Dua puluh dua
People help the people,
And if you're homesick,
give me your hand and I'll hold it,
People help the people,
And nothing will drag you down..
(PEOPLE HELP THE PEOPLE –Birdys)
▽△▽△▽
Markas besar PHRCS. Waktu setempat..
Beberapa menit setelah jeep yang membawa Alondra, Rama, Agen Hazley dan barkode terakhir terguling menuju pinggiran jurang.
~
"relax, Raven."
"Relax? Perlu kuingatkan lagi, Presdir yang terhormat, keberhasilan kita bergantung pada barkode terakhir," Raven membanting pulpen yang ia genggam ke atas meja, kemudian kembali memutar posisi duduknya menghadap layar di hadapan mereka yang kini tak menampilkan apapun selain hitam. "jika ia gagal lagi kali ini, aku tidak akan memaafkannya dengan mudah."
Senyum sinis terbentuk di wajah salah seorang petinggi PHRCS yang juga ikut memantau misi terakhir.
"hati-hati, mungkin obat obliviaTBM1 yang kau berikan padanya bisa menghapus kenangan masa kecilnya yang dipenuhi siksaan, namun hanya untuk sementara." Laki-laki berkursi roda itu menatap Raven dengan tajam. "cepat atau lambat ia akan memperoleh ingatannya kembali, apalagi dengan umur yang cocok dengan perhitungan algoritma yang telah kujelaskan padamu kemarin. Peluang ingatannya untuk kembali.. 88%."
"Alondra bukan satu-satunya agen terbaik yang kita miliki disini, Neil. Lagipula anak buahmu dengan otak jenius mereka pasti bisa membuat obat jenis baru yang bisa menghapus ingatannya, bukan?"
Neil menggelengkan kepala. "ia memang bukan satu-satunya agen terbaik, Dear Raven, namun informasi yang kau incar di ingatannya yang terkunci pasti membuatmu frustasi, menyebabkan apapun yang kau ucapkan belum teranalisis dengan baik dan tanpa back up data yang memadai."
"apa maksudmu?"
"guys.." Presdir Detra berdehem, berusaha menghentikan perdebatan diantara keduanya karena jujur saja berada di antara perdebatan ini membuatnya tidak nyaman dan.. awkward.
"menambahkan lagi dosis obliviaTBM1 atau obat penghilang ingatan jenis lain padanya akan merusak sebagian besar otaknya dan ingatan penting yang ia miliki. kau pasti tidak ingin membuat asetmu cacat, bukan?"Neil menjadi orang pertama yang mengabaikan kode dari Detra.
Melihat ekspresi Raven yang berubah dengan cepat, sebuah senyum perlahan terbentuk di bibirnya, entah sudah berapa kali perdebatan yang dimulai antara mereka berakhir dengan kemenangan telak olehnya. Presdir Detra menghela nafas, kemudian meraih sebotol air yang ada di tengah meja.
"perlu aku ingatkan lagi, Direktur Raven yang baik hati," sarkasme Neil pada Raven yang tak terelakkan membuat Detra yang sedang meneguk air mineral di tangannya terbatuk-batuk. "jika misi ini berhasil dan ia mendapat clue terakhir tentang keberadaan orangtuanya, saat itu juga nyawamu ada dalam bahaya."
▽△▽△▽
Sebelah timur hutan Papua, sepuluh kilo meter dari bandara Kilangin.
Pukul 12:56 malam.
~
"Rama, bantu Alondra keluar dari sana. Aku akan berjaga." Ucapan Agen Hazley terdengar samar, sebagian besar karena suara tembakan dan ledakan menjadi backsound yang meredam suara mereka sebagian besar lagi karena suara jantung mereka yang kini tengah berlarian.
Rama mengangguk, kemudian kembali berfokus pada Alondra yang kini tampak tak seberani biasanya. Mungkin itu diakibatkan oleh tenaganya yang terkuras beberapa hari ini, mungkin diakibatkan oleh kondisi emosionalnya yang sedang tak stabil semenjak halusinasi yang ia alami, mungkin juga akibat luka-luka di tubuhnya yang semakin lama semakin parah.
Hal itu membuat Rama marah. Ia marah melihat Alondra tak berdaya. selama ini ia selalu melihat Alondra yang berani, yang kuat dan yang tak pernah sekalipun menunjukkan wajah lelahnya dihadapan orang lain. Alondra sudah melalui begitu banyak hal beberapa minggu ini dan itu semua demi bertemu kembali dengan kedua orangtuanya.
"lakukan cek fisik pada dirimu,"
Alondra mengangguk, kemudian memjamkan matanya,berusaha berfokus pada hal-hal yang ia rasakan sekarang.
"ada luka kecil di kepala dan kurasa retak tulang di pergelangan kaki kanan, luka terbuka di paha kiri dan luka gores di kedua siku. Darah masih belum berhenti mungkin karena darah rendahku yang muncul kembali. Kemungkinan black out mencapai 78%," mata Alondra terbuka, dan langsung bertatapan dengan Rama. "cek fisik selesai."
Laki-laki itu berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan membantu gadis itu meski harus mengorbankan nyawanya.
Tiba-tiba sebuah helicopter milik PHRCS terbang melwati mereka dan jatuh menabrak tanah tak jauh dari mereka berada. Bola api besar muncul dari ledakan yang membuat Agen Hazley, Rama dan Alondra terpana selama beberapa saat.
Kini bahaya yang mengincar mereka semakin besar dengan gugurnya satu heli tim Deset.
"keluarkan Alondra dari sana, Rama!" teriakan agen Hazley membuat Alondra dan Rama kembali saling tatap. "mereka mulai bergerak ke arah kita."
Satu satunya hal yang terpikirkan oleh Rama adalah memberikan Alondra tali untuk dipegang, sehingga nanti jika Alondra bergerak dan mobil itu jatuh ke jurang, gadis itu bisa berpegangan pada tali agar tak ikut jatuh. Sayangnya, tampaknya tidak ada seutas talipun yang bisa ia gunakan untuk merealisasikan rencananya.
"aku akan berlari ke arahmu," ujar Alondra pada akhirnya.
"kau tidak bisa lari dengan satu setengah kaki yang berfungsi normal."
Rama benar.
Menurut perkiraannya, dengan salah satu kaki yang cidera seperti itu akan menghambat Alondra untuk melangkah. Kecepatan yang dimiliki Alondra ketika berlari tidak sama dengan kecepatan jatuhnya jeep itu ketika Alondra mulai bergerak. Tindakan ini bisa saja mengancam nyawa gadis itu. Tapi Rama tau, tidak ada yang bisa mereka lakukan di waktu yang sempit ini. jika terus mengulur waktu demi mencari cara penyelamatan lain, bisa-bisa mereka malah terkepung oleh musuh dan berakhir tewas.
"bisa," Alondra meyakinkan Rama melalui tatapan mata. "harus kupaksakan."
"aku tidak ingin mati sekarang, mati seperti ini bukanlah impianku, Rama."Alondra menghembuskan nafas dengan perlahan, menatap darah yang masih mengalir di kakinya akibat benturan yang ia terima ketika mobil terguling tadi. Kepalanya kini mulai terasa lebih ringan dari sebelumnya, yang membuat waktunya kian menipis. Jika semakin lama kepalanya semakin terasa ringan, itu berarti ia tak jauh lagi dari kehilangan kesadaran.
Apalagi dengan penyakit darah rendah yang tak berkeinginan untuk minggat dari tubuhnya.
"oke," Rama melepaskan senapan yang melingkar di tubuhnya, kemudian bergerak sedekat mungkin kearah jeep yang sudah siap untuk jatuh membawa Alondra di dalamnya. "ketika jeep sialan ini sudah merosot kebawah, loncat setinggi yang kau bisa dan raih tanganku. I'll catch you."
"HURRY UP!" teriak agen Hazley sambil masih menembakkan senapannya ke arah pesawat jet musuh.
Alondra meringis ketika ia menggunakan kaki kanannya sebagai tumpuan pijakan dari langkah pertama yang ia ambil untuk mulai berlari.
Tatapannya lurus pada Rama, dengan suara-suara tembakan yang semakin keras. Rasa sakit yang ia rasakan di kakinya sungguh sangat menyiksa. Langkah demi langkah yang dia ambil keluar dari bagian belakang jeep itu semakin berat ketika bagian depan jeep mulai terperosok ke bawah. Kini langkah menanjak yang ia ambil membuatnya berpikir kembali.. apa ia akan berhasil?
Begitu sampai di ujung bagian belakang, Alondra meloncat setinggi yang ia bisa dengan sisa tenaga yang tak seberapa. Untuk sesaat, ketika dirinya ada di udara tanpa pijakan apapun di bawah kaki, ada hal aneh yang ia rasakan. Hal yang manusia lain seringkali katakan sebagai perasaan.. takut.
Mungkinkah hal yang ia rasakan sekarang adalah perasaan takut itu?
Sesuai yang diprediksi tadi, ia tak akan sempat mencapai pinggiran jurang tepat waktu. Sebelum ia terperosok ke dalam jurang bersama dengan mobil jeep yang kini sudah berguling ke bawan dengan suara keras, tangan rama telah meraihnya. Tubuh Alondra beradu dengan kerasnya batu di pinggiran jurang.
Tak butuh waktu lama bagi Rama untuk dapat menarik Alondra ke atas dan membawa gadis itu menjauhi jurang.
"terima kasih." Ujar Alondra dengan suara yang semakin melemah.
"kita harus pergi dari sini." Ketiganya bergerak menjauhi tepi jurang yang dapat mengekspos keberadaan mereka terharap lawan. Sebuah pohon besar dengan batu batuan raksasa di sekelilingnya menjadi tempat yang mereka pilih sebagai persembunyian sementara.
"jalan mana yang harus kita lewati?"
"Raven mengirim lebih banyak tim deset, tapi kita tidak memiliki banyak waktu. Pergi ke arah manapun."
Mereka bergerak masuk ke dalam lebatnya hutan. Beruntung, ketiganya berhasil menemukan sebuah gua kecil yang bisa menyembunyikan mereka untuk sementara dari para musuh. Gua ini terletak lebih tinggi dari dataran di hadapan mereka yang membuat mereka bisa melihat hingga jauh ke depan.
"aku tidak mengerti kenapa mereka tidak pergi dari area ini padahal barcode itu sudah berhasil mereka miliki kembali."
"mungkinkah mereka mengincar sesuatu yang lain?"
Baik Rama dan agen Hazley saling berpandangan sebelum melemparkan tatapan mereka pada Alondra.
"ya, apa yang ada di pikiran kalian benar, mereka mengincarku."
Agen Hazley mengerutkan keningnya. "apa yang mereka mau darimu?"
Kali ini Alondra tidak menjawab pertanyaan itu, bukan karena ia tidak tahu jawabannya tapi karena ia memang tidak ingin menjawabnya dan membuat plan B nya berpotensi gagal.
"Hazley pada pusat," suara raven terdengar pada radio yang terpasang di telinga Rama dan Hazley.
"roger,"
"berjalanlah seratus meter ke utara, akan ada mobil yang menjemput kalian disana."
Agen Hazley mengarahkan pandangannya lurus ke utara dan dapat melihat sebersih cahaya yang ia duga adalah cahaya lampu mobil yang disebutkan raven.
"tidak bisakah mobil itu yang bergerak kesini?"
"zona tempat kalian berada terlalu dekat dengan pesawat milik musuh yang bisa menembakkan rudal kapan saja mereka mau." Pandangan Hazley bergerak menuju rama dan Alondra. "gerakan kalian jauh lebih tidak kentara."
"apa kau tidak berpikir kalau pesawat musuh itu memiliki sonar panas tubuh?" peluh yang becampur darah di kening Alondra menetes membasahi bajunya. "menyelinap kemana pun, mereka akan tetap menemukan kita apalagi dengan kondisiku yang seperti ini."
Tentu saja ujaran itu ditujukan pada Raven.
Hening sejenak sebelum raven kembali berujar. "kini semuanya kuserahkan pada kalian."
Agen Hazley bersandar pada sebongkah batu besar di belakangnya. Tampak sekali raut kelelahan di wajah laki-laki itu. "ada mobil yang akan menjemput kita, jarak seratus meter ke utara. Jika kita berjalan keluar dari sini maka mereka akan dengan mudah menemukan kita. Kemungkinan besar terbunuh. Begitu juga jika mobil itu bergerak kemari, kita akan tetap terbunuh."
"jadi maksudmu, apapun yang kita lakukan tetap akan membuat kita terbunuh pada akhirnya?" Rama kali ini buka suara.
Agen Hazley mengangguk.
Ketiganya diselimuti dalam keheningan yang dimanfaatkan untuk melepas lelah serta mengatur nafas. Perjalanan mereka untuk selamat sungguh terjal.
"biarkan saja mereka membawaku."
Rama dan agen Hazley mengarahkan pandangan mereka ke arah Alondra.
"mereka tidak akan membunuhku, bos mereka menginginkanku. Lagipula aku pasti bisa meloloskan diri dari mereka jika ada kesempatan."
"tidak," ide itu ditolak mentah-mentah oleh Hazley.
"asal kau tahu, pak tua, itu jalan keluar satu-satunya."
Agen Hazley memejamkan matanya untuk sesaat sebelum kembali menatap Alondra. "kurasa kau sedang tidak dapat berpikir dengan jernih, Alondra. jadi simpan semua opinimu dan jangan ber-"
"pergilah, aku akan menahan mereka."
Agen Hazley melemparkan tatapannya ke Rama. "what?"
"no." Alondra menggeleng dengan cepat. "kau tidak perlu melakukan hal itu, Rama. Kau tidak perlu mengorbankan dirimu."
"Alondra.." Rama menghembuskan nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya. "kau perlu bertemu dengan orangtuamu. Tinggal sedikit lagi, kau sudah hampir sampai di puncak tangga itu."
"kau masih memiliki misi yang belum terselesaikan, kau juga masih memiliki hak yang belum kau dapatkan, sementara aku.."
"misiku telah selesai, aku tak memiliki tujuan lain selain memastikan kau berhasil bertemu dengan orangtuamu. Tidak ada jalan keluar lagi dari sini selain jika kita bisa menahan mereka, dan aku bisa Alondra. Aku bisa menahan mereka."
"tidak. Pasti ada jalan lain Rama. Berikan aku waktu beberapa menit lagi, biarkan aku memikirkan bagaimana caranya. Aku pasti bisa."
Rama menggeleng, "kita tidak memiliki waktu lagi."
Laki-laki itu mendekat, melepaskan senapannya, kemudian menangkup wajah Alondra dengan kedua tangannya yang terluka. "sampaikan salamku pada kedua orangtuamu. Mereka memiliki anak perempuan yang berani dan kuat."
Rama kembali mengucapkan sesuatu namun suaranya teredam ledakan besar tak jauh dari tempat mereka berada.
"apa yang kau katakan?" bisik Alondra. Telinganya tak dapat menangkap ucapan dari bibir Rama akibat ledakan barusan.
Namun Rama tak menjawab, ia mengabaikannya, memilih untuk melangkah mundur. Kemudian dihampirinya agen Hazley, mereka saling mengungkapkan perasaan masing-masing tanpa mengucapkan sepatah katapun. Lalu Rama melakukan hal itu, memberikan hormat terakhirnya pada Agen Hazley yang hanya bisa diam, sudah habis waktunya untuk menimbang kemungkinan lain karena kini Rama mempercayakan dirinya untuk menjaga Alondra.
"aku mengajukan misi bunuh diri ini dengan keinginanku sendiri. Sampaikan pada kedua orangtuaku aku menyayangi mereka."
Agen Hazley menatap Alondra sejenak sebelum kembali menatap Rama dengan tatapan yang tak gadis itu mengerti.
Kemudian Hazley mengangguk. Sebuah anggukan terberat yang pernah ia lakukan. "misi disetujui."
Alondra menatap Agen Hazley dengan tatapan tak percaya. Bagaimana bisa ia memberikan Rama izin melakukan misi seperti ini? Jika memang mereka semua harus mati, maka tak apa. Namun jika Rama harus mati demi dirinya dan agen Hazley, maka ia tak akan bisa memaafkan diri sendiri hingga kematian datang menjemput.
Tidak ada yang pantas mengorbankan dirinya sendiri dalam situasi seperti ini. Walaupun bagi Agen Hazley ini memang tugas seorang agen untuk saling melindungi agen lainnya. Rama bukanlah seorang agen biasa.
Ia adalah seorang teman bagi Alondra.
Harta yang ia tak akan pernah bisa gantikan.
Alondra melangkah dengan cepat, berdiri di hadapan Rama, menghalangi langkah kakinya. "tidak. Aku tidak mengizinkanmu melakukan itu."
"step away, Alondra." Tatapan laki-laki itu mengeras.
"Rama, please," cekalan tangan Alondra di lengan Rama sempat membuatnya berhenti, namun kembali dilepaskannya cekalan gadis itu.
Langkah kaki Rama kini telah berubah menjadi lari. Dikautkannya hatinya untuk siap menerima pilihannya untuk mengorbankan nyawa. Pikirannya melayang pergi ke desa tempatnya berasal, mengenang masa-masa kecilnya yang walaupun penuh kekurangan, masih diselimuti kebahagiaan. Pikirannya juga melayang ke dua orang yang paling ia sayangi, ayah dan ibunya. Rahang rama mengeras, ketika bayangan Alondra menelusup masuk ke pikirannya. Sekuat tenaga ia melarang hatinya untuk mengambil alih tubuhnya, untuk berbalik dan memeluk gadis itu, untuk tidak mengorbankan nyawanya sendiri. Tapi akahkan mereka bertiga berhasil selamat jika ia tak mengambil pilihan ini?
"RAMA!" dengan langkah yang pincang, Alondra berusaha mengejar Rama keluar dari gua. Akan tetapi langkahnya terhenti ketika agen Hazley menariknya kea rah yang berlawanan, menuju mobil yang menunggu mereka.
Agen Hazley.
"Alondra, kita harus pergi."
"No! we are not leaving him!" ada rasa bergemuruh di dada gadis itu yang secara ajaib membuat rasa sakit yang ia rasakan menghilang.
"kita tidak memiliki banyak wak-"
"I SAID WE ARE NOT LEAVING HIM!" nafas Alondra memburu, pandangan di hadapannya mulai tampak kabur. "we came here together, we go home together!"
Mendengar hal itu membuat agen Hazley menyadari bahwa selain Alondra sudah banyak berkembang setelah kelaur dari PHRCS, kini ia sudah melakukan hal yang salah dengan membiarkan rama mengorbankan dirinya. Tapi jika itu tak terjadi maka mereka bertiga bisa saja terbunuh dan impian gadis dihadapannya akan pupus. Alondra memiliki jalan hidup yang Panjang untuk di tempuh. Setidaknya gadis itu harus merasakan apa itu kebahagiaan sebelum ia mati.
Hazley akhirnya menggendong Alondra di pundak dengan gerakan tiba-tiba, membuat gadis itu tak bisa menghindar.
Sekuat apapun Alondra, ia tak bisa terbebas dari agen Hazley dengan mudah.
"RAMA NO!!" tangannya bergerak memukul, kakinya menendang ke tubuh agen Hazley. Tapi tetap saja hal itu tidak berpengaruh apapun.
Bahkan Rama pun tetap melangkah tanpa bergeming. Tak menoleh ke belakang. Senapan dengan sisa satu peledak itu kini telah siap ia tembakkan menuju pesawat jet yang sedari tadi menembaki tim Deset beserta agen Hazley dan Alondra.
"ALONDRA LISTEN!" setelah beberapa belas meter, agen Hazley menurunkan Alondra. "jika kita tidak segera pergi dari sini, pengorbanannya akan sia-sia."
Ia benar.
Alondra berbalik, melangkah dengan perlahan mengikuti agen Hazley yang lebih dulu meninggalkannya.
Tapi apakah pengorbanan rama setara dengan apa yang laki-laki itu berikan pada Alondra?
Akankah tanpa Rama, semua akan tetap sama?
BOOM!
Begitu suara ledakan itu menyusup masuk ke telinga Alondra, ia tahu, ia tak akan bisa melupakannya.. sampai kapanpun.
Rama berhasil menembak jatuh satu pesawat, dan ledakan itu begitu menyilaukan, memberikan penerangan tebing di hadapan mereka. Jiwa dan raga nya kini telah hilang, tertelan bola api yang tercipta oleh kuatnya senjata yang ia ledakkan.
Didepannya, agen Hazley memejamkan mata, menangis dalam diam. Tentu kehilangan ini juga berat baginya, Rama adalah agen PHRCS pertama yang ia percaya untuk tetap berada di sisi Alondra ketika dirinya tak dapat mengawasi gadis itu. Rama adalah rekan yang menghiburnya ketika kesedihan datang menghampirinya. Rama bukan seorang agen biasa di matanya. Rama anak yang baik, ibu ayahnya tidak akan dapat memaafkannya dengan mudah ketika ia datang membawa kabar buruk ini.
Aku baru saja kehilangan seorang teman, batin Alondra.
Tatapannya lurus ke depan.
Tak memiliki keberanian sedikitpun menoleh ke belakang.
Teman yang tak mungkin aku dapatkan penggantinya.
Setiap langkah yang ia ambil menjauh dari tempat itu terasa sangat berat. Alondra meraba dadaanya dan dapat merasakan detak jantungnya yang ia tahu melebihi batas normal. Ada sesuatu yang mengganjal disana, sesuatu yang baru pertama kali ia rasakan.
Seperti ada bagian dari hatinya yang ikut terbakar di bola api itu.
▽△▽△▽
"dan.. selesai."
Perawat yang sedari tadi mengurus semua lukanya memasang band aid terakhir di luka yang ada di buku jari Alondra.
Alondra menatap cermin yang ada di sisi kirinya, dimana ia bisa melihat pantulan dirinya sendiri disana. Kalau ia boleh jujur, dirinya tampak buruk sekali. Dengan pakaian yang mengekspos segala luka yang ia dapat, Alondra merasa sangat lemah.
Gina Natalie.
Itulah yang tertera pada kartu perawat yang terpasang di saku kanan bajunya. Wanita berumur dua puluh enam tahun itu telah bekerja di divisi medis PHRCS dua tahun sebelum Alondra dibawa ke Kanada oleh agen Hazley. Sebagai salah satu trainee yang paling sering cedera karena kecerobohannya, Alondra sangat sering ditangani oleh Gina.
"kau akan pulih setidaknya dalam-"
"beberapa minggu?"
"yep."
"tidak bisa dipercepat hingga beberapa hari saja?"
"impossible," Gina memberikan Alondra tatapan datar. "ingat Alondra, walaupun kau emotionless, kau tetaplah manusia.. bukan robot."
Alondra mendengus.
"kau boleh kembali ke Kanada minggu depan setelah jahitan di kepalamu dilepas dan retak di tulang kakimu sudah membaik."
"tidak bisakah aku langsung pulang?"
Gina mengabaikannya. "jangan lupa makan yang teratur, kau butuh banyak sekali asupan energi."
"Gina, tunggu,"
Langkah kaki Gina terhenti sesaat sebelum ia keluar dari ruangan.
"ada yang bisa aku bantu?"
Tangan Alondra terulur ke arahnya, tangan yang menggenggam sebuah amplop berukuran sedang berwarna coklat dengan stempel pribadi Alondra di bagian penutup amplopnya. "aku ingin kau memberikan ini, pada Neil."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top