Dua belas

You'll never know the psychopath sitting next to  you,

You'll never know the murderer sitting next to you,

(HEATHENS – Twenty One Pilots)

▽△▽△▽

writter

Gedung bawah tanah rahasia PHRCS. Vancouver, Kanada.

January 20th, pukul 9:03 AM.

~

Tangan Alondra yang kurus dan pucat meraih lengan kemeja yang dikenakan oleh agen Hazley yang berjalan di depannya dan Rama. Ia menarik-narik baju itu, berusaha memprotes. "aku ingin kau melepas semua CCTV yang mengawasiku dan apartemenku."

Suara langkah kaki saling bersautan berasal dari lima orang yang berjalan tergesa-gesa menuju sebuah ruangan yang berada tak jauh dari posisi mereka.

"itu semua demi keamanan mu, Al. Lagi pula CCTV itu kupasang untuk diriku sendiri, sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap dirimu. PHRCS tidak ada hubungannya dengan pengawasan yang kulakukan terhadapmu." Jawab agen Hazley tanpa menoleh ke belakang.

Tatapan Rama yang berjalan di sebelah Alondra mengarah ke gadis itu. "bagaimana kau tahu kalau agen Hazley memasang CCTV untuk mengawasimu?"

"well, seingatku aku bukan anak kecil yang perlu di awasi lagi. Dan juga jika memang PHRCS tidak ada hubungannya dengan pengawasanmu, bagaimana Raven bisa tahu aku selamat kalau bukan kau yang memberitahunya?" Alondra tidak menjawab pertanyaan Rama melainkan menarik lagi kemeja yang dikenakan agen Hazley sedikit lebih keras.

Kali ini tatapan mata Rama beralih ke agen Hazley. "kau memberitahu Raven?"

Langkah kaki agen Hazley terhenti, membuat langkah kaki empat orang di belakangnya juga terhenti. Ia berbalik menghadap Alondra.

"dengarkan aku baik-baik karna setelah ini aku tidak akan merespon ucapanmu, mengerti? pertama, ya, aku memberitahu Raven bahwa kau masih hidup," agen Hazley maju selangkah. Sementara itu Rama menatap mereka berdua masih dengan tanda tanya besar di kepalanya.

"kedua, aku tidak akan melepas kamera cctv itu," ia mengambil satu langkah lagi, menyusutkan jarak diantara dirinya dan Alondra.

"ketiga, semua itu kulakukan dengan perhitungan dan untuk kebaikanmu juga. Kau pintar, genius bisa dibilang. Kau tahu semua yang barusan aku ucapkan jauh sebelum aku mengucapkannya. Kau tidak akan berada disini jika kau menolak, karna jauh dilubuk hatimu kau masih membutuhkan misi ke tiga itu agar dapat menemukan orang tuamu."

Agen Hazley berbalik, kembali melangkah menuju ujung lorong diikuti Alondra, Rama dan kedua penjaga di belakang mereka. Satu demi satu pertanyaan yang ada di kepala Rama mulai terjawab, membuatnya tidak perlu menanyakan hal itu lagi kepada Alondra. Sementara itu Alondra terdiam, tidak lagi memiliki keinginan untuk meminta agen Hazley mematikan semua cctv yang mengawasinya selama ini.

Tentu saja ia langsung tahu bahwa agen Hazley mengawasinya saat tiba-tiba pagi ini ia muncul di depan pintu apartemen Alondra tanpa ekspresi padahal beberapa saat lalu Rama sangat terkejut melihat dirinya dan mengatakan bahwa ia telah diberikan status hitam. Sebagian dari dirinya tak menyangka bahwa walaupun status hitam telah ditetapkan padanya di database, namun agen Hazley masih tetap mengawasi CCTV yang dipasang secara tersembunyi bahkan hingga dua hari setelah ia tidak kebali ke apartemen.

Agen Hazley sebenarnya memiliki alasan lain untuk menolak menghentikan pengawasannya melalui cctv terhadap Alondra. tumbuh bersama gadis itu selama lima belas tahun bukan waktu yang singkat. Ia tidak ingin hal buruk terjadi pada Alondra.

Setelah ia mengantar Alondra ke Kanada dan keluar dari PHRCS untuk pertama kalinya, ia sadar bahwa Alondra tidak akan memberikan kabar apapun padanya. Dengan memasang cctv itulah ia tetap bisa mengawasi apa yang dilakukan Alondra.

Mereka akhirnya sampai di sebuah pintu menuju ruang pertemuan. Karna Rama tidak memiliki kewenangan untuk masuk ke dalam ruang pertemuan maka ia menunggu diluar bersama dua orang penjaga.

"it's nice to see you again Alondra. kami kira kami sudah kehilangan salah satu agen paling berbakat." Ujar Raven saat matanya bertatapan dengan mata Alondra beberapa saat setelah Alondra masuk.

Ruangan ini bukan ruangan yang sama dengan yang terakhir mereka gunakan sebagai pertemuan. Dibandingkan dengan ruangan sebelumnya, ruangan ini sedikit lebih kecil dan dekorasi yang ada di dalamnya sedikit lebih dinamis. Tiga tangkai bunga Lily berada di tengah sebuah meja oval, ditampung oleh sebuah vas bening berbentuk persegi.

Raven tidak hanya sendiri di ruangan ini, ada tiga orang PHRCS lain bersamanya, namun Alondra hanya mengenali satu orang diantara tiga orang tersebut. Orang yang sama sekali tidak ia sukai. Agen Hazley mengambil tempat duduk di sebelah Raven, menyisakan satu tempat duduk kosong di antara Raven dan laki-laki yang tidak ia sukai.

Alondra mengedikkan kepalanya ke laki-laki berbadan kecil yang duduk di samping kursi kosong itu. "apa yang ia lakukan disini?"

"silahkan duduk, Alondra." ujar Raven. Raven kembali duduk saat Alondra telah duduk di satu-satunya kursi yang kosong.

"aku tidak punya banyak waktu disini jadi bisakah tidak usah berbasa-basi?"

Raven sempat terkejut mendengar hal yang barusan Al katakan, tapi ia berhasil menyembunyikan keterkejutan itu dengan cepat. "tentu. Sayangnya aku yakin kau harus mengundur agenda apapun yang kau miliki hari ini dan besok."

Pandangan mata Raven beralih ke tiga orang yang duduk di antara Alondra dan Agen Hazley. "Mrs. Gave, Mr. Donovan dan Comander Esteel, ini adalah Alondra, agen bernomor 143 yang sedang mengerjakan misi barkode yang telah kita bicarakan sebelumnya."

"yeah, ini bukan kali pertama kita bertemu tentunya. Dia adalah trainee favoritku." ujar Comander Esteel, membuat Alondra menelan ludah ketika mengingat masa lalunya bersama Comander Esteel.

"Oke. Jadi ada beberapa hal yang ingin kami tanyakan." Tangan Raven meraih remote pendingin ruangan dan menurunkan suhu ruangan beberapa derajat.

"kami?" Alondra mengangkat sebelah alisnya.

"ya, tentu saja semua orang ingin tahu bagaimana kau bisa keluar dari gedung itu."

Kedua tangan Alondra diletakkan di atas meja, jemarinya saling mengait satu sama lain. "kenapa kau ingin tahu?"

"karna kami telah yakin sebelumnya bahwa kau tidak akan selamat, tapi voila! Kini kau telah duduk di antara kami." Raven tergelak pelan.

Alondra mengalihkan pandangannya ke tiga bunga di hadapannya. "katakanlah seseorang membantuku."

Mendengar hal itu tentu orang-orang yang ada di ruangan tertarik untuk mendengar lebih jauh dan lebih detail tentang siapa orang yang menolong Alondra, terutama Raven. Karna setahu mereka, Alondra tidak mungkin bisa memiliki teman. "boleh kami tahu siapa orang itu?"

"bagaimana jika aku menolak untuk memberi tahu kalian tentang hal itu? " Alondra menjawab dengan cepat pertanyaan Raven, menegaskan bahwa berapa kali pun pertanyaan itu dilontarkan oleh Raven, ia tidak akan menjawabnya.

"well, it's nothing to lose if you tell us who saved you."

"aku kira awalnya dihadirkan disini untuk menjawab bagaimana caraku keluar, bukan tentang siapa yang membantuku. Jadi aku tidak akan menjawab pertanyaan itu, ketua Raven." Alondra menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Senyum kecil muncul secara sembunyi-sembunyi di bibir Agen Hazley mendengar penolakan tajam Alondra.

Raven tetap tersenyum walaupun mendapat penolakan, hal yang belum pernah dilakukan orang lain padanya. "melihat laporan dari dokter atas luka-luka yang ada di tubuhmu, aku akan memberikanmu waktu untuk pulih dari apa yang baru saja menimpamu."

Setelah tiba di PHRCS, Alondra tidak langsung diarahkan ke pertemuan itu namun dibawa ke pusat perawatan untuk diperiksa oleh seorng dokter dan tiga orang perawat. Mereka memeriksa kondisi fisik Alondra dan kondisi organ dalamnya selama setengah jam.

"tidak perlu memberikanku waktu, aku sudah pulih total." Alondra melirik ke arah Comander Esteel yang menyeringai ke arahnya.

"kalau begitu bagus! Itu berarti kau akan langsung mendapat tindak pendisiplinan bersama Comander Esteel selama dua hari kedepan karena kau telah lalai dalam tugas terakhir."

Hal yang barusan diucapkan Raven mendapat respon tak setuju dari Alondra dan juga agen Hazley.

Tubuh Alondra bergerak maju, tak lagi bersandar pada sandaran kursi di belakangnya. "tidak pendisiplinanku sudah kudapatkan dari Lui."

"tidak pendisiplinan tidak tercantum dalam perjanjian yang telah kita buat, Raven." Agen Hazley berdiri dari posisi duduknya, jelas-jelas tak setuju.

Udara dingin ruangan ini mengingatkan Alondra dengan udara dingin yang ada di tempat ia disekap oleh Lui. Memori saat dingin merayap hingga ke tulang-tulangnya membuat Alondra memejamkan matanya selama beberapa saat. Tak ada satupun orang di ruangan itu yang melihat perubahan kecil yang ada pada Alondra, kecuali agen Hazley.

"setelah ku pikir-pikir, agen 143 membutuhkan tindak pendisiplinan itu, benar bukan Comander Esteel?" Raven melepas kacamatanya dan meletakkan kacamata itu di atas meja sambil kemudian memberikan senyumnya ke laki-laki kurus di sebelah Alondra, "rincian misi ke tiga akan diberikan lebih lanjut oleh agen Hazley setelah masa pendisiplinanmu telah terlaksana. Ku harap kau tidak teralihkan oleh hal yang tidak penting lain yang dapat merusak misi. Selamat berjuang, agen 143."

Baik Alondra dan agen Hazley ingin protes, namun apapun yang diucapkan Raven tidak akan bisa dirubah banyak oleh mereka berdua. Bagi agen Hazley, hal ini amat sangat tak diperlukan. Namun ia tahu persis karakter seperti apa yang mendiami diri Raven, membuatnya hanya bisa menelan kemarahannya.

"aku yakin kau akan baik-baik saja," ujar agen Hazley saat mereka telah berada di luar ruangan.

Rama yang sebelumnya sedang berdiri bersandar di dinding sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada kemudian menghampiri mereka.

"bagaimana?"

"Raven menginginkanku untuk melakukan pendisiplinan..." ucapan Alondra menggantung.

Kedua alis Rama terangkat, menunggu Alondra untuk melanjutkan ucapannya.

"...bersama comander Esteel."

Mata Rama melebar, menandakan ia juga tidak setuju dengan hal itu.

Setelah ia menyelesaikan pelatihan di pusat training PHRCS, salah satu hal yang membuatnya benar-benar gembira adalah ia tidak akan bertemu dengan Comander Esteel lagi, setidaknya untuk beberapa saat. Comander Esteel adalah pelatih pendisiplin yang paling menakutkan bagi para trainee di PHRCS. Ia tidak akan segan-segan memberikan latihan pendisiplinan yang keras baik itu pada perempuan ataupun laki-laki.

Tak sedikit para trainee yang jatuh pingsan dan harus dirawat di pusat perawatan PHRCS ketika berhadapan dengan Comander Esteel. Maka dari itu rasa khawatirnya terhadap Alondra mencapai titik dimana ia tidak bisa diam saja mendengar keputusan Raven.

"mereka tidak bisa melakukan hal itu padamu. Bukankah Raven sudah melihat hasil pemeriksaan fisikmu? Bahkan dokter pun menganjurkan untuk tidak melakukan banyak aktivitas selama beberapa hari kedepan!" ujar Rama.

Agen Hazley dan Alondra hanya diam. Mereka berdua sama frustasinya dengan Rama.

"aku akan berbicara dengan Raven." Rama mengambil langkah panjang menuju ruang pertemuan tadi.

Saat tangannya telah berada di kenop pintu, agen Hazley menghentikannya untuk bertindak lebih jauh.

"tidak ada gunanya, Rama. ia tidak akan mendengarkanmu. Kau hanya akan menaruh dirimu ke dalam bahaya." Bisik agen Hazley.

Untuk sejenak Rama terdiam. Tak yakin untuk melanjutkan tindakannya. Ditatapnya lagi Agen Hazley, kemudian Alondra. Melihat gadis itu dan apa yang menantinya saat mendapat tidak pendisiplinan dari Comander Esteel membuat amarahnya muncul. Akhirnya Rama menghela nafas, mengeraskan rahangnya.

Tangan kanan Rama yang mencengkram kenop pintu itu mengendur hingga akhirnya terlepas sepenuhnya. Baik agen Hazley maupun Rama sadar, mereka berdua memiliki satu kekhawatiran yang sama, yaitu Alondra.

Alondra berjalan mendekati dua laki-laki itu. "i can do it. No need to do something to stop it. Lagi pula Comander Esteel tidak akan menghukumku terlalu berat bukan?"

▽△▽△▽

"Alondra-"

Alondra menepis jemari Rama yang menyentuh bahunya. "i'm fine."

Saat dirinya mengira Comander Esteel setidaknya akan memberikannya sedikit belas kasihan, ia salah. Setelah seharian menghadapi pendisiplinan bersama Comander Esteel, tubuh Alondra menyerah, tak mampu menahan beban dan letih itu lebih lama. Sebagai akibatnya ia muntah-muntah di toilet perempuan ditemani Rama yang mengawasinya selama tindak pendisiplinan berlangsung. Jam yang berada di dinding ujung lorong yang tadi sempat ia lewati menunjukkan waktu pukul 10 malam.

"no you're not fine," Rama berjongkok di sebelah gadis itu, menyodorkannya lebih banyak tisu dan sebotol air minum miliknya.

Hal yang barusan terjadi di ruang pendisiplinan kembali berputar di pikirannya, membuat Alondra meringis. Seluruh otot di tubuhnya terasa sakit setiap kali ia bergerak ditambah bau pengharum toilet yang terlalu menyengat membuat perutnya semakin bergejolak.

Agen Hazley masuk beberapa menit setelah Rama memberitahu kondisi Alondra via telfon. Mungkin mereka tidak seharusnya berada di toilet perempuan, tapi mereka juga tidak seharusnya membiarkan Alondra sendiri dalam kondisi seperti ini.

"is she allright?" tanya agen Hazley pada Rama.

Alondra tidak memberikan Rama kesempatan untuk menjawab pertanyaan atasannya. "yes i'm allright."

Kedua orang itu saling bertatapan, masih belum mengerti kenapa Alondra masih terus mengatakan hal yang jauh dari kebenaran.

Rama berdiri hingga pandangannya sejajar dengan agen Hazley. "agent Hazley, can't you make him stop?"

Tentu saja yang dimaksud Rama adalah comander Esteel. Ada keheningan lama yang hadir di antara mereka bertiga sebelum akhirnya agen Hazley berjongkok untuk berbicara pada Alondra. Gadis itu tampak menyedihkan. Beberapa untai rambutnya terlepas dari ikatannya, kaus hitamnya basah oleh air dan keringat, alisnya mengerut menahan sakit, buku jari tanganya terluka, kedua sisi celana panjang yang ia kenakan sobek di bagian lutut, mengekspos lutut gadis itu yang keunguan dan dihiari bercak darah dari luka yang baru saja didapatnya.

"Alondra.. bernafaslah."

Bisikan dari agen Hazley itu membuat Alondra memejamkan matanya.

Bernafaslah..

Satu kata itu memiliki sejuta makna penting di antara Alondra dan agen Hazley. Dahulu ketika Alondra berada dalam kondisi mental dan fisik yang buruk akibat tekanan dari pelatih-pelatih di PHRCS yang tidak begitu menyukai dirinya, agen Hazley akan berada di sana saat malam-malam panjang Alondra dengan gangguan pola tidur yang dideritanya akibat tekanan tersebut. Agen Hazley akan terus terjaga, bercerita tentang dunia luar, tentang anak-anaknya, tentang keluarganya, tentang bintang-bintang.

Ia akan terus terjaga hingga Alondra berhasil tertidur. Bertahun-tahun membesarkan Alondra, membuat dirinya otomatis berubah menjadi figur seorang ayah ketika berdekatan dengan Alondra.

Bernafaslah..

Satu kata itu selalu berhasil membuat Alondra tertidur. Selalu berhasil menenangkan Alondra dari memori buruk yang sering menghantuinya. Agen Hazley menyaksikan betapa berat beban yang dipikul Alondra hingga saat ini. Rasa bersalah menyelubungi hatinya sehingga ia berjanji akan selalu berusaha sebaik mungkin untuk melindungi gadis itu, karna bagaimana pun juga, gadis itu telah hadir di hidupnya dan dua orang sahabatnya jauh sebelum anak kandungnya sendiri lahir ke dunia.

"tetaplah disini sampai aku kembali." Kalimat itu ditujukan pada Rama.

Rama mengangguk.

Agen Hazley meninggalkan Rama berdua bersama Alondra lagi. laki-laki itu menatap refleksi wajahnya di cermin sebelum kembali menghampiri Alondra dan duduk di sebelah gadis itu. Namun sebelum Rama dapat sepenuhnya duduk, Alondra meraih tangannya.

"Rama, give me a moment.. please." Tiap kata yang terucap dari bibir Alondra menggambarkan bagaimana lelahnya ia.

Namun Rama mengangguk, ia mengerti bahwa Alondra kini butuh waktu untuk sendiri menenangkan dirinya. Rama bergegas keluar dari toilet itu dan duduk diluar sambil menunggu agen Hazley kembali.

Alondra bergerak duduk di lantai toilet yang kering dan dingin. Kakinya bergerak menutup pintu biliknya dengan perlahan, sementara tangannya bergerak menuju wajahnya yang masih pucat. Ditenggelamkannya wajah pucat itu berharap ia dapat melupakan sejenak rasa sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya. Suara tetesan air dari keran yang tidak sepenuhnya tertutup seirama dengan deru nafasnya.

"aku iri.." suara feminim seorang wanita memecah keheningan, membuat Alondra mendongak dari kedua telapak tangannya. "mereka bersedia melakukan apapun untuk melindungimu, sementara banyak agen lain yang harus bersusah payah melepaskan diri dari genggaman organisasi ini."

Suara itu begitu jelas, mengalihkan fokus Alondra.

"Alondra, walaupun kau kira kau telah lepas sepenuhnya dari PHRCS, kau tetapah bagian dari kami. Kau masihlah agen bernomor 143 dengan rincian hidup yang tertulis di dalam database PHRCS. They know everything about you."

Sengatan yang menyakitkan menyerang salah satu ruas tulang punggunggnya, membuatnya meringis dan memejamkan mata erat-erat. Suara ini begitu familiar, tapi ia tak dapat mengingat siapa pemiliknya.

Kelopak mata Alondra terbuka, menatap keramik putih yang menampakkan bayangan pudar dirinya. "who are you?"

"tidak penting siapa aku," suara tetesan air dari keran yang tak sepenuhnya tertutup tidak lagi terdengar. "agen Brian Mose kehilangan nyawanya beberapa hari setelah ia keluar dari pusat pelatihan untuk masa uji cobanya, agen Hufa Yena kehilangan kemampuan bicaranya karna teroris memutuskanuntuk memotong lidahnya saat masa uji cobanya berlangsung di suriah, agen Ola Bones, kehilangan kedua kakinya sa-"

"hentikan." Setiap untaian kata yang diucapkan wanita di bilik sebelahnya itu terus terngiang di kepalanya. Menyiksanya secara mental.

"kenapa? Kau bahkan tidak sanggup menerima tidak pedisiplinan dari comander Esteel di hari pertama. Jika dibandingkan dengan mereka, maka kau bukanlah apa-apa."

"go.. away.."

"bukankah pembicaraan denganmu menjadi menyenangkan saat kau tak tahu apa-apa tentang lawan bicaramu? Kau tidak akan pernah tahu orang seperti apa yang kau temui tanpa bakat deduksimu.."

"kenapa kau tidak ingin menunjukkan dirimu padaku?"

"entahlah, mungkin psikopat memang ingin selalu menjadi sosok yang misterius."

Alondra memiringkan kepalanya. "jadi kau menganggap dirimu adalah psikopat?"

"oh dear.. aku akan selalu menjadi bagian dari dirimu... dan kau tidak akan pernah terlepas dari rantai yang mengikat kedua kakimu, mata yang mengawasi tiap gerakmu dan telinga yang mendengar tiap ucapanmu. Ingat saat semua orang tidak ingin berbicara denganmu saat kau berumur 11 tahun? Tidakkah kau ingin tahu penyebabnya?"

"who.. are you?" Alondra bahkan bisa mendengar sendiri kata-kata yang ia ucapkan tak lagi stabil. Bagaimana wanita itu tahu apa yang terjadi pada dirinya di pusat pelatihan yang berada jauh dari Kanada?

"kami tidak ingin berdekatan denganmu karna kau adalah monster. Monster yang siap membunuh. Monster yang harus selalu diawasi tiap pergerakannya. Kau bahkan lebih buruk dari itu, mungkin itulah kenapa kedua orangtuamu meninggalkanmu sendiri, karna mereka menginginkan seorang anak biasa, bukan seorang monster."

Tak terasa tangan Alondra terkepal dengan erat. "aku bukan monster."

"bukankah orangtuamu mengajarkan untuk tidak berbohong? Ah.. aku lupa kalau kau bahkan tidak pernah bertemu dengan mereka."

Alondra berdiri dan bergegas keluar dari bilik toiletnya. Tangannya mengetuk pintu bilik tempat wanita itu berada.

"keluar!" teriak Alondra di sela ketukan tangannya. Tapi tak ada respon yang diberikan oleh wanita itu.

Suara gelak tawa wanita itu bergema di dalam toilet. "aku bertanya-tanya apakah monster-monster itu bersembunyi di mata indahmu."

"keluar, biarkan aku mengetahui siapa dirimu!" ujar Alondra, kali ini ketukannya berubah jadi pukulan di pintu yang tak bergeming di hadapannya.

Mendengar suara gaduh itu, Rama kembali masuk ke dalam, mendapati Alondra memukul pintu bilik toilet tanpa henti.

"Alondra! apa yang kau lakukan? Hentikan!" Rama dengan cepat melangkah mendekati Alondra, berusaha menahan kedua tangan gadis itu dengan tangannya. Tapi Alondra tetap meronta, tak menggubris perkataan Rama.

Alondra berhasil melepaskan kedua tangannya dari cengkraman Rama dan kembali menggedor pintu itu. "keluar dari situ dan bicara denganku! Pengecut!"

"hey tenangkan dirimu. Apa yang terjadi?!" Rama menarik Alondra ke belakang, tak ingin melihat gadis itu menyakiti dirinya sendiri.

"ALONDRA CALM DOWN!" suara Rama meninggi untuk kesekian kalinya, namun Alondra berhasil melepaskan diri lagi.

Rama tak dapat mempercayai apa yang ia lihat. Belum lima menit ia meninggalkan Alondra sendiri, tapi kini Alondra telah lepas kendali oleh sesuatu yang ia tak mengerti dan tahu pasti apa. Rama hanya bisa diam menyaksikan apa yang terjadi di depannya. Ia sadar sekuat apapun ia berusaha menghantikan Alondra, gadis itu tetap tak akan berhenti jika ia memang tak ingin berhenti. Hatinya terasa sakit menyadari fakta bahwa ia tak dapat melakukan apa-apa untuk menolong Alondra.

Alondra berhenti setelah menghabiskan sisa tenaganya untuk memaksa wanita itu keluar. Nafasnya memburu, pandangannya kembali terhalangi oleh air mata yang siap turun, keringat kembali membasahi dahinya. Sensasi yang tak bisa ia jelaskan membuat kedua tangannya bergetar. Telinga Alondra menangkap suara langkah kaki dari luar toilet, menandakan ada orang yang hendak masuk ke dalam. Ia menegakkan badannya, berusaha sebisa mungkin terlihat normal.

Tatapan mata Rama tak pernah lepas dari gadis di hadapannya. Mengawasinya dalam diam.

Seorang agen PHRCS lain masuk ke dalam, memberikan tatapan heran pada Alondra dan Rama sambil melewati mereka. Mereka berdua tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya namun ia juga tidak peduli siapa itu. Mata Alondra melebar saat tangan wanita tadi menyentuh kenop pintu yang sedari tadi berusaha ia buka, kakinya melangkah mundur untuk mempersiapkan diri menghadapi wanita di dalam bilik itu dan matanya semakin melebar saat agen PHRCS tadi dapat membuka pintunya dengan mudah.

Semua gerakan di sekelilingnya melambat seiring pintu bilik itu terbuka, ia menyadari suara tetesan air itu kembali terdengar dan bisa ia rasakan jantungnya berhenti berdetak saat dilihatnya bilik itu kosong.

~ ~

haaaiii guysss!! Terima kasih untuk votesnyaa yaaaa ^^ Anyway banyak banget yang terjadi dihidup alondra akhir-akhir ini ya. Abis Raven jahat sih masa tega masih Alondra pendisiplinan padahal fisiknya belum sepenuhnya pulih menurut dokter yang meriksa dia. huhu nulis tiap adegan yang ada Raven nya bikin fal geregetan! Anywaaaay menurut kalian siapa wanita yang ada di bilik itu?

Semoga kalian suka chapter kali ini yaaaa. Me luvvv you guysss to the another galaxy and back <3 

p.s. : jangan bosen nungguin jawaban dari banyak teka-teki yang bertebaran di cerita ini xx

- Fal.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top