BAB 11 : Undian
LEXA POV
Hari ini aku menyiapkan beef bacon dan crepes maple untuk sarapan pagiku dengan Emily. Sekarang Emily sedang bersiap dikamarnya, semalam ia menceritakan semua kenapa ia sampai larut pulang ke apartemen. Ternyata ia dan Mrs Handerson sedang memisahkan beberapa buku untuk disumbangkan ke sebuah perpustakaan kecil yang letakknya tak jauh dari pusat kota.
Selain beef bacon dan crepes maple aku juga membuat empat buah croissant sandwich untuk Kak Alan. Aku membuat empat buah karena berjaga-jaga agar kejadian kemarin yang diceritakan Kak Alan tak akan terulang kembali.
"Pagi kak, kita sarapan apa kali ini?"
"Pagi Em, beef bacon dan crepes maple, kau mau yang mana?" Tanyaku kepada Emily yang kini duduk di meja makan dengan baju kebesarannya -putih abu-abu- tak lupa sepatu kets dan rambutnya dikuncir kuda.
"Crepes maple saja kak."
Kuambilkan sepiring crepes maple dihadapannya dan ia memulai aksinya untuk mencicipi terlebih dahulu simple sirup dan madu yang aku tuangkan diatas crepes.
"Em, nanti kau pulang jam berapa?"
"Mungkin jam dua belas kurang, katanya disekolahan ada rapat guru jadi pulang agak cepat. Kenapa kak?"
"Aku hanya minta tolong antarkan croissant sandwich ke kantornya Kak Alan. kemarin ia memintaku untuk membuatkanya lagi. Kau maukan setelah pulang sekolah langsung ke sana?" Tanyaku lalu memasukkan keempat croissant sandwich kedalam kotak makan.
"Ke kantornya Kak Alan?. Siap kak boss, dengan senang hati aku akan datang kesana."
"Tapi jika kesana berhati-hatilah dengan resepsionianya."
Entah kenapa aku khawatir jika Emily kesana dengan pakaian putih abu-abunya, bisa-bisa dia mendapat tatapan sinis dari Diana -resepsionia yang waktu itu menilai penampilanku waktu itu-.
"Tenanglah kak aku sudah punya trik sendiri untuk menghadapi si resepsionia itu." Jawabnya sambil menaik turunkan alisnya, firasatku jadi tidak enak melihat kelakuan Emily.
"Baiklah, tapi jangan sampai kelewat batas oke dan tetaplah jaga sikapmu."
Emily mengangguk dan memakan lagi sarapannya. Aku turut bergabung disampingnya setelah selesai menata kotak makan untuk Kak Alan dan memakan sarapan pagiku. Tapi getaran di meja makan membuatku menoleh kearah ponselku yang mulai berkedip-kedip.
Drtt...drt...drt...
Elena
"Kau masih di apartemen Lex?. Jika iya aku akan segera kesana karena semua mahasiswa diminta untuk segera datang ke kampus. Ada pengumuman penting, mungkin lima belas atau sepuluh menit lagi aku akan sampai di depan apartemenmu."
Alexa
"Ya aku masih di apartemen. Aku selesaikan dulu sarapanku dan menemuimu di bawah."
S
end...
Drt...drt...drt...
Elena
"Oke"
Kupercepat untuk menghabisakan sarapanku karena ada pengumuman penting yang akan diberitahukan kepada semua mahasiswa. Aku tidak tahu sepenting apa pengumuman itu sampai-sampai semua penghuni kampus diminta untuk datang lebih pagi hari ini.
"Pelan-pelan kali kak makannya, kaya dikejar deadline aja."
"Ini lebih penting daripada deadline." Jawabku lalu meletakkan piring yang sekarang sudah kosong ke tempat cuci piring. Tapi sebuah tangan mulai mencegahku untuk segera mencuci piring kosongku.
"Udahlah kak, kakak berangkat aja. Biar aku yang beresin semuanya. Kan kakak udah bikin sarapan aku yang bersih-bersih oke."
"Nanti kamu telat lagi."
"Santai aja kali kak, nggak bakalan udah sana sana." Sahut Emily lalu mendorongku menjauhi tempat cuci piring menuju ke arah pintu utama.
"Iya iya. Tapi nggak usah dorong-dorong juga kali, dikira aku apaan."
"Hehe, maaf kakakku sayang."
Kuambil tasku yang berada di meja makan dan tak lupa ku kenakan kacamata kebesaranku. Memang jika aku sedang memasak atau melakukan kegiatan apapun kacamataku selalu aku lepas, tapi jika sudah berada di area kampus kacamataku tidak akan pernah aku lepas. Dan juga ketika bekerja di big house sekalipun, aku tak pernah melepas kacamataku.
Segera aku bergegas menuju ke arah lif, ketika lif terbuka dan benar saja Elena sudah bertengger manis di depan mobilnya dengan sebuah kacamata hitam yang menutupi bulu matanya yang lentik.
Tampaknya ia sedang begitu sibuk dengan ponselnya hingga tak menyadari keberadaanku yang sudah berada tepat di depannya.Gayanya sebelas dua belas tak jauh berbeda dengan kakaknya, jika diamati Elena seperti versi perempuannya Kak Alan.
"Eh Lexa, akhirnya keluar juga. Udah yuk kita berangkat semoga aja nggak telat." Aku mengangguk dan kamipun segera menuju ke arah kampus.
~♥~
Sampainya kami di tempat parkir ternyata sudah banyak yang datang. Dan parkiran tampak hampir penuh karena dijejali berbagai macam alat transportasi -sepertinya aku berlebihan menggambarkannya-.
Setelah mendapatkan tempat untuk menempatkan mobil milik Elena, kami lalu menuju ke arah gedung utama kampus. Sayup sayup terdengar hiruk pikuk orang-orang yang tengah berbincang dengan permaslahan yang berbeda-beda. Aku dan Elena mencoba untuk membelah kerumunan orang-orang untuk menempatkan diri di dekat mimbar agar pengumuman lebih jelas kami dapatkan.
Dug..dug..dug..
"Cek.. cek.. satu dua tiga.. cek.. cek.."
Dug...dug...dug..
"Cek..cek... Oke siap. Semuanya diharap tenang terlebih dahulu."
Suara perintah dari seseorang yang berada dibalik mimbar membuat semua mahasiswa menghentikan percakapan mereka, dan semuanya dalam keadaan tenang dan kondusif.
"Terima kasih atas kerja samanya. Baiklah saya akan jelaskan kenapa kalian semua diminta untuk berkumpul digedung utama. Besok tanggal tiga puluh pemilik serta penyumbang dari kampus kita akan datang dan ingin mengetahui kemajuan kampus selama bulan ini. Dan kami harapkan kalian ikut berpartisipasi dalam memberikan hiburan."
Hiburan?. Kenapa firasatku mengatakan sesuatu yang aneh akan terjadi disini. Semoga saja tidak, yang kulihat saat ini adalah Elena yang tampak antusias dengan pengumuman ini. Akupun memperhatikan Mr Jose yang kembali ingin melanjutkan pengumumannya.
"Maka dari itu kami semua sudah menuliskan semua nama kalian di dalam tempat ini." Ucap Mr Jose sambil menunjuk ke arah wadah seperti aquarium bulat berbahan dasar kaca yang berisi butiran sterofom dan gulungan kertas berpita biru.
"Dan barang siapapun nama yang saya sebutkan untuk ikut andil dalam memberikan pertunjukan. Entah itu menyanyi, drama, dance modern, tari tradisional ataupun lainnya. Nah, saya hanya akan membuka sepuluh gulungan saja. Dan saya berharap sangat kepada sepuluh orang yang terpilih ini."
Mr Jose mulai mengacak-acak isi dalam wadah itu dan mengambil gulungan pertama. Beliau tampak tersenyum merekah ketika melihat nama yang tertera di dalam gulungan pertama.
"Orang beruntung yang pertama adalah Cecilia Morgan." Suara tepuk tangan mulai terdengar riuh ketika nama orang pertama disebutkan.
"Saya harap nama yang telah disebutkan maju ke depan." Lanjut Mr Jose
Cecilia pun maju dan berdiri disampaing Mr Jose. Dan aku baru ingat bahwa Cecilia adalah salah satu murid berbakat di kampus, dia paling ahli dalam bermain semua alat musik. Tak heran jika dia sampai memiliki fanspage di instagram, walaupun begitu dia tidaklah sombong dan aku cukup mengenalnya dengan baik.
"Untuk orang yang kedua yang beruntung adalah..." Mr Jose tampak sumringah kembali ketika membuka gulungan kedua.
"Antonio Lucas Del Mc Queen."
"KYAAAAA.."
Jika kalian tanya suara apa setelah nama bunglon disebut itu adalah gerombolan fansclubnya yang histeris ketika nama bunglon disebut. Mereka menyebut diri mereka adalah Lucalicius, seriusan itu nama fansclub teralay yang pernah aku dengar.
Dan seperti biasa dengan tampang sok coolnya dia berjalan kedepan dengan entengnya karena banyak orang yang memisah dan membuat sebuah jalan ketika bunglon ingin maju kedepan. Tepuk tangan dari fans lucifer tak luput ikut andil mengantar si bunglon dalam perjalannya ke samping Mr Jose -Ngerti yang aku maksud kan?.-
"Lucass.."
Entah mengapa aku langsung melihat ke arah samping kananku ketika nama bunglon disebut. Dan orang yang berada disampingku ini adalah teman terbaikku sendiri si Elena. Dia memanggil bunglon sambil melambaikan tangannya kearah bunglon.
Hebatnya lagi bunglon merespon dan senyuman lucifernya itu kembali ia keluarkan, histeria lucalicius mulai membahana memenuhi gedung. Aku angkat sebelah alisku dan menatap tajam ke arah Elena ketika ia melihat ke arahku.
"What? Opss!! Sorry Lexa." Sahut Elena lalu menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan kembali menatap ke arah mimbar.
"Sudah sudah semuanya tenang, sebaiknya kita lanjutkan lagi."
Diacak-acaknya lagi wadah itu dan diambilnya sebuah gulungan berpita biru. Dan lagi-lagi Mr Jose tersenyum senang ketika gulungan itu terbuka.
"Oh.. untuk yang ketiga ini sepertinya tak kalah akan heboh. Saya ucapkan selamat kepada Miss Fratta silahkan untuk maju ke depan."
Elena tampak terkejut ketika namanya disebut, dan dengan senangnya serta senyumannya yang merekah ia dengan percaya diri maju ke depan. Tak kalah heboh dengan penggemar bunglon. Segerombolan pria ikut bersiul ketika Elena maju kedepan dan tepuk tangan juga turut terdengar.
Hayy.. siapa yang tak kenal dengan Elena? Dia benar-benar terlihat cantik jika mengenakan baju apa saja. Tak heran jika banyak pria yang akan melirik Elena sebanyak dua kali.
Elena berdiri berdampingan dengan bunglon dan bisa aku lihat Elena tampak tersenyum bahkan tertawa kecil ketika bunglon membisikkan sesuatu ketelinganya. Aku tidak bisa begitu jelas apa yang tengah mereka bicarakan. Hemm.. Dasar bunglon, jika sudah beraksi ia tak akan pernah bisa berhenti.
"Baiklah kita lanjutkan lagi. Dan saya ucapkan selamat kepada..."
Entah mengapa firasatku menjadi aneh sekarang. Mungkin dengan menghitung sampai tiga aku kan lebih baik. Kuhembuskan nafasku, menariknya lagi tak lupa memejamkan mataku dan akupun berhitung dalam hati.
Satu..
"Selamat kepada..."
Dua..
"Kepada..."
Ti..
"Miss Harvey. Silahkan untuk maju ke depan."
Prok..prok...prok..prok...prok...
Suara tepuk tangan yang begitu meriah itu bahkan terdengar seperti neraka bagiku. Sedangkan Elena yang mengetahui itu malah tersenyum senang dan menuju ke arahku karena sedari tadi aku hanya mematung tak beranjak dari tempat asalku.
BLANK!! Itu yang sekarang tengah memenuhi kepalaku. Seakan semua otakku hanya terpusat kepada warna putih dan tidak ada warna lain yang bisa aku pikirkan. Dan sekarang aku sudah berada di dekat Elena maupun si bunglon.
Aku tak mengubris semua yang berada di depanku, aku terlalu shock dengan ini semua. Bisa-bisanya orang yang tak berbakat sepertiku ini bisa terpilih, apa yang akan aku tampilkan untuk menyambut pemilik kampus ini?.
Ayolah, bisa diganti atau tidak?.
"Lexa."
Sebuah tepukan kecil di bahu dan panggilan dari seseorang membuatku tersadar dari pemikiran kerasku. Kutolehkan kepalaku ke arah kanan dan ternyata Elena lah yang melakukannya.
"Kau baik-baik saja?"
"Aku baik El, hanya saja.."
"Dia terlalu gugup berada didekatku El." Sahut sebuah suara berat yang membuatku harus menatap sinis ke arahnya. Dan yang ditatap hanya menyeringai memamerkan senyum maskulinnya.
"Jangan terlalu narsis Bunglon."
"Ayolah Miss Thief, akui saja itu."
"TIDAK!!"
"IYA."
"KU BILANG TIDAK YA TIDAK."
"SEKALI IYA YA IYA."
"TI.."
"Hustt! Udah udah berantemnya lanjut nanti saja. Kita sudah diminta Mr Jose ke ruanganya."
Aku dan bunglon saling menatap sengit satu sama lain dan tak mengubris apa yang baru saja dikatakan oleh Elena. Elena menatap satu persatu dari kami iapun menarikku dan membuat kotak mataku dengan bunglon terputus.
"Udah ih, ayo cepetan." Ditariknya tanganku menuju ke arah ruang Mr Jose berada, sedangkan bunglon berjalan mengikutiku dan Elena dibelakang.
Disinilah aku, Elena, bunglon dan ketujuh orang lainnya yang terpilih di dalam sebuah ruangan yang berdominan dengan warna hitam. Walaupun begitu ruangan ini tetap memberikan kesan kekeluargaan didalamnya.
Kami semua duduk disebuah sofa yang tak jauh dari kursi kebesaran Mr Jose. Mr Jose tampak begitu senang ketika kami semua sudah berkumpul didalam ruangannya. Beliaupun menarik kursi kebesarannya mendekat kearah sofa -berhubung sofa sudah penuh karena diduduki oleh 10 orang-. Dirasa poisis duduknya sudah nyaman iapun mulai angkat bicara.
"Saya ucapkan sekali lagi kepada kalian semua telah terpilih menjadi pengisi acara untuk acara besar kampus kita. Berhubung kita sudah berkumpul semua disini mari kita diskusikan pertunjukan apa yang layak ditampilkan dalam acara ini."
"Saya mau usul Mr." Ucap salah satu dari kami.
Jika tidak salah namanya adalah Sean, dia adalah salah satu murid berbakat dalam bidang seni. Hasil karyanya bahkan hampir setenar lukisan monalisa, dan lukisannya sudah berkeliling ke berbagai negara.
"Silahkan."
"Bagaimana jika kita semua menampilkan sebuah pertunjukan drama atau teatrikal musik?"
"Boleh saja. Ada usulan lainnya?"
"Apa tidak sebaiknya kita membuat tiga atau empat perunjukan yang berbeda?. Jika kita hanya menampilkan sebuah drama yang dimainkan oleh kita semua bisa saja ini dilakukan oleh beberapa orang yang tidak terpilih. Sedangkan sebagian besar dari kita memiliki bakat yang bisa ditampilkan menjadi beberapa pertunjukan." Usulku yang kini mendapatkan beberapa anggukan dari beberapa orang yang berada di dalam ruangan.
"Baiklah, ada yang mau usul kembali sebelum kita kupas lebih dalam kedua usulan yang sudah keluar?."
Kami semua hanya menggelengkan kepala, Mr Josepun mulai mengupas usulanku dan Sean.
"Apa yang diusulkan Lexa memang benar. Agar acara ini semakin meriah kita bisa membuat tiga sampai empat atau bahkan lebih pertunjukan. Berhubung juga diantara kita semua ini ada bakat yang bisa jadi sebuah pertunjukan. Dan yang diusulkan oleh Sean juga bisa dijadikan sebuah pertunjukan."
"Lalu siapa saja yang akan berperan didalam teatrikal itu?" Tanya Elena yang kini mulai mengeluarkan suaranya.
Kulihat Kelly menyobek sebuah kertas hvs menjadi beberapa sobekan kertas dan ditulisnya sebuah nama disetiap kertasnya. Digulungnya semua kertas yang sudah ia tulis ditaruhnya gulungan itu diatas meja. Aku rasa ia menulis kesepuluh orang yang berada di ruangan ini, karena aku sempat menghitung ada sepuluh gulungan yang ia buat.
"Oke aku sudah membuatnya, Mr Jose silahkan tutup mata anda dan ambil secara acak kertas ini. Karena saya sudah menulis semua nama teman-teman yang ada diruangan ini. Jadi kita tidak tau siapa yang akan terpilih disini."
Kami semua mengangguk dengan penjelasan Kelly. Mr Jose menutup matanya mulai mengambil secara acak lima gulungan untuk orang yang akan menjadi anggota teatrikal. Setelah itu beliau memberikan kelima gulungan itu kepada Kelly.
"Oke disini kita semua tidak tahu siapa yang terpilih disini. Aku harap kita semua bisa bekerja sama dalam acara ini. Akan aku bacakan siapa saja yang terpilih lagi disini."
Aku dan Elena berharap-harap cemas karena aku maupun Elena ingin satu pertunjukan yang bisa kami lakukan bersama dan tidak akan terpisah. Entah itu kami akan dapat teatrikal atau lainnya. Kelly mulai membuka satu persatu gulungan pertama sampai terakhir dan ditulisnya disebuah note kecil yang ia pegang sedari awal.
"Langsung saja ya, untuk anggota teatrikal akan diisi oleh Elena, Sarah, Kathy, Paula dan Lucas."
Aku dan Elena saling bertatapan dan kami sudah tahu apa maksud dari tatapan kami ini. Sepertinya keinginan kecil kami tidak akan tercapai untuk kali ini.
"Ups! maaf teman-teman ralat. Untuk anggota teatrikalnya Lucas diganti Lexa."
"YEY!!" Sorakku dengan Elena kompak dan kamipun menyempurnakannya dengan cara ber-highfive.
Disaat kami berdua melakukan hal kecil itu, ada beberapa pasang mata yang tampak menatap heran kepada tingkah kami. Siapa lagi kalau bukan semua orang-orang yang berada diruangan dan juga Mr Jose yang tampak menggelengkan kepalanya menatap heran dengan kelakuanku dan Elena.
"Maaf." Ucapku dan Elena bersamaan dan hanya dihadiahi gelengan heran setiap orang.
Sekarang kami semua mulai membahas pertunjukan lain yang mungkin bisa dilakukan dalam waktu dekat ini. Jika tidak salah kami hanya diberi waktu sekitar tujuh hari untuk latihan dan dua hari untuk geladi bersih maupun kotor.
Mungkin hampir dua jam kami membahas rancangan itu karena usulan yang terlalu alot untuk dipecahkan jalan tengahnya. Dan setelah mencapai kata mufakat satu persatu dari kami mulai meninggalkan ruangan Mr Jose.
"Tumben sekali kau pintar Miss Thief ." Ucap bunglon yang tak aku sadari sedari tadi ternyata ia berjalan beriiringan dengan ku dan Elena.
"Udah dari dulu!" Jawabku dengan nada ketus.
"Atau mungkin karena kau selalu melirikku ketika kumpul tadi sehingga kepintaranku kau ambil diam-diam."
Aku langsung menghentikan jalanku karena perkataan yang dilontarkan oleh bunglon. Memang benar aku sempat meliriknya karena aku menangkap basah dirinya yang selalu menatap ke arahku. Itu yang membuatku risih dan aku mencoba untuk memastikan apa benar bunglon menatapku dan ternyata dugaanku benar. Dan seharusnya aku yang bilang seperti itu.
"Dengarkan aku Mr Bunglon yang terhormat. Jangan terlalu narsis dan jangan terlalu sombong oke. Harusnya aku yang mengatakan itu karena aku memergokimu selalu menatapku." Sindirku sambil menunjuk jari telunjukku ke depan mukanya.
Sebenarnya aku tidak ingin melakukannya karena itu sangat tidak sopan. Tapi karena bunglon sudah mengambil semua kesabaranku akupun harus melakukannya. Ini pertama kali dalam hidupku.
"Oh iya dan satu lagi, jangan pernah panggil aku Miss Thief karena aku bukan pencuri." Aku berjalan meninggalkan Elena dan Bunglon yang sempat speechless dengan apa yang baru saja aku katakan. Aku tidak memikirkan itu semua, karena yang aku tahu adalah aku sekarang tengah berjalan kearah kelas. Karena makul ke tiga akan segera dimulai.
~♥~
To be continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top