BAB 10: Tak Asing Lagi
LEXA POV
Mungkin hari ini bisa dibilang hari paling aneh dalam kehidupanku. Yang dimulai dari si bunglon yang benar-benar rese, belajar akting dengan Kak Nathan. Dan yang paling parah aku tahu kelakuan Kak Alan yang belum aku ketahui sebelumnya.
Setelah beberapa menit berada didalam ruangan kak Alan akhirnya aku pergi dari ruangannya. Ada pekerjaan yang perlu aku selesaikan, kutinggalkan kedua kotak makan itu dan segera pergi menuju kearah lif khusus direksi.
Sebenarnya aku ingin lewat lif yang biasanya digunakan pegawai lainnya. Tapi apadaya aku tidak bisa berbuat apa-apa jika Kak Alan sudah menyuruhku lewat lif khusus direksi. Dia sempat mengancam akan mengantarku sampai ke depan gedung. Hello! aku tidak ingin lagi menjadi pusat perhatian banyak orang lagi. Cukup sekali dan aku tidak ingin lagi.
Mungkin para pegawai akan merasa heran seorang pemimpin mereka mengantarkanku yang notabennya anak kuliahan yang masih bau kencur. Dan aku cukup tau reputasi kak Alan didepan pegawainya.
Didalam lif hanya ada aku sendiri, menunggu angka lif yang berjalan kebawah dari angka sembilan ke angka satu. Sebuah getaran kecil didalam saku celanaku membuatku sadar bahwa ada sebuah pesan masuk.
Mrs.Handerson
"Lexa, bisakah kau datang ke toko sekarang? Aku butuh bantuanmu."
Pesan dari Mrs.Handerson, apa Elena belum pulang dari sekolah ya. Kulihat jam ditangan menunjukkan pukul setengah dua siang. Mungkin saja ia baru keluar dari dalam kelasnya.
Alexa
"Maafkan aku Mrs, sepertinya aku tidak bisa membantumu kali ini. Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan. Aku akan meminta Emily membantumu jika mau."
Send...
Mungkin ada baiknya jika aku memberitahu Emily. Aku langsung mengetik pesan singkat kepada Emily.
Alexa
"Hay Em. Kau ada dimana?. Bisa kau ke toko Caderison m embantu Mrs Handerson disana?. Aku tidak bisa kesana karena aku harus pergi bekerja ke big house."
Ting...
Suara lif membuatku tersadar kalau aku sedang berada di dalam lif. Akupun keluar lif dan saat itu juga ponselku ikut bergetar pemberitahuan sebuah pesan masuk.
Emily
"Yeahh baiklah aku akan ke toko Caderison sekarang juga. Aku sedang keluar gerbang dan menunggu taksi."
Syukurlah ia mau ke toko Caderison. Ketika aku ingin mengirimkan sebuah pesan kepada Mrs Handerson, sebuah sekelebatan aroma yang tak asing membuatku menoleh kepada seseorang yang baru saja melewatiku.
Aroma khas mandarin yang di mix dengan mint yang cukup menenangkan. Yang kulihat adalah hanya seorang laki-laki bertuxedo yang tampak sibuk dengan ponselnya menuju ke arah lif khusus direksi yang beberapa menit yang lalu aku gunakan.
Dari postur tubuhnya aku sepertinya tak merasa asing dengan laki-laki itu. Dan juga aroma parfumnya yang mengingatkanku pada seseorang tapi aku lupa pernah bertemu dengannya dimana.
Drttt...drtt...drttt...
Gertaran ponsel yang ada di tanganku membuatku tersadar dengan semuanya dan melihat kearah ponselku ternyata sebuah pesan dari Mrs Handerson.
Mrs.Handerson
"Tidak apa apa nak, jika kau tidak bisa membantuku kali ini."
Dengan cepat akupun membalas pesan dari Mrs.Handerson.
Alexa
"Anda tenang saja Mrs, Emily akan segera datang ke tokomu sekitar tiga puluh menit dari sekarang. Anda tidak perlu khawatir."
Send...
Setelah tekan tombol send akupun membalikkan badanku dan ternyata lif mulai menghalangi pemandanganku. Hanya menyisakan sebuah tangan yang tengah melepas kacamatanya disela-sela lif akan tertutup.
Aku benar-benar merasa familiar dengan aroma parfum yang dikenakan laki-laki itu, apalagi postur tubuhnya yang semakin memperkuat rasa tauku. Atau mungkin hanya firasatku saja. Aku tidak tahu pasti itu tapi yang paling penting aku harus segera keluar dari gedung ini dan menuju ke big house.
~♥~
Empat puluh lima menit waktu yang aku tempuh untuk sampai di big house. Seperti biasa Pak Dany yang selalu tersenyum ketika melihatku. Tak lupa aku menyapanya dan lalu berjalan lewat pintu belakang menuju ke loker tempatku menyimpan baju kerjaku.
Setelah semuanya selesai dan barang-barangku aku masukkan kedalam loker akupun menuju ke arah pantry. Ternyata pantry tidak ada orang sama sekali, kemana Rosalyn, Luna dan Enzo berada.
"Lexa"
Sebuah panggilan membuatku menoleh ke arah sumber suara. Ternyata yang memanggilku adalah Luna. Ia membawa sebuah sapu dan kemoceng ditangannya.
"Kenapa kau baru datang?"
"Maafkan aku, aku sedang ada urusan tadi. Yang lain ada dimana?"
"Enzo sedang berbelanja bahan makanan dengan Rosalyn, Mrs Lea sedang membereskan kamar tuan muda."
"Bukankah bahan makanan masih banyak? Tuan muda? apa ia akan datang?" Tanyaku beruntun yang membuat Luna mengangguk menyetujuinya.
"Benar, maka dari itu Enzo dan Ros pergi untuk berbelanja. Karena nyonya sangat menyayangi tuan muda ia selalu menyajikan beberapa makanan kesukaannya."
Aku menganggukkan kepalaku mendengar penjelasan dari Luna. Lalu aku mulai membantu Luna untuk membersihkan seluruh ruangan. Mulai dari ruang tamu, meja makan, kamar mandi, pantry dan masih banyak lagi. Kami membersihkan semuanya dari ujung sampai pangkalnya. Itu yang dikatakan Luna.
Selang beberapa waktu, Enzo dan Rosalyn membawa beberapa kantong plastik berbagai ukuran yang berisi bahan makanan. aku dan Luna yang mengetahui mereka tampak kesusahan karena banyaknya belanjaan mulai turun tangan membantunya.
"Banyak sekali belanjaannya. Kau mengikuti list yang diberikan Mrs Lea kan?" Tanya Luna yang melihat isi satu persatu kantong plastik yang dipegangnya.
"Ini sudah sesuai Lun, coba cek saja. Ini list nya." Jawab Enzo yang mengeluarkan sebuah list kecil yang ia selipkan dikantong celananya.
Luna mengambil list itu, dibukanya list itu hingga lekukan kecil itu membentuk sebuah lembaran panjang yang ketika diangkat Luna hampir setinggi badannya. Pantas saja kantong plastik yang dibawa Enzo dan Rosalyn beragam ukurannya.
"Astaga, ini benar-benar listnya Zo?" Tanyaku yang masih tidak percaya begitu banyak nama-nama bahan makanan yang beragam.
"Ayolah Lex, mana mungkin aku memanipulasinya. Sudahlah aku mau ambil lagi bahan-bahannya."
"MASIH ADA LAGI??" Ucapku bersamaan dengan Luna yang sama-sama menatap horor kearah Enzo. Ia hanya menganggukkan kepalanya dan mulai pergi lagi mengambil bahan makanan.
"Apakah rumah ini akan mengadakan pesta besar besaran." Tanyaku kepada Luna yang hanya mengangkat bahunya.
"Ini memang sering terjadi Lex, tapi aku rasa kali ini juga terlalu berlebihan. Biasanya nyonya hanya menyuruh untuk membeli ayam dan beberapa bumbu masakan inti saja."
Memang ini bisa dibilang berlebihan. Apalagi hanya untuk menyambut seseorang saja. Aku tahu dia adalah anak kesayangan dari tuan dan nyonya, tapi mau bagaimana lagi jika tuan rumah saja menginginkan sajian yang spesial untuk seseorang yang spesial bagi mereka.
Aku dan Luna mulai memisahkan satu persatu bahan-bahan itu. Mulai dari sayuran, bumbu inti, buah buahan dan lainnya. Bisa dibilang ini pasokan makanan untuk dua bulan kedepan. Jika ini semua berada dirumahku mungkin ini bisa berguna hingga empat sampai lima bulan kedepan, secara aku hanya tinggal bersama Emily.
"Sudah kau cek semua Lex?" Tanya Rosalyn yang kini tengah membawa sekantong plastik besar berisi sayuran dan buah-buahan.
"Hanya kurang bagian bahan-bahan yang siap saji saja."
"Baguslah kalau begitu, hari ini benar-benar melelahkan." Sahut Enzo sambil meminum sebotol air mineral yang ia ambil dari kulkas.
"Ngomong-ngomong semua ini akan disimpan dimana. Apa kulkas bisa muat menampung semua ini?" Tanyaku yang benar-benar kepo ingin ditaruh dimana semua bahan-bahan ini.
"Kau belum tahu ya Lex, kita disini ada sebuah tempat pendingin besar dibalik kulkas." Tunjuk Enzo sambil menenggak lagi minumannya.
"Dibalik kulkas? Kau bercanda Zo. Kau kira ini seperti di film james bone yang banyak ruang rahasiannya?"
"Aku serius Lex."
"Yang dikatakan Enzo itu benar Lex, memang ada ruang pendingin besar dibalik kulkas. Tombol untuk membukanya ada di dekat wastafel." Sahut Rosalyn sambil menunjuk ke arah wastafel.
Aku menengok kearah wastafel, dan baru aku sadari ada sebuah tombol berbentuk kupu-kupu yang berada disamping wastafel. Sempat aku pikir bahwa tombol itu hanya sebuah hiasan ternyata itu tombol rahasia.
"Apa semua bahan sudah dimasukkan ke dalam ruang pendingin?" Tanya Mrs Lea yang tiba-tiba saja ia sudah berada di dekat pantry.
"Belum Mrs, sebentar lagi akan kami masukkan ke ruang pendingin."
"Sebaiknya kita bergerak cepat karena kita harus memasak dua hidangan pembuka, tiga hidangan utama, dua hidangan penutup lalu menyiapkannya diatas meja makan."
"Baik Mrs." Jawab kami serempak.
"Oh iya Lexa, kenapa aku baru melihatmu?"
"Maafkan aku Mrs, tadi aku sedang ada urusan mendadak yang harus diselesaikan."
"Oke tidak apa-apa, lainkali beritahu aku jika kau akan datang terlambat."
Aku mengangguk dan kamipun mulai memindahkan bahan makanan kedalam ruang pendingin. Ketika ruangan itu dibuka ternyata hampir sama dengan ruang pendingin yang berada di drama korea "Pasta".
Kalian taukan cerita tentang chef yang jatuh cinta dengan bawahannya sendiri. Padahal dia sendiri yang tidak memperbolehkan pacaran atau saling suka sesama anggota kerja. Itu peraturan di dapurnya tapi lama kelamaan dianya yang melanggar peraturannya, selalu menyangkalnya dan akhirnya seluruh penghuni dapur taju semuanya. Hemm.. Like a boss
Ada baiknya kalau kita membuat sebuah peraturan itu dipatuhi bukan dilanggar. Buat buat sendiri langgar langgar sendiri, nggak pernah mau disalahin dan selalu merasa paling benar. Dasar cowok! -Eh? Bukannya kebalik ya? Au ah back to story.-
Kegiatan yang kami lakukan memang membutuhkan banyak waktu, bukan karena kami terlalu lelet mengerjakannya. Tapi karena banyaknya bahan makanan yang harus di masukkan.
Setelah selesai kami bergegas untuk membuat dua hidangan pembuka, yaitu Bruschetta dan Panino. Untuk hidangan utamanya adalah Nicoise Salad, Beef Bourguignon, dan Lasagna. Sedangkan untuk hidangan penutupnya adalah Panna Cotta dan Tiramisu.
Kami tahu untuk membuat itu semua memang cukup lama. Lalu kami mencoba untuk membagi tugas. Untuk hidangan pembuka dikerjakan oleh Luna, hidangan utama yang mengerjakan adalah Rosalyn dan Enzo, sedangkan aku mengerjakan hidangan penutupnya.
Walau tugas sudah kami bagi masing-masing, tetap saja kami saling membantu satu sama lain. Mrs Lea sedang menyiapkan beberapa piring dan hiasan lainnya yang berada di meja makan. Aku rasa ini seperti penyambutan datangnya ratu elisabet kerumah ini. Benar-benar ribet sekali. Satu jam lebih kami berkutat dengan pisau dan teman-temannya. And finaly semuanya selesai tepat waktu.
"Akhirnya selesai juga. Tulangku rasanya mau copot." Kata Enzo sambil menggerakkan badannya untuk melemaskan ototnya.
"Dasar orang tua, kalau nggak inget umur ya gitu." Sahut Rosalyn yang akhirnya mendapat hadiah tatapan tajam dari Enzo.
"Udah udah ribut mulu duodenum." Timpal Luna yang sekarang mulai menaik turunkan alisnya ke arahku, sepertinya dia memberikanku sebuah kode. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku dan tersenyum simpul ke arah Luna.
"APA LUN? DUODENUM." Kata Rosalyn dan Enzo bersamaan.
"Iya. Tuhkan, bilang duodenum aja bisa kompak gitu."
"KAGAK! LU KIRA KITA USUS APA?."
"Ciee Enzo sama Rosa kompak lagi. Kok bisa klop gitu ya ngomongnya." Sahutku yang kini mendapat dua buah jempol dari Luna.
"Iya tuh Lex, mulai pakek kata kita lagi." Tambah Luna, kini dia menatap ke arahku dan aku tahu apa yang Luna inginkan.
"Ciee.. ciee.. duodenum."
"LEXA! LUNA!"
"Piss.. bercanda duodenum." Ucapku dan Luna bersamaan.
Duodenum akhirnya eh salah maksudku Enzo dan Rosalyn hanya menatap tajam kearahku dan Luna. Dan tiba-tiba saja mereka pergi dari pantry.
"Mau pada kemana?" Tanyaku yang sempat penasaran kenapa mereka berdua menuju ke arah yang sama.
"CARI ANGIN!"
"Angin kok dicari, yang dicari tu JODOH bukannya ANGIN!" Sahut Luna mendekap kedua tangannya di depan dada.
"YA BANTU MRS LEA LAH, BEGO!" Jawab mereka kompak dan menyisahkan aku dengan Luna. Aku melihat kearah Luna dan iapun hanya mengangkat kedua bahunya. Lalu melanjutkan menghias piring hidangan pembuka. Aku ikut bergambung untuk menghias makanan lainnya.
Persiapan kali ini memang tidak tanggung-tanggung. Dimulai dengan dekorasi ruangan yang kini mulai sedikit diberi kesan elegan, perpaduan warna gold dan grey lebih dominan daripada warna yang biasanya nampak dimeja makan. Tak lupa sebuah vas bunga berisi mawar biru yang masihlah segar menghiasi meja makan. Benar-benar seperti berada di acara dinner formal. Satu persatu piring mulai ditata diatas meja, mulai dari hidangan pembuka, utama dan penutup. Semuanya sudah tertata rapi di meja makan dan sesuai dengan posisinya.
Aku nyalakan beberapa lilin yang berada di atas meja dan done!. Selesai sudah perjuangan kami untuk menyambut sang tuan muda.
"Sepertinya semuanya sudah selesai." Ucap Mr Carlos melihat ke sekeliling meja makan
"Iya Carl, semoga tuan muda senang dengan penyambutan ini."
"Mungkin dua puluh menit atau lima belas menit lagi tuan muda akan datang. Sebaiknya aku kembali ke depan sebelum tuan muda datang."
Mrs Lea mengangguk, lalu Mr Carlospun pergi meninggalkan ruang makan. Aku, Rosalyn, Luna dan Enzo kembali ke pantry karena ada beberapa pekerjaan yang belum kemi semua selesaikan. Yaitu mencuci piring dan juga alat-alat masak yang sempat kami gunakan.
Drtt..drt..drt...
Tiba-tiba saja ponselku bergetar, kubuka ternyata pesan dari kak Alan.
Kak Alan
"Hay honey, besok bisakah kau bawakan lagi croissant sandwich?. Aku baru sempat mencicipinya sedikit dan betapa kurang ajarnya si Step menghabiskannya setelah meeting dengan Mr Tanaka."
Alexa
"Baiklah kak, akan aku usahakan. Mungkin bukan aku yang akan mengantarkannya, bisa saja Emily karena aku tidak bisa memastikannya."
Send...
Baru saja ingin aku masukkan kembali ponselku ke saku, tiba-tiba saja sudah bergetar kembali.
Drtt..Drt...drt...
Kak Alan
"It's oke honey, maafkan aku jika merepotkanmu honey."
Alexa
"Tidak apa-apa kak, aku sudah menganggap kakak sebagai bagian dari keluargaku jadi aku tidak keberatan."
Kak Alan
"Terima kasih honey, kau memang yang paling terbaik. Kotak makannya apa perlu aku bawakan ke apartemenmu sekarang?. Sekalian aku ingin mampir sebentar, mungkin sepuluh menit lagi aku akan sampai."
Astaga! Aku harus mencegah Kak Alan untuk membawanya ke apartemenku. Aku pastikan di apartemen tidak ada orang karena jam jam segini toko Mrs Handerson baru akan ditutup. Dengan cepat aku membalas pesan dari Kak Alan.
Alexa
"Tidak usah kak, besok sekalian Emily yang akan ke kantor kakak untuk membawakan croissantnya dan mengambil kotak makannya. Di apartemen ada beberapa kotak makan jadi kakak tidak usah khawatirkan soal itu."
Send...
Drt...drt...drt...
Kak Alan
"Baiklah jika begitu, aku membawa pulang kotak makannya dan sekalian kucuci supaya tidak perlu kau cuci kembali honey. Goodbye honey :* ({})"
Alexa
"Goodbye kak :-)"
Syukurlah Kak Alan mau menerima alasanku. Tapi baru pertama kali ini Kak Alan mau mengikuti kemauanku, biasanya ia akan tetap bersikukuh dengan keinginannya. Mungkin saja dia dalam mood baik, atau mungkin ia baru saja memenangkan tender besar yang pernah ia ceritakan. Jika iya aku akan membuat beberapa croissant yang lezat untuk menyambut kemenangannya.
"Kenapa Lex, kok mukamu kaya orang bingung terus sekarang kaya orang menang tender besar."
"Bukan apa-apa Zo."
"Oh.. baiklah jika kau tidak mau cerita." Sahut Enzo yang kini tersenyum ke arahku.
Kuberikan senyumku kembali ke Enzo dan mulai melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda. Ditengah aku hampir menyelesaikan pekerjaanku tiba-tiba saja ponselku kembali bergetar.
Drt...drt...drt...
Emily
"Kak, sepertinya aku akan pulang agak larut karena ternyata banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan di toko. Aku sempat mampir pulang sebentar untuk membuatkanmu sup ayam, mungkin sekarang sudah dingin. Kau bisa menghangatkannya kembali ke microwave"
"Eh Lex, Zo, Lun, kita diminta Mrs Lea ke ruang makan. Katanya tuan muda sudah sampai di depan gerbang."
"Oke oke Ros siap." Sahut Luna.
"Eh Lex, bengong aja. Ayo kita ke ruang makan, tuan muda sudah sampai." Kata Rosalyn sambil menepuk pundakku dan aku baru sadar bahwa aku baru saja melamun lagi.
"Oke oke aku akan meyusul, kau duluan saja."
"Baiklah, jangan lama-lama ya."
"Iya iya."
Rosalyn, Luna dan Enzo pergi menuju ke ruang makan dan menyisahkan aku sendiri yang masih terfokus pada pesan yang dikirim Emily. Tumben sekali jam segini belum juga tutup dan kata Emily pekerjaannya masih banyak.
Apa sedang ada pasokan novel baru yang harus ditata atau mungkin ia sedang bingung memisahkan novel-novel kedalam rak yang sesuai dengan genrenya?. Aishh.. kenapa aku sampai lupa, ini kan hari pertama dia ke toko Mrs Handerson. mungkin dia masih belum bisa beradaptasi dengan baik.
Harusnya aku tahu itu, dia bukan tergolong anak yang suka membaca. Dia lebih suka mendengarkan musik dari pada membaca. Kenapa aku baru ingat itu. Apa mungkin aku harus meminta izin untuk pulang lebih awal?.
Akupun segera menuju ke ruang makan dan mencoba untuk meminta izin untuk pulang lebih awal. Di ruang makan semua sudah berkumpul dan akupun segera menuju ke arah Mrs Lea yang posisinya berada paling depan barisan.
"Maaf Mrs apa boleh aku pulang lebih awal hari ini?. Di apartemen tidak ada orang sama sekali dan adikku belum juga pulang dari pekerjaannya. Aku pastikan apartemennya tidak ada yang membersihkannya kalau adikku tidak ada dirumah."
"Tapi tuan muda sudah ada di depan Lexa, apa kau tidak mau melihatnya?"
"Em.. mungkin lain kali Mrs." Tiba-tiba saja Mrs Lea menepuk pundakku saat aku tengah menundukkan kepalaku karena aku harap akan dikabulkan permintaanku.
"Baiklah Lexa, kau boleh pulang lebih awal. Aku rasa kau juga sudah lelah setelah menyiapkan ini semua."
"Terima kasih Mrs, jika gajiku dipotong aku tidak masalahkan itu."
"Oh.. tidak Lexa, aku tahu bagaimana rasanya jika berada di posisimu. Dan aku dulu juga pernah mengalaminya."
"Sekali lagi terima kasih Mrs."
Mrs Lea mengangguk, aku segera pergi dari ruang makan. Karena aku sempat mendengar Mr Carlos berbincang dengan seseorang dan suara seseorang itu terdengar familiar ditelingaku. Apa mungkin pendengaranku sedang bermasalah?. Yang jelas aku harus segera pulang ke apartemenku.
Bergegas ku ganti semua bajuku dengan baju yang aku pakai tadi dan mengambil barang-barang yang aku simpan di dalam loker. Dengan cepat aku menelpon taxi langgananku dan mungkin lima atau sepuluh menit lagi ia sampai karena kebetulan dia juga habis mengantarkan penumpang di daerah daerah sini.
Aku berjalan melewati pintu belakang dan berusaha agar tidak menimbulkan suara yang dapat mengambil perhatian dari orang-orang yang sekarang tengah berkumpul di meja makan. Saat aku hampir sampai di pos tempat biasanya aku melihat Pak Dany, tiba-tiba saja sebuah mobil porsche berwarna silver sedikit menarik perhatianku. Kuamati lagi mobil itu dan kulihat nomer platnya, sepertinya aku tidak asing dengan nomer plat yang berada di mobil itu. Aku pernah melihatnya, tapi tempatnya dimana itu yang mengusik pikiranku.
"Nak Lexa." Akumenoleh ke sumber suara ketika aku mendengar seseorang tengah memanggil namaku.
"Eh Pak Dany, ada apa pak?"
"Nak Lexa kenapa ada disini?. Bukannya semuanya sedang berkumpul di ruang makan?"
"Iya pak, tadi saya sudah kesana. Tapi dirumah ada hal yang harus saya selesaikan makanya saya pulang lebih awal. Maklum lah pak tinggal cuma berdua dengan adik saya. Pak ini mobil siapa ya?" Tanyaku sambil menunjuk ke arah mobil porsche.
"Yang silver ini?. Ini mobilnya tuan muda, katanya dia baru saja pulang dari kantor dan langsung menuju ke sini. Memangnya kenapa nak?"
"Tidak pak, hanya saja saya seperti pernah melihatnya dan tidak tampak asing bagi saya."
"Yasudah kalau begitu, taxinya sudah datang nak makanya bapak menghampiri kamu."
"Terima kasih pak sudah diberi tahu, kalau begitu saya pamit ya pak."
Akupun meninggalkan Pak Dany yang masih berdiri di depan mobil porsche yang sempat membuatku harus berpikir keras. Aku benar-benar merasa familiar dengan mobil itu dan aku seperti sudah pernah melihatnya. Atau mungkin aku salah lihat?. Pasti yang memiliki mobil porsche yang berwana silver bukan hanya tuan muda saja. Oh iya aku baru ingat, jika aku sedang berada di kawasan dimana orang-orang bisa membeli porsche yang seperti itu dengan hitungan menit bahkan detik. Jadi tidak heran kalau mungkin ada yang memiliki warna mobil dan jenis mobil yang sama.
Aku tinggalkan pemikiranku tentang mobil itu dan bergegas menuju taxi agar aku segera sampai di apartemen. Aku sedang tidak mau ambil pusing dengan memikirkan mobil yang bahkan bisa dimiliki ribuan orang yang tergolong miliarder. Taxipun mulai meninggalkan perumahan elit ini menuju ke arah alasan dimana sebenarnya aku harus pulang cepat kali ini.
~♥~
To be continued...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top