hit woman.." Lui menarik pisau yang ditangannya menjauh dari leher Alondra, "i don't hit, but i still give them.. pain."
Tatapan Alondra beralih ke pintu baja beberapa meter didepannya. Ia tidak pernah menunggu sesuatu dan mengharapkan sesuatu itu untuk benar-benar datang. Tapi untuk kali ini ia amat sangat berharap ada pasukan Safer milik PHRCS yang akan membantunya keluar dari sini. Tatapan Alondra kembali ke pria di hadapannya.
"when i hurt them.. no matter what they said, i give no mercy." Lui mengelap bagian tajam pisau itu ke sebuah kain yang disiapkan anak buahnya.
Ia melangkah ke depan sehingga berhadapan dengan Alondra. Seorang pria berbadan kekar bernama Marco menghampiri mereka dengan membawa dua benda yang diletakkan di atas nampan hitam.
Perekat dan penutup mata.
Melihat hal itu membuat Alondra tahu apa yang akan terjadi jika kedua benda itu bergabung dengan pisau lipat yang dibawa Lui.
'He's going to torture me', batin Alondra.
Lufio meraih kedua benda itu, membuat sobekan kecil di plester yang cukup untuk menutup mulut Alondra kemudian memasangkan penutup mata itu ke Alondra. Lui menatap lekat Alondra setelah melempar gulungan perekat itu ke arah belakangnya. Baru sekali ini, selama ia menginterogasi penyusup ataupun penghianat, melihat tawanan yang amat sangat... tenang. Ia tidak bisa membaca ekspresi perempuan di depannya, very emotionless.
"aku sudah memberikanmu kesempatan untuk menjawab pertanyaan dan menyelamatkan dirimu dasar bodoh, tapi kau menyianyiakan hal itu."
Lufio mendekat hingga bibirnya tepat berada di dekat telinga Alondra, "so enjoy this," bisiknya.
Alondra masih tetap tenang, tidak merasa terganggu sedikitpun. Lui mundur selangkah, tatapannya turun ke bawah, ke perut Alondra yang kini terekspos karna bajunya terangkat keatas.
Dibukanya pisau lipat berwarna jet black yang ada di tangannya, dan ditorehkannya ujung runcing dari pisau tersebut ke perut Alondra, menyebabkan gadis itu mendongak ke atas dan memejamkan matanya. Nyeri yang menusuk terasa di bagian kanan perutnya, Alondra meringis tanpa mengeluarkan suara, ia bisa merasakan darah yang mulai mengalir turun. Ia tidak ingin mati seperti ini, ia tidak ingin mati sebelum bertemu orang tuanya dan ia tidak mau mati di tangan Lui.
Lui tidak berhenti, ia masih terus membuat goresan-goresan kecil huruf x di perut Alondra. Ini adalah ciri khasnya, setiap mayat yang dibunuh oleh orang-orang Lui memiliki goresan huruf x di bagian tubuh mereka. Alondra tahu itu, ia tahu ini hanya awalnya saja. Harapannya untuk diselamatkan oleh Tim Safer masih belum pupus. Walaupun jauh di lubuh hatinya ia tahu pertolongan itu akan datang terlambat.
Tentu, rasa sakit itu terasa semakin perih di tengah dingin yang semakin bertambah. Tentu, ia ingin rasa sakit itu cepat berlalu. Ia pernah merasakan yang lebih parah dari ini namun ia tidak pernah ingin merasakannya lagi.
Setelah X yang ke lima, Lui menengadah menatap Alondra yang kini mengeraskan rahangnya. Gadis itu masih tidak menunjukkan rasa takut yang sebelumnya ia tunggu-tunggu untuk muncul.
"this is just the beginning, sugar." Lui berbisik di telinga gadis itu.
"bring the death shot." ujar Lui pada anak buahnya yang segera bergerak membuka satu pintu brankas berukuran sedang yang ada di balik sebuah lukisan. Segera setelahnya anak buahnya yang lain membawa meja kecil ke dekat Lui, dan meletakkan nampan berisi tabung dan suntikan itu di atas meja. Alondra menoleh, ia bisa mendengar anak buah Lui mengambil tiga jarum suntik dan tiga tabung kecil cairan berwarna putih.
Lufio sudah berulang kali melakukan ini, biasanya para tawanannya akan mulai berbicara saat mereka sudah ketakutan. Ia sudah menyiksa perempuan berambut coklat di depannya namun tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir kecil itu, membangkitkan sisi kejam Lui lebih cepat dari tawanan yang pernah ia interogasi di ruangan ini.
"aku memberimu satu saja kesempatan terakhir karna kau tahu aku sangat murah hati, jadi answer me, who is your boss and what do you looking for in my place?"
Lufio membuka plester yang menutup mulut Alondra untuk mepersilahkan gadis itu menjawab pertanyaannya.
"lebih baik aku mati," balas Alondra.
Senyum di wajah Lui menghilang dengan cepat.
Habis sudah kesabarannya.
Lufio meraih satu suntikan, dan satu tabung cairan bertuliskan midazolam yang merupakan sejenis obat penenang. Setelah satu pertiga cairan di dalam tabung itu berpindah ke dalam suntikan, Lui meraih tabung lain yang bertuliskan hydromophone yang Alondra tahu sebagai penghilang rasa sakit. Satu pertiga cairan itu juga kini telah berpindah ke dalam suntikan itu.
Dua zat tersebut, jika digabungkan menjadi satu.. maka akan menyebabkan kematian yang perlahan dan menyakitkan. The worst way to dead.
"kau pasti tahu ini apa, karna dugaanku kau adalah agen terlatih. Zat ini akan membunuhmu dengan perlahan dan amat sangat menya-"
BAMMM!
Suara ledakan diikuti pintu baja yang terbuka dengan keras membuat Alondra dan semua yang ada di ruangan penyekapan merunduk terkejut. Debu yang berasal dari pecahan beton berterbangan membuat Lui dan beberapa anak buahnya terbatuk, ia belum menyadari death shot nya terlepas dari tangannya saat ia terhempas kedepan.
Lui berdiri bersamaan dengan masuknya beberapa orang berpakaian hitam-hitam yang Alondra sadari bukan orang-orang dari PHRCS yang seharusnya sudah menyelamatkannya. Mereka mulai menodongkan pistol ke arah anak buah Lui yang juga menodongkan pistol. Mereka hanya tinggal menunggu masing-masing pimpinan mereka untuk memberi aba-aba sebelum akhirnya saling melepaskan tembakan.
Selama beberapa saat, hening menyelimuti ruangan yang juga dipenuhi kebingungan mereka.
"ku dengar kau menyandera seseorang, Lui."
Pemilik suara itu berjalan masuk dengan aura kegilaan yang kuat, belas luka yang memanjang dari bagian atas alis mata sebelah kiri hingga bawah mata sebelah kiri plus tato yang dilukis di atas kulit kedua tangannya hingga ke bahunya itu mampu membuat siapapun yang melihatnya akan mundur beberapa langkah bahkan jika memungkinkan menghilang untuk menyelamatkan nyawa mereka. Kulitnya yang pucat serta rambut yang berwarna coklat mungkin terlihat biasa saja bagi orang awam, namun mata yang dimiliki pria itu sudah pasti amat sangat dikenali oleh orang-orang yang berada di dark side of the world.
"T- Ti- Tion.." Lui melangkah mundur mendapati siapa yang menginterupsi proses interogasinya terhadap Alondra.
Ekspresi yang ada di wajah Lui dengan jelas meneriakkan ketakutan, kengerian, dan juga keterkejutan yang kini mulai menjalar ke anak buahnya yang dengan gugup masih mengacungkan pistol mereka ke anak buah Tion.
Tion melangkah di atas pintu baja berwarna hitam yang sudah berada di lantai, langkah yang santai namun penuh dengan ancaman. Ia mengabaikan seluruh orang yang ada di disekitarnya, kecuali satu-satunya gadis yang ada di ruangan itu. Tion menghampiri Alondra, tatapannya menelusuri tiap luka yang ada di wajah dan tubuhnya. Ada sedikit rasa kecewa yang diberikannya lewat tatapan mata ke Alondra. Ia melepaskan sarung tangan kulit berwarna hitam yang selalu menyelimuti tangannya, dan mulai mengelus pipi Alondra yang dipenuhi memar keunguan, seakan tiap sentuhan itu menghapus rasa sakit yang gadisnya rasakan.
"hello.. my cherry.." ucap Tion setengah berbisik. Jarinya bergerak menuruni bibir bawah Alondra.
"what took you so long?" tanya Alondra dengan santai. Perasaan hangat menjalari hatinya yang sebelumnya membeku.
Jujur saja, ia sama terkejutnya dengan Lui saat Tion berjalan masuk ke dalam ruangan.
"Ahh, i got stuck in traffic." jawab Tion, keduanya tahu bahwa itu bukanlah alasan yang sebenarnya.
Ia kemudian mencium bibir Alondra dan melepaskannya beberapa detik kemudian. Ciuman yang menyiratkan banyak hal, yang juga membuat Lui terperangah.
Bagi Tion, Alondra bukan hanya gadis yang pernah menyelamatkan nyawanya, namun juga gadis yang sama gilanya dengan dirinya. Bedanya, kegilaan gadis itu terkontrol di dalam dirinya sehingga orang-orang tidak bisa melihatnya dengan kasat mata.
Baru saja ia hendak bertemu dengan salah satu pelanggan setianya di Brazil, saat anak buahnya memberikan berita tentang Alondra yang berada di bawah sekapan Lui. Ia segera membatalkan janjinya dan bergegas bergerak dengan kecepatan tinggi menuju gedung dimana Alondra disekap. Apapun yang berkaitan dengan Alondra, ia sendiri yang akan mengurusnya. Membuat sedikit kerusuhan dengan polisi karna menerobos lampu merah hingga akhirnya dapat masuk ke dalam gedung ini dan meledakkan pintu ruang penyekapan yang ia tahu memiliki tingkat keamanan yang tinggi, itu hal yang tergolong normal bagi Tion.
Tion memasang kembali sarung tangannya sambil berbalik menghadap Lui.
"why.. did you hurt my little cherry?" ekspresi Tion mengeras menandakan kemarahannya yang mulai muncul.
"i- i- sh- she tried to kill me." jari telunjuk Lui mengarah ke Alondra yang sedang menatap langit-langit ruangan. Alondra tidak bergeming sedikit pun.
"cherry.." ucap Tion pelan, mengirim pertanyaan tersirat yang menanyakan kebenaran mengenai perkataan Lui barusan. Alondra kembali mengarahkan pandangannya ke Lui dengan tatapan datar.
"jangan berlebihan Luigi, aku hanya memakan beberapa makananmu," ujar Alondra. ia mengejek Lui dengan sebutan Luigi karna ia tiba-tiba teringat saudara Mario di permainan Super Mario.
Jari telunjuk dan jempol Tion menahan dagu Alondra agar kepalanya ter arah menatap matanya. Di posisi ini Tion bahkan dapat merasakan betapa dingin suhu tubuh Alondra dengan hanya menyentuh dagu gadis di depannya. Sebersit rasa kasihan terlihat dari mata Tion, membuat ekspresinya melembut selama sepersekian menit. Tiga bulan setelah mereka terakhir bertemu merupakan waktu lama yang menyiksa dirinya.
Ia merindukan gadis itu, ia tidak ingin Alondra diperlakukan seperti ini oleh orang lain.
Mata Alondra menelusuri mata kiri Tion yang berwarna biru dan mata kanan Tion yang berwarna coklat.
Tanpa pikir panjang dan tanpa di sangka siapapun termasuk Alondra, Tion melepaskan tamparan yang cukup keras di pipi Alondra hingga membuat sudut bibir Alondra yang memiliki bekas darah yang mengering kembali di aliri darah.
Rasa panas yang menjalar di pipinya akibat lebam keunguan itu kini bertambah dengan rasa sakit yang berdenyut. Alondra mengeraskan rahangnya sambil menggerakkan kepalanya menatap Tion, tangannya kembali mengenggam rantai yang menahan kedua tangannya. Ia sama sekali tidak terpengaruh atas tamparan yang dilayangkan Tion padanya, baginya itu hal yang pantas ia dapatkan karna sudah gagal dalam tugasnya, dan bagi Tion karna Alondra berani mencoba menyelinap ke gedung milik Lui yang merupakan sepupu Tion.
"unchain her," ucap Tion dengan tatapan tajam yang kini mengarah pada Lui.
Lui terkesiap, "kau ingin aku melepaskannya?"
"kukira telingamu masih berfungsi dengan baik." Sergah Tion, ia sudah tidak sanggup melihat gadisnya dalam posisi itu apalagi dengan perut yang dihiasi cairan berwarna merah.
Lufio memberikan isyarat pada Marco, salah satu anak buahnya yang terkuat yang membawa kunci rantai untuk membuka rantai yang menahan kedua tangan Alondra ke atas. Tidak ada yang bisa menolak perintah Tion di dunia mafia dan Villain of Heroes. Tentu saja Lui terkejut, ia tidak tahu bahwa perempuan yang berusaha membunuhnya dan baru saja akan ia bunuh adalah Tion's woman. Yang Lui tau, Tion adalah seorang psikopat jenius yang mengerikan dan tidak pernah tertarik pada perempuan.
"oh my poor little cherry, next time you need to be more.. careful.."
Tion melepas mantel putih panjang yang dikenakannya diluar jas kuning dan kemeja putih, dan melingkarkan mantel berbahan tebal dan mahal itu ke tubuh Alondra yang penuh luka. Warna putih di mantel Tion segera berubah menjadi merah tatkala Alondra merapatkan kancing jas itu dengan tangan yang bergetar dan penuh darah.
Melihat hal itu, Tion membantu mengancingkan mantel putih tadi dengan jemarinya sendiri. Ia kemudian mengelus puncak kepala Alondra, dan membawanya kedalam pelukannya. Pelukan itu bukan pelukan biasa yang selama ini Alondra dapatkan dari orang lain. Gerakan tion saat memeluknya begitu lembut, seakan sedikit saja ia melakukan gerakan yang salah maka Alondra akan pecah berkeping-keping seperti keramik yang rapuh. Lui dan yang lainnya hanya bisa diam, kepalanya dipenuhi oleh pertanyaan demi pertanyaan.
Sementara itu Alondra hanya tersenyum, tangannya melingkar ke tubuh tion yang lebih besar dan tinggi darinya, hal yang jarang ia lakukan namun ingin terus ia lakukan. Ia merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya, sesuatu yang sama yang dirasakannya saat bertemu dengan Tion tiga bulan yang lalu. Semua orang yang melihat mereka berdua terperangah, tidak percaya bahwa mereka baru saja melihat dua kejadian yang tidak mereka sangka akan mereka lihat.
Pertama, Tion memberikan perhatiannya pada perempuan barbar yang nyaris membunuh salah satu mafia yang termasuk ke dalam lima mafia terbesar di Rio.
Kedua, perempuan itu menyukai Tion.
Selama ini, tidak pernah ada perempuan yang menyukai Tion.
Jangankan menyukai Tion, menatap Tion pun adalah sesuatu yang dianggap para perempuan bisa memancing kemarahan Tion dan membuat nyawa mereka terancam.
"Lufio... jika saja kau memiliki anak buah yang handal.. pasti perempuan ini tidak akan bisa menyentuhmu." bisik Tion setelah melepaskan pelukannya pada Alondra . Dengan gerakan cepat ia meraih pistol yang ada di gantungan pistolnya dan menembak dua orang penjaga Lui tepat di kepala, membuat Alondra tersenyum miring melihat darah yang keluar membasahi lantai keramik dibawah kakinya.
Alondra berlutut di sebelah mayat Marco, tangannya bergerak menyingkap jas yang dikenakan laki-laki bertubuh besar itu untuk mengambil pistol emasnya, pistol yang diberikan oleh Tion beberapa hari sebelum tahun baru. Tanpa ragu, gadis itu mengelap bercak darah yang ada di badan pistol itu dan berjalan ke arah Tion.
"let's go home,"
~~~~
haaaaiii guyyssss. ini part yang paling Fal suka looohhh. please tell me what you guys think about this part ok ok? kalau kalian juga suka jangan lupa vote yaaa ^^ have a nice weekend!! oh ya mungkin chapter selanjutnya bakal di update setelah tahun baru ya karna Fal akan pergi ke suatu tempat untuk sementara dan di tempat itu gaada wifinya :') me loaff you!! xx
- Fal
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top