Kenapa?

Sore hari, saat Saga tengah memainkan gitar merah kesayangannya di kamarnya, lagi-lagi sang ayah datang tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Tatapannya penuh dengan amarah dan tak terukir senyum apapun di sana. Saga balik menatapnya, namun kali ini ia tak peduli. Dia kembali memainkan gitarnya lagi, sayangnya sang ayah langsung merebut gitar tersebut dan mulai membantingnya, merusak senarnya dan mematahkannya menjadi dua bagian.

Saga tak dapat melawannya, hatinya kini amat perih karena perlakuan tersebut, dan tanpa segan ayahnya mengambil buku lirik. Dirinya segera menuju halaman belakang rumah dan mulai menyalakan korek api, Saga yang berlari mengejarnya berusaha mencegahnya untuk melakukan hal tersebut. Sialnya, Saga terlambat dan buku itu perlahan dilahap oleh api.

"Sudah kukatakan bukan? Jika kau berani berbuat seperti ini lagi maka aku takkan segan membakarnya."

Air mata terjatuh dari pelupuk yang sipit itu, setelah ayahnya pergi meninggalkannya begitu saja, dirinya dengan cepat memadamkan api tersebut sebelum buku itu benar-benar hangus. Sisa buku yang masih terselamatkan ia peluk dengan erat, "Kenapa? Apa salahku? Aku hanya ingin mengingat kenangan waktu kecil." ucapnya di sela tangisnya.

OOO

Karena kejadian semalam, dirinya menjadi sangat kacau. Gitarnya yang sudah rusak itu ia buang ke tempat sampah, ia tidak peduli dengan barang mahal seperti itu. Yang ia pedulikan hanyalah buku liriknya yang sudah setengah hangus tersebut.

"Saga, apa kau ada di rumah?" tanya seorang gadis dari balik kaca jendelanya. Saga membuka jendela kamarnya dan membalas pertanyaanya.

"Ada apa?"

"Kenapa kau tidak masuk sekolah? Apa kau sakit?"

"Aku hanya pusing sedikit."

"Begitukah? Sepertinya terjadi sesuatu padamu."

"Itu bukan urusanmu. Sekarang pulanglah, aku mau beristirahat."

"Tapi ..."

BLAAM!!

Jendela itu ditutup dengan kasar oleh Saga, hingga membuat gadis itu terkejut. Karena terlalu khawatir dengannya, sang gadis menulis sebuah surat kecil dan melemparnya ke depan pintu.

"Aku harap kau baik-baik saja, Saga."

OOO

Gadis itu berjalan menuju sebuah toko pakaian yang tampak ramai, ia segera menemui orang yang ingin dia ajak bicara,

"Maaf, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jack.

"Aku ingin bertemu dengan Beth."

"Beth sedang sibuk, lagipula dia tidak punya waktu untuk meladeni orang rendahan sepertimu."

"Hei, jaga bicaramu dasar bocah!"

"Apa ini? Kalian ribut-ribut di sini?" tanya Beth yang langsung datang saat melihat mereka berdua sedang berdebat.

"Beth." panggil gadis itu.

"Jack, sudah berapa kali kubilang padamu. (Y/n) kan juga teman kita."

"Hmph, aku tak sudi berteman dengannya. Dia hanya seorang gadis biasa."

"Terserah padamu. Dan kamu, ada urusan apa?"

"Aku ingin bicara tentang Saga."

"Apa?!" tanya Jack yang tampaknya mulai khawatir.

"Baiklah, mari kita bicara di dalam."

Beth mengajak keduanya untuk masuk ke dalam ruang tamu dan duduk di sofa, "Nah, sekarang ceritalah."

"Beth ... akhir-akhir ini Saga tampak aneh."

"Aneh?"

"Ya, tidak seperti biasanya. Dia kelihatan sangat sedih, bahkan matanya saja terlihat seperti habis menangis."

"Saga bisa menangis? Kukira dia pria yang kuat." ucap Jack.

"Ya siapa yang tahu, tapi apa kau tahu kenapa dia bersikap seperti itu?" tanya Beth.

"Aku tidak yakin ini benar. Tapi sepertinya dia sedang bertengkar dengan ayahnya."

"Soal apa?"

"Tak tahu, aku benar-benar khawatir dengannya ... ah, apa yang harus kulakukan?"

Gadis itu mengacak rambutnya frustasi kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil menangis, Beth yang melihatnya menjadi sedikit cemas dan mulai menenangkannya, "Sudah, tak perlu mencemaskan Saga seperti itu. Aku tahu kau temannya, tapi jangan bersedih seperti itu."

"Aku sangat ingin membantunya, tapi apa aku bisa?"

"Tentu saja kau bisa. Kau kan gadis yang kuat."

"Jack?"

"Aku bilang seperti ini karena iseng ya, aku tak berniat menyemangatimu."

(Y/n) menghapus air matanya dan kembali tersenyum, "Terima kasih Jack, Beth. Aku menjadi lebih baik sekarang."

"Syukurlah. Nah, sekarang kembalilah ke rumahmu dan beristirahatlah. Aku tak mau kau sakit, boneka cantik." katanya sambil mencolek hidung (Y/n).

"Baik." senyumnya.

(Y/n) pun pulang meninggalkan toko Rougelian itu, Jack dan Beth melihat gadis itu dari belakang, "Apakah dia bisa membantu Saga nanti?" tanya Jack penasaran.

"Kuharap dia bisa, bukankah Saga akan lebih luluh hatinya jika bersama dengan perempuan?" ucap Beth.

"Ah aku rasanya ingin jadi perempuan saja agar Saga jatuh cinta kepadaku."

"Dasar gila, Saga tidak akan melakukan hal seperti itu."

"Hmmm nanti kau jadi cemburu ya tidak ada yang lebih cantik daripada dirimu."

"Diam kau! Aku ini hanya mengagumi kecantikan tahu!"

"Ya maaf deh kakek."

Jack terus menerus mengejek Beth hingga kepalanya dipukul tongkat olehnya, dia hanya bisa mengaduh kesakitan sambil terus mengomel, "Hei sakit tahu!"

"Jika kau masih nakal aku akan menyuruhmu untuk membersihkan seluruh kastil ku."

"Meeeh, kastil kuno juga." celetuknya.

"Apa kau bilang?!"

"Eh .... tidak ada kok."

OOO

"Saga, aku datang." kata gadis itu yang kini berdiri di depan pintu rumah Saga.

"Ada apa dengannya? Kenapa dia terus memanggilku?" kata Saga dari dalam kamarnya dan menuju ke pintu depan dan membukanya.

"Ada apa?" tanyanya.

"Ah, kau tak apa-apa kan?"

"Maksudmu?"

"Em begini .... apa aku boleh cerita sedikit."

"Kau ingin curhat?"

"Tidak, bukan begitu. Aku hanya ingin bicara saja denganmu."

Saga hanya menatap gadis itu dengan sendu, kemudian mempersilahkannya untuk masuk, "Masuklah."

"Terima kasih Saga."

(Y/n) duduk di sofa bersama dengan Saga dan mulai bercerita.

"Saga, aku ingin tahu kenapa kau akhir-akhir ini sangat gelisah. Apa ada masalah? Kalau kau punya masalah kau bisa cerita denganku."

"Kau bilang kau yang ingin bercerita, kenapa malah jadi aku yang bercerita."

"Haha, kau benar .... maafkan aku."

"Tidak apa, lagipula aku memang sedang butuh seseorang untuk bercerita."

Saga mulai membuka mulutnya dan hendak bercerita sementara gadis itu berusaha untuk mendengarkannya.

"Aku memiliki masalah dengan ayahku, aku sangat menyukai musik sehingga aku hanya fokus pada hal itu. Tapi dia tampaknya tak senang jika aku melakukannya, dia bilang aku tak perlu melakukan hal yang tak berguna seperti itu."

"Tak berguna? Kejamnya." ucap gadis itu.

"Awalnya aku hanya menghiraukannya, namun ternyata dia malah membuatku lebih menderita. Malam kemarin dia membakar buku lirik ku yang sudah kutulis sejak SMP." katanya sambil memperlihatkan buku tersebut kepadanya.

Gadis itu mengambilnya dan mencoba untuk melihat buku tersebut, "Bahkan, aku tak dapat memainkan lagu yang sudah kutulis karena beberapa sudah terbakar."

Mata gadis itu terus menatap lembaran buku lirik tersebut, dan entah darimana sebuah ide muncul. Dia menyatukan beberapa potongan lirik dengan lirik yang lain, "Saga, bagaimana kalau begini?" katanya sambil menyerahkan buku lirik itu padanya. Saga menerimanya dan melihatnya kembali, "Apa yang baru saja kau lakukan?"

"Aku hanya menggabungkan beberapa lirik yang tak lengkap dengan lirik yang lain. Apa itu jadi kedengaran aneh?"

Saga menggeleng, "Tidak tahu. Tapi mari kita coba."

"Hng."

(Y/n) dan Saga mencoba menyusun kembali lirik tersebut agar kata demi katanya menjadi cocok dan mudah untuk dimainkan, "Ah, aku baru sadar kalau gitarku sudah rusak."

"Rusak? Kenapa?"

"Itu karena dibanting oleh ayahku."

"Apa?! Dibanting?"

"Tidak perlu khawatir. Aku punya aplikasi instrumen di handphone ku, kita bisa pakai itu." katanya sambil mengeluarkan handphone dari saku jaketnya dan mulai memainkannya.

Di kesunyian malam ini
Aku mencoba untuk terbang
Terbang menuju bintang yang cerah
Yang memenuhi langit malam

Bersanding dengan indahnya bulan
Sebelum akhirnya ditelan gerhana
Menjadi merah, semerah darah
Yang penuh amarah dan kesedihan

Aku kan terus mencoba
Tak peduli apa yang orang lain katakan
Aku akan membuatnya menjadi nyata
Dunia yang baru!!


"Tidak buruk." jawabnya.

"Benarkah? Maaf ya jika itu tidak sesuai dengan konsep musikmu."

"Tidak apa. Aku menyukainya."

Gadis itu kemudian menggenggam erat tangan Saga sambil tersenyum, "Aku yakin kau pasti bisa membuktikannya pada ayahmu."

"Apakah kau yakin?"

"Tentu saja, ayahmu pasti akan terkejut saat mendengarnya. Dia pasti akan tahu jika anaknya berbakat."

"Terima kasih, kau telah menyemangati ku entah yang ke berapa kali."

"Tidak apa-apa Saga, aku kan temanmu."

Senyuman pun terukir lagi di bibir Saga begitu juga dengan gadis itu. Mereka pun mulai memainkan melodi baru itu dengan senang hati di malam yang sunyi dan dipenuhi dengan bintang-bintang.

"Ya, lihat saja. Akan ku buktikan bahwa kerja kerasku tidak sia-sia."


To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top