BAB 8 : Dia Lagi
LEXA POV
Sampailah aku ditempatku biasa berteduh, rasanya aku ingin segera merebahkan tubuhku ke tempat tidur. Kuberikan beberapa lembar uang kepada supir taksi, taksi itu mulai pergi menjauh dari gedung apartemen. Dengan langkah gontai, aku menuju ke arah lif menekannya di angka lima.
Ting...
Lif terbuka, segera aku menuju ke pintu apartemenku. Kutekan bel yang berada di luar, aku harap Emily belum tidur. Jika ia sudah tidur terpaksa aku harus membukanya dengan kunci cadangan.
Sudah ketiga kalinya aku menekan bel dan tidak ada tanda-tanda pintu akan dibuka. Kucari kunci cadangan di dalam tas.
"Kuncinya mana sih!" Gerutuku.
Aku sudah mencari-carinya tapi tidak ada didalam tasku. Disaat aku tengah mencari lagi didalam tasku, tiba-tiba saja aku mendengar suara pintu terbuka. Betapa terkejutnya aku ketika melihat seseorang yang ada dibalik pintu.
"Eh, Kak Alan! Kok bisa ada disini!"
Yeah.. orang itu adalah Kak Alan, kakak kandung dari sahabat baikku Elena. Penampilan Kak Alan yang membuatku bingung, ia masih mengenakan pakaian kerja dan ia hanya menggulung lengan kemejanya sampai siku.
"Hay honey, akan aku ceritakan. Tapi sebaiknya kita masuk dulu, tidak baik dilihat orang lain kita berbicara di depan pintu."
Benar apa yang dikatakan Kak Alan, sempat aku lihat beberapa orang melihat kearahku. Mungkin mereka pikir kenapa malam-malam seorang perempuan datang ke apartemen laki-laki. Akupun masuk mendahului Kak Alan, iapun menutup pintu dan mengekoriku menuju ke arah pantry.
Pantry yang biasanya tertata dengan rapi sekarang keadaannya benar-benar mengenaskan. Alat masak belum dicuci semua, sampah bahan makanan masih berada di pengalas. Piring-piring masih stay dimeja makan dengan keadaan terbuka semua.
Kuedarkan pandangan ke arah sofa, ternyata Emily tertidur disana dan ada beberapa kulit kacang yang bertebaran di karpet maupun di meja. Dan tv masih menyala dengan sebuah adegan film "Remember Me", film dimana aktor kesukaanku -Robert Pattinson- sedang makan bersama dengan kedua orang tuanya dan adik perempuannya.
"Bisa kau jelaskan ini semua?" Tanyaku kepada Kak Alan yang tampaknya mengetahui apa reaksi yang aku berikan ketika melihat keadaan seluruh ruangan.
Kak Alan hanya tersenyum lebar ke arahku, ia menarikku menuju ke sofa yang bersih dari kulit kacang. Dan aku hanya menatapnya dengan tatapan dingin. Ayolah apa aku harus membersihkan ini semua.
"Oke honey kamu tenang, akan aku jelaskan kronologisnya." Aku hanya merespon dengan memutarkan kedua mataku. Aku benar-benar lelah dan aku ingin tidur.
"Jadi begini, aku sedang dikantor. Dan tiba-tiba Emily menelponku dan bilang kalau kamu belum pulang. Dia memintaku untuk menemaninnya makan malam. Aku tinggalkan pekerjaanku demi bertemu Emily dan akupun menuju ke sini."
"Lalu?"
"Lalu kami berdua membuat makanan bersama dan kau tahukan bagaimana hasilnya jika aku ikut ambil alih memasak?. Ya seperti ini. Aku sebenarnya ingin merapikan semuanya setelah Emily tertidur. Dan saat aku ingin merapikan ini semua bel berbunyi tiga kali dan akhirnya aku membuka pintu ternyata kau datang."
"Huft.. apa kau memintaku untuk membersihkan ini semua?. Aku hari ini benar-benar capek kak. Pokoknya aku nggak mau tahu ya, besok pagi aku mau semuanya bersih dan tidak ada kulit kacang bertebaran di sofa atau yang lainnya." Kataku lalu berdiri dan meninggalkan Kak Alan yang masih duduk di sofa.
"Maaf kak bukannya aku marah dengan kakak, tapi aku benar-benar lelah."
~♥~
Suara alaram di nakas membangunkanku. Dengan perasaan malas aku turun dari tempat tidur yang sangat nyaman ini. Menuju ke kamar mandi dan mulai membersihkan diriku. Setelah sekitar dua puluh menit berlalu, aku segera menuju ke pantry untuk membuat makanan.
Kulihat ruangan sekarang tampak benar-benar bersih dari biasanya, kira-kira siapa yang melakukan ini semua?. Aku tepis pemikiranku itu dan saat aku ingin ke pantry ternyata Emily sudah dengan manisnya duduk di meja makan yang berada tepat disamping pantry. Beberapa makanan sudah tersaji di meja makan.
"Selamat pagi kakakku sayang." Sapa Emily lalu tersenyum lebar menatap ke arahku.
"Pagi Em. Tumben jam segini sudah siap semua makanannya. Kamu bangun jam berapa?"
"Lima menit yang lalu. Oh iya kak, ini ada surat untuk kakak dari Kak Alan."
Kuterima surat itu dan mulai menyobek amplop berwarna grey. Sepucuk surat dengan tulisan tangan yang indah tercetak jelas diatas kertas.
Dear My Honey Alexia
"Good Morning honey. Aku yakin kamu sudah bangun jika sudah menerima surat ini. Untuk kejadian semalam aku benar-benar minta maaf. Dan sesuai dengan keinginanmu aku meminta beberapa pegawaiku untuk membersihkan itu semua. Dan jangan lupa sarapan sudah ada di meja. Aku harap kamu tidak memarahi Emily karena ini semua bukan salahnya. Semoga harimu menyenangkan honey."
Alando Gray El Fratta
Oh astaga, aku sampai lupa. Aku sempat berdebat dengan kak Alan semalam. Aku benar-benar merasa bersalah dengannya. Mungkin ada baiknya setelah kuliah aku mampir sebentar di kantornya membawakan makan siang. Setelah membaca surat itu akupun langsung menuju ke pantry dan mulai membuat makanan.
"Loh kak, kakak mau buat apa. Kan sarapannya udah siap semua dimeja." Tanya Emily yang tampaknya heran denganku karena sekarang aku sudah mengenakan aproun dan mulai mencampur beberapa bahan.
"Aku hanya ingin membuat Croissant Em, akan aku bawa ke kampus."
Emily hanya mengangguk dan aku melanjutkan untuk membuat Croissant. Setelah semuanya selesai sekitar tiga puluh menit berlalu lanjut aku menatanya di kotak makan berwarna biru. Aroma wangi menyebar ke seluruh penjuru pantry. Emily yang sedari tadi bermain dengan ponselnya tiba-tiba ia sudah berdiri disampingku.
"Wah harumnya. Boleh lah kak aku minta satu?" Tanya Emily yang matanya sangat berbinar melihat Croissant yang baru selesai diturunkan dari open.
"Satu saja ya." Emily mengangguk, lalu dilahapnya Croissant itu.
"Tumben kakak buat Croissant, buatnya bukan cuma satu rasa ini langsung empat macam."
"Ayolah Em, aku hanya ingin membuatnya saja."
Memang kali ini aku membuat Croissant dengan empat macam, dari yang original, Butter Croissant, Cheese Croissant dan Chocolate Croissant. Aku membuatnya khusus untuk Kak Alan karena aku benar-benar merasa bersalah kepadanya.
"Loh kak, kok Croissantnya dipotong jadi dua? Mau dibuat apa lagi?"
"Kreasi baru Em, Croissant sandwich."
Cara membuatnya juga cukup mudah karena isi dari Croissant sandwich sama dengan isi sandwich pada umunya. Hanya saja roti yang digunakan berbeda. Dan aku hanya perlu menyiapkan bahan bahan isi sandwich saja.
Selesai aku membuat Croissant sandwich dan menaruhnya kedalam kotak makan lainnya. Barulah aku memulai sarapan pagiku bersama dengan Emily.
~♥~
Perjalanan menuju kampus memanglah tidak terlalu lama karena Elena sempat menelponku mengajak untuk berangkat bersama. Dan disinilah aku dan Elena, di parkiran kampus yang dipenuhi dengan puluhan mobil bermerek.
Jikalau dilihat mungkin penampilanku tidaklah cocok naik mobil bersama Elena. Secara aku hanya menggunakan kaos yang aku beri hem kotak-kotak, celana jeans, sepatu kets, tas selempang, tak lupa rambutku yang kukuncir kuda dan sebuah kacamata yang bertengger manis di hidungku.
Berbanding jauh dengan Elena. Dia mengenakan sebuah dress berwarna peach, rambut yang diotak atiknya menjadi bergelombang, tas bermerek -aku benar-benar tidak tau apa mereknya, yang aku tau itu yang paling digandrungi semua wanita-, make up yang terkesan natural dan tak lupa sebuah high heels yang menunjang tubuh tingginya. See... berberbanding terbalikkan dengan penampilanku. Ibarat kata seperti langit dan bumi. Beda jauh.
Aku hiraukan setiap tatapan sinis beberapa gerombolan wanita yang aku yakin salah satu dari mereka adalah penyumbang kampus. Dan mulai berjalan menuju ke arah kelas karena makul pertama akan segera dimulai.
"Oh iya Lex, aku dengar si cogan satu jurusan denganmu?"
Cogan? Maksudnya si bunglon?
"Cogan?. Maksudmu si bunglon? Eh... maksudku si Lucas?"
"Iya lah.. bentar-bentar kok kamu manggilnya bunglon sih Lex, ganteng gitu dipanggil bunglon."
Ya secara dia aja gampang banget berubah apa aja di depan banyak cewek nggak salah dong kalau aku beri dia sebutan bunglon?.
"Cuma iseng aja, namanya susah diinget. Kalau bunglon kan gampang diinget El."
"Kamu ni, ada ada aja sih Lex. Oh iya Lex kotak makan yang kamu bawa itu isinya apa?" Tanya Elena yang sedari tadi melirik kedua kotak makan yang aku bawa.
"Croissant El."
"Satu boleh dong Lex, kan kamu bawa dua."
"NO!. Besok aja aku buatin. Kalau enggak kamu dateng aja kerumah aku ajarin cara buatnya."
"Baiklah."
Percakapan ringan kami terusik dengan suara-suara jeritan histeris -sama seperti ketika kalian melihat idola kalian datang ke kampus-. Jeritan itu berasal dari segerombolan wanita yang berpapasan denganku dan Elena di parkiran.
Sebenarnya apa yang membuat mereka seperti itu, aku pikir mereka bertemu dengan hantu yang berada di film the conjuring. Aku rasa begitu. Tapi mana mungkin sepagi ini hantu bermunculan.
Dan ternyata tebakanku benar, mereka menjerit hanya karena bertemu dengan sesosok yang lebih buruk dari hantu, dia adalah pemimpin dari iblis neraka. Siapa lagi kalau bukan si Lucifer alias si bunglon.
Dengan dandanan yang sok cool, sok ganteng dan sok keren dari semua orang. Dan hebatnya si Elena juga ikut terserang virus dari gerombolan wanita itu.
"Hay Lucas." Sapa segerombolan wanita itu kompak dan hebatnya mereka tambah histeris karena si bunglon mengeluarkan jurus senyuman lucifernya yang mampu membuat wanita melting.
Jika kalian bertanya apa reaksiku melihat ini semua, aku hanya bisa memutarkan kedua mataku dan jengah dengan kejadian ini. Dan saat inilah si bunglon melewatiku dan Elena dengan memisahkan kami sehingga ia lewat ditengah-tengah kami.
"Hay Lucas." Entah itu sebuah bisikan atau apa, ternyata yang menyapanya adalah si Elena dan dengan polosnya ia memasang wajah speechless ketika melihat si bunglon.
"Hay manis." Jawab si bunglon dan dengan sengaja dia menyenggol bahuku dengan tatapan masih menghadap kedepan. Iapun berbisik kepadaku
"Good morning miss thief." Dan dengan cepat akupun menjawab sapaan si bunglon.
"Morning too bunglon" jawabku sambil menyenggolkan bahuku lagi tetapi sekarang lebih keras. Ia langsung menoleh ke belakang dan menaikkan sebelah alisnya tak lupa ia mengeluarkan senyuman lucifernya.
Aku menatapnya tajam. Berani-beraninya dia memanggilku thief. Kuabaikan tatapan gerombolan wanita yang menusuk kearahku dan berjalan mendahului Elena.
Untung saja tempat makanku tidak jatuh, jika saja jatuh aku tidak bisa jamin jika ia akan berwajah mulus lagi. Dan mungkin dia tidak bisa lagi mengeluarkan senyuman lucifernya.
Elena mencoba untuk menyeimbangi jalannya denganku dan aku tahu mungkin ia kesusahan mengimbangiku karena ia menggunakan high heels sedangkan aku sepatu kets. Kulambankan jalanku, akhirnya Elena bisa menyeimbanginya dan sekarang ia sudah berada di sampingku.
"Lexa, kamu tadi kenapa?"
"Tidak apa-apa El." Elakku
"Ayolah Lex, kita berteman sudah lama, aku tau kau sedang ada masalah dengan si cogan." Akumenyerah karena aku tahu sehebat apapun aku menyembunyikannya Elena pasti akan mendesak dan akhirnya dia akan mengetahuinya .
"Aku hanya kesal karena ia hampir saja menjatuhkan tempat makanku. Kalau ia sampai menjatuhkan tempat makanku, aku jamin ia tidak akan lagi mempunyai wajah yang mulus lagi."
"Oke oke positif thinking Lex, makanannya tidak jatuhkan?. Ayolah jangan seperti itu, abaikan saja."
Kuanggukkan kepalaku untuk menyetujui perkataan Elena, dia belum tahu seberapa menyebalkannya laki-laki itu. Kami berdua berpisah disebuah aula, karena gedung jurusanku dan Elena berbeda. Dan aku harap bunglon tidak membuat moodku menjadi buruk.
~♥~
Hari ini memang hari yang cukup melelahkan dikampus. Apalagi si bunglon yang ternyata masih saja memanggilku miss thief setiap kali bertemu. Tetapi aku benar-benar tidak mengubrisnya, kalau saja aku mengubrisnya ia pasti tidak akan berhenti untuk memanggilku miss thief. Abaikan saja seperti apa yang dikatakan Elena.
Dan kali ini aku berpisah kembali dengan Elena karena aku harus segera menuju ke Alan's corp. bertemu dengan Kak Alan sebentar dan mengucapkan maaf maupun terima kasih sebelum aku kembali bekerja lagi di rumah besar. Elena sempat menawarkan tumpangan kepadaku tapi aku lebih memilih untuk naik taksi. Aku tidak ingin merepotkan dia lagi.
Kuserahkan alamat dari kantor kak Alan kepada sang supir dan perlahan taksi berbalik arah dan menuju ke arah tujuan. Perjalanan dari kampus ke Alan's corp membutuhkan waktu dua puluh menit. Dan sudah aku pastikan jam makan siang sudah berakhir.
Sampailah aku di depan gedung pencakar langit dan disuguhi sebuah papan besar bertuliskan "Alan's Corp". kuberikan beberapa lembar uang ke supir taksi, taksi itu mulai menjauh dari gedung dan segeralah aku masuk kedalam gedung.
Mungkin ada beberapa pasang mata yang menatap ke arah ku dengan tatapan aneh. Mungkin mereka menilai penampilanku, oke aku tahu aku tidak pantas untuk datang ke kantor ini tapi setidaknya jangan menilai orang hanya dari luarnya saja. Karena aku tak tahu dimana ruangan Kak Alan, aku lalu menuju ke meja resepsionia.
"Selamat siang mbak bisa bertemu dengan kak Alan, eh maksudku Mr Gray?"
Resepsionia itu menatapku dari atas sampai bawah, mungkin dia sama dengan pegawai lainnya yang menilai penampilanku. Benar-benar tidak sopan.
"Ada keperluan apa ya?. Apakah anda sudah membuat janji?"
"Belum mbak, tapi saya ada keperluan dengan Mr Gray."
"Maaf ya nona, Mr Gray sedang sibuk, anda harus membuat janji terlebih dahulu."
Benar-benar orang yang menyebalkan!. Saat aku hendak menyela perkataan sang resepsionia itu, tiba-tiba saja Diana -nama resepsionia yang aku tau dari name tag yang berada di bajunya- merubah raut wajahnya menjadi lebih bersahabat ketika menyapa seseorang yang berada di belakangku.
"Selamat siang Mr Campbell anda sudah ditunggu Mr Gray di dalam."
Tunggu sebentar, resepsionia ini bilang Campbell?. Sepertinya aku pernah mendengar nama itu. Saat aku menoleh ke belakang dan betapa terkejutnya aku.
"Kak Nathan... Alexa..." sapa kami bersamaan.
"Kamu Alexa yang waktu itu pernah bertemu di perpustakaan Caderison kan?" Tanya Kak Nathan yang sepertinya masih tidak percaya melihatku datang ke sini.
"Iya kak, kakak yang waktu itu..."
"Sudahlah jangan bahas hal itu, kamu kesini ada keperluan apa?"
"Hanya ingin bertemu dengan Kak Alan."
"Ikut aku saja Lex, aku juga mau bertemu dengan Alan." Aku mengangguk dan Kak Nathan membalikkan badannya kembali, lebih tepatnya menghadap ke resepsionia.
"Oh iya Diana, kalau Alexa datang kesini lagi kamu ijinkan langsung masuk ke ruangannya Alan."
"Baik Mr." Kulihat resepsionia itu menatap kearahku dengan tatapan merasa bersalah. Dan aku yakin dia tidak akan berani menilai penampilanku lagi. Aku dan Kak Nathan masuk kedalam lif khusus.
Ting...
Sampailah kami disebuah lorong yang penuh dengan unsur warna hitam dan abu-abu. Mungkin saja itu warna kesukaan Kak Alan. Dilorong terdapat dua ruangan. Untuk yang pertama merupakan ruangan CEO dan yang kedua adalah ruangan untuk sekertaris CEO.
Jika kalian tanya kenapa aku bisa tahu, karena dipintu sudah tercetak dengan jelas nama dari CEO dan sekertarisnya. Disaat aku ingin membuka pintu ruangan CEO, Kak Nathan mencekal gagang pintu yang aku buka.
"Sebentar Alexa, aku punya sebuah ide." Kak Nathan lalu membisikanku rencana yang ingin ia rencanakan bersamaku. Akupun tersenyum dan mengangguk menyetujui rencana dari kak Nathan.
And it's time to action...
~♥~
To be continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top