BAB 16 : Dress [Bagian 1]
LEXA POV
Jika kalian tanya sekarang aku sedang berada dimana, maka akan aku jawab dengan lantang bahwa aku sekarang sedang berhadapan langsung dengan kompor –lagi!-. Ini semua gara-gara Elena, Kathy, Paula, Sarah dan juga bunglon yang berebut panino terakhir yang aku buat.
Sampai-sampai piring yang dibawa bunglon pecah karena ia tersandung batu ketika membawanya pergi dari kejaran Elena dan lainnya. Aku sudah meminta maaf kepada Mr Jose karena sudah memecahkan piringnya dan juga meminta ijin lagi untuk meminjam pantrynya untuk mengolah bahan yang masih tersisa di kantong belanjaan.
Untung saja Mr Jose tidak keberatan dengan itu semua, aku rasa besok aku harus membawakan sesuatu untuk Mr Jose. Karena tetap saja aku merasa tidak enak dengan beliau. Dan juga hari pementasan kami hanya tinggal sekitar lima hari lagi. Ternyata acaranya diajukan jadi kami sempat kewalahan karena pemberitahuan yang terlalu mendadak.
“Hay guys, bagaimana dengan koreografernya?. Tinggal lima hari lagi loh.”
“Iya iya El, kita semua juga tau itu. Kenapa juga acaranya diajuin segala. Bikin orang pusing aja.” Sela Kathy sambil memijit pelan pelipisnya.
“Ya mau bagaimana lagi. Yang punya kampus ini ingin acaranya segera diadakan karena dia juga orang sibuk. Banyak urusan penting dan tander besar yang harus diraihnya ketimbang menghadiri acara ini. Keep clam aja lah.”
“Mudah bagimu untuk mengatakannya Sar.” Sarah hanya tersenyum lebar kearah Kathy dan kembali menyeruput milkshake yang dipesannya. Setelah aku selesai memasak tadi aku dan yang lainnya langsung ke kantin karena Sarah yang ngotot ingin membeli milkshake kesukaannya.
“Selain koreografer yang harus kita pikirkan, kita juga harus memikirkan pakaian apa yang harus kita kenakan esok.”
“Oh astaga! aku sampai lupa. Kau benar Lex.”
Kathy membuka tasnya dan mulai mengambil buku kecilnya. Dibolak-baliknya setiap catatan yang ditulisnya, tak jarang ia bergumam kecil menghitung sesuatu. Aku tidak tau apa dan maksud dari sikap Kathy.
“Huaa.. aku belum mencari tambahan orang, hiasan dekorasi panggung, properti tambahan dan juga baju untuk pemain lain termasuk kita. Aku benar-benar pusing.” Keluh Kathy sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
PUK…
Sebuah tepukan ringan dibahu membuat Kathy membuka wajah yang ia ditutupnya. Iapun menoleh kearahku. Tak lupa kusunggingkan senyumku kearahnya.
“Jangan terlalu anggap semua beban ini hanya tanggung jawabmu Kat. Memang kau adalah leadernya tapi kita ini adalah satu tim. Jadi, ini adalah tanggung jawab kita bersama.”
“Benar yang dikatakan Lexa, kita kan satu tim, jadi kita selesaikan bersama.” Sahut Elena yang mulai menyingkirkan ponsel yang sedari tadi ia pegang dan memfokuskan pandangannya kearahku maupun Kathy.
“Oh iya, bukannya untuk urusan dekorasi yang handel Sarah?”
Refleks kami semuapun menghadap kearah Sarah yang tengah asyik dengan tab gambar apelnya. Ia tampak serius ketika menatap layarnya sampai tak berkedip sekalipun. Aku tidak tahu apa yang membuatnya bersikap seperti itu.
“Sarah..”
“….”
“Sarah..”
“…”
“Sarah..”
“…”
Wah.. aku rasa ini adalah kasus yang sama dengan Elena beberapa jam yang lalu ketika di pantry. Kulirik Elena dan iapun paham apa maksud dari lirikanku. Ia berdiri dari kursinya yang menimbulkan suara decitan, tapi tetap saja Sarah bergeming dengan posisinya.
Kathy dan Paula hanya menatap heran kearah Elena yang mulai mencondongkan tubuhnya kearah Sarah. Dengan cepat Elena langsung mengambil alih tab yang berada ditangan Sarah.
“HEY!! APA yang…” Seru Sarah terputus karena mendapat lirikan tajam dari Elena. Iapun menggaruk tengkuknya -aku yakin jika itu tidaklah gatal- dan tak lupa sebuah senyum lebar menghiasi wajahnya.
“Ehehe.. maafkan aku.”
“Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan Sar sampai tak mengubris panggilanku?” Tanyaku tak lupa melirik kearah tab yang sudah berada ditangan Elena. Matanya ikut melihat kearah tab dan kembali lagi menatap kearahku.
“Begini, ya guys akan aku jelaskan. Kemarin aku menghubungi salah satu temanku yang di Paris. Aku meminta saran darinya untuk mencarikan model baju yang bagus untuk acara kita.”
“Memang temanmu itu kuliah dimana?”
“Dia sedang mengenyam kuliah di École supérieure des arts et techniques de la mode.”
Aku dan yang lainnyapun ber-oh ria mendengar penjelasannya. Siapa yang tak tau École supérieure des arts et techniques de la mode? Biasanya orang-orang menyebutnya ESMOD. Lokasinya saja sudah dapat ditebak, jika kampus itu adalah salah satu dari jajaran kampus di pusat kota mode dunia.
“Dan juga dia menyarankanku untuk kita pergi ke R & J. Lihat saja tokonya ditab ku. Sedari tadi aku menyimaknya mengirim beberapa foto toko yang mempunyai desain baju yang bagus.”
Dinyalakannya tab yang sempat Elena matikan dan benar, ada beberapa buah foto yang diterima Sarah. Ada sekitar sepuluh nama toko yang dikirim oleh Cherly -nama teman dari Sarah yang tertera di tab- dan tempatnya cukup dekat didaerah-daerah sini.
“Gimana?”
“Apa kita harus datangi satu persatu toko ini?” Ucap Elena sambil menunjuk beberapa deretan foto dan masih melihat dengan seksama setiap toko.
“Bisa sampai lusa El jika kita datangi satu persatu toko ini.”
“Atau begini saja, kita langsung ke R & J ? Aku tadi juga sudah sempat mencari-cari informasi dari websidenya dan aku rasa ada beberapa model baju yang pas untuk pesta topeng.”
Kembalilah aku dan yang lainnya mengangguk menyetujui apa yang dikatakan Sarah. Lalu kami semua bersiap-siap untuk menuju ke R & J. Tidak mungkin juga jika kami melanjutkan untuk latihan di gedung utara, karena sekarang adalah waktunya kelompok lain menggunakan gedung itu.
“Jangan lupa bilang kepada Mr Jose jika kita keluar untuk mencari kostum untuk semua pemain.”
“Oke siap, aku ke ruangan Mr Jose dulu kalau begitu. Ayo La.”
“Ayo.”
Sarah dan Paula pergi menuju ke ruangan Mr Jose. Sedangkan aku, Elena maupun Kathy masih duduk dikursi kami masing-masing menunggu Sarah kembali dari ruangan.
“Masalah kostum sudah, lalu bagaimana dengan dekorasinya? Apa tidak sekalian kita mencarinya?.”
“Ayolah Kat, tenangkan pikirmu semuanya akan selesai dengan cepat. Masalah dekorasi maupun yang lainnya kita pikirkan belakangan, sekarang kita fokus saja dengan kostumnya.” Ujar Elena.
Kathy hanya tersenyum mendengar jawaban dari Elena. Aku rasa Elena sedang merencanakan sesuatu, tapi aku tidak tahu apa. Hanya firasatku saja yang mengatakan hal itu ketika mendengar perkataan darinya. Semoga saja rencananya berjalan lancar.
Beberapa menit kemudian dari pintu masuk kantin kulihat Sarah dan Paula mendekat kearah kami. Dan tak lupa selembar kertas ia kibas-kibaskan diudara. Sepertinya mereka berhasil mendapat izin dari Mr Jose.
“Semuanya beres. Dan kertas ini akan menjadi senjata kita melawan dosen killer itu saat menanyakan kemana kita pergi ketika jam mengajarnya berlangsung.” Ujar Sarah dengan wajah penuh kemenangan.
“Yess.. akhirnya bisa bebas juga dari dosen killer. Walaupun hanya untuk hari ini.” Sorak Elena tak lupa mengepalkan tangannya dan meninju keudara.
“Sudahlah El, setidaknya hari kita bisa bersenang-senang. Sekalian shopping, sudah lama aku tidak shopping karena banyaknya tugas dari dosen killer itu.”
“Wah.. kau benar Sar.” Sahut Elena lalu mereka berdua langsung ber-High Five.
Kalian lihat sendirikan tingkah dari dua cecurut itu. Mereka lebih sering bertingkah seperti itu dibandingkan denganku maupun yang lainnya. Aku rasa mereka berdua adalah spesies orang ajaib yang pernah aku temui. Kapan lagi bisa bertemu makhluk -kejam sekali aku menyebut mereka makhluk juga spesies :3 - seperti mereka?
Setelah semuanya beres, kami segara membayar beberapa minuman dan makanan ringan yang kami makan. Meninggalkan beberapa lembar uang dimeja -karena bill sudah diletakkan dimeja saat kami selesai memesan- lalu pergi ketempat parkir menuju kemobil Elena.
Perjalanan yang kami tempuh tidaklah terlalu jauh, hanya sekitar dua puluh menit dari kampus. Mobil berhenti tepat didepan sebuah toko yang diatasnya terdapat plakat “R & J” yang sangat besar. Dan bisa dilihat jika toko ini sangatlah ramai, beberapa mobil bermerek terkenal ikut berjejer rapi memenuhi area parkir. Aku rasa toko ini benar-benar mempunyai daya tarik yang tinggi.
Kami berlima turun dari mobil dan masuk kedalam toko. Suara lonceng kecil berdenting ketika pintu dibuka. Dan sebuah sapaan hangat menyambut kedatangan kami.
“Selamat Siang, Selamat datang di R & J.”
Kami disambut oleh seorang wanita yang tersenyum ramah kearah kami. Kupikir umurnya tak jauh beda dengan kami semua. Sekarang aku mulai dibuat kagum melihat isi dari toko ini. Tak salah jika banyak orang-orang berkantong tebal masuk kedalam toko ini. Karena penampilan luar dari toko ini berbanding terbalik dengan dalam toko.
Dari luar sebenarnya tak ada bedanya dengan toko lainnya bahkan bisa dibilang sederhana. Tapi didalamnya benar-benar sangat elegan. Semuanya tampak klasik tapi modelnya tak begitu kuno tapi sangatlah modern.
Penyusunan setiap furnitur benar-benar bagus dan juga penempatan manekin serta deretan baju yang digantung juga rapi. Bisa aku tebak pasti setiap baju yang ada disini bernilai jual yang lumayan.
“Ada yang bisa saya bantu?” Lanjut wanita ini sambil menatap kearah kami semua.
“Bisa kami bertemu dengan manager toko ini?” Tanya Sarah yang kini malah mendapat sebuah tatapan penuh tanya oleh wanita itu.
“Kenapa kau malah mencari manager toko ini Sar? Kenapa tidak langsung kita cari bajunya saja.” Bisik Kathy kepada Sarah.
“Sudahlah, kau tenang saja oke.”
“Apa anda sudah mempunyai janji dengan beliau?. Karena tadi beliau masih sibuk mengurusi klien di lantai dua.” Sahut wanita itu setelah melihat Sarah yang selesai berunding dengan Kathy.
“Sebenarnya…”
“Sarah?!”
“Eh? Tante Rosi?.”
Kulihat seorang perempuan yang sudah tampak berumur tapi masih cantik dimasa usianya datang menghampiri Sarah. Tak lupa sebuah pelukan hangat didapat Sarah ketika ia memanggil nama perempuan itu. Pelukan itu benar-benar menyiratkan jika kedua orang ini sudah lama tidak saling bertemu.
“Astagaa.. sekarang kamu sudah besar ya. Bagaimana kabar Melissa dan Mathew? Apa mereka baik-baik saja?. Kamu kesana saja Key, biar mereka aku yang urus.”
Wanita yang menyambut kami tadipun mengangguk dan tak lupa ia keluarkan senyumnya sebelum pergi meninggalkan kami semua.
“Mama sama papa baik, tante sendiri gimana?”
“Baik. Mereka siapa? Cantik-cantik semua.” tanya tante Rosi menatap kearahku dan yang lainnya yang kebetulan berada dibelakang Sarah.
“Mereka semua teman-temanku, yang pakai kacamata berwajah manis itu namanya Lexa, yang pakai baju merah maroon berwajah cantik tapi sebenarnya ketus itu Kathy. Yang rambutnya coklat bergelombang namanya Paula, dan yang terakhir yang paling ngeselin dari pada ketiga tadi yang sifatnya hampir sebelas dua belas denganku itu namanya Elena.”
“Hustt.. kamu ini. Nggak boleh bilang gitu. Orang cantik kaya gini masak sifatnya disamain sama sifat kamu. Tante tu udah tahu gimana sifat kamu dari kecil.”
“Nah.. bener itu tante, sebenernya yang nyebelin itu Sarah.” Sahut Elena yang mulai ingin memberikan serangan ke Sarah. Sedangkan Sarah hanya tersenyum lebar kearah tante Rosi.
“Oh iya tante kedatangan kami kesini itu…”
“Tante sudah tahu kok, Cherly kemarin sudah beritahu tante soal baju yang untuk acara kampusmu kan?. Kalian ikut tante saja keatas.”
Tante Rosi mengajak kami menuju ke lantai dua. Kuedarkan pandanganku keseluruh penjuru toko. Banyak sekali model baju yang terpajang yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh kaum hawa -mungkin aku tidak masuk kedalamnya karena aku tidak begitu memikirkan style baju jaman sekarang-. Tak jarang juga pegawai toko memberikan senyumnya ketika berpapasan dengan kami semua.
Sampainya kami dilantai dua ternyata ruangannya lebih luas dan juga dekorasi ruangannyapun berbeda dengan lantai pertama. Disini lebih banyak pengunjung yang memakai tuxedo berserta pasangannya yang memakai baju diatas lutut -maksudku sepasang kekasih berdompet tebal-. Aku rasa mereka sedang fitting baju pernikahan, karena baju yang dicoba adalah gaun pernikahan.
“Nah.. kalian sekarang bisa cari-cari baju yang kalian suka terus nanti kalau sudah selesai bisa bilang sama tante. Tante sekarang sedang mau membantu fitting baju Robert dengan Selena dulu karena kemarin tante sudah janji dengan mereka. Kalian tante tinggal tidak apa-apakan?. Atau tante panggilkan Keyla kesini?”
“Tidak pa-pa tante, tante temui dulu klien tante, kami bisa cari sendiri.”
“Yasudah kalau begitu, tante permisi dulu ya.”
Setelah kepergian Tante Rosi yang sedang mengurusi kliennya aku dan yang lainnya segera menuju kearah deretan gaun. Belum sampai tanganku memegang gaun berwarna merah maroon sebuah suara berat membuatku menghentikan pergerakanku.
“Alexa?”
“Eh?”
~♥~
To be continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top