Eye Contact
"Terima kasih untuk hari ini (Y/n) chan."
"Terima kasih juga paman."
Aku pamit pulang kepada pamanku yang sudah mau menutup restorannya, pintu-pintu sudah ditutup dengan kursi dan meja yang sudah ditata serapi mungkin. Lantai juga sudah disapu dan pel sehingga tak ada debu yang tersisa di sana. Gagang pintu ku putar dan segera berjalan keluar dari restoran tersebut.
Suasana daerah Pecinan ini masih sangat ramai oleh pejalan kaki, tempat hiburan malam pun juga tampak penuh dengan para pengunjung yang berdatangan. Semua orang tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing begitu juga denganku yang sibuk berjalan sambil sesekali menghirup aroma masakan Cina yang sangat harum. Aku memutuskan untuk membeli tahu rebus dan pangsit rebus untuk makan malam hari ini dengan nasi goreng yang kubawa dari restoran tadi.
Kumasukki restoran Cina itu dan mulai memesan tahu dan pangsit rebus, pelayan mempersilahkanku untuk duduk selagi menunggu. Seperti biasa seorang pelayan memberikan segelas air putih untuk pengunjungnya selagi menunggu, tapi kali ini aku juga disuguhi sebuah kue kering yang tentu saja rasanya sangat enak dan manis. Di dalam restoran terasa sangat hangat hingga membuat tubuhku nyaman.
Aku memainkan handphoneku saat sedang menunggu pesanan. Kubuka sebuah aplikasi pesan yang sudah penuh dengan pesan dari seseorang,
Nemu-nee
"(Y/n) chan, apa kamu sudah makan? Kalau belum ayo makan bersamaku."
Me
"Maaf ya Nemu-nee, aku baru bisa balas pesanmu."
Nemu-nee
"Kamu baru balas, aku sudah mau tidur tahu."
Me
"Haha maafkan aku Nemu-nee."
Nemu-nee
"Apa kau sudah makan?"
Me
"Aku baru mau makan."
Nemu-nee
"Ya ampun malam sekali kamu makannya. Ingat jangan sering-sering telat makan nanti kamu sakit."
Me
"Iya Nemu-nee. Apa Nemu-nee juga sudah makan?"
Nemu-nee
"Aku sudah. Tadinya aku mau mengajakmu makan bersama karena kakakku belum pulang. Sebal sekali menunggunya pulang."
Me
"Aku juga kesal bila menunggu terlalu lama, tapi kapan-kapan ayo makan bareng di restoran tempat pamanku."
Nemu-nee
"Ayo. Aku juga ingin mencoba nasi goreng di tempatmu. Ah iya aku baru ingat tadi kakak membelikanku nasi goreng, tapi aku sudah kenyang ... mungkin besok pagi akan kumakan."
Aku membaca pesan tersebut dan satu pesan terkirim lagi,
Nemu-nee
"Baiklah kalau begitu, sudah dulu ya (Y/n) chan. Aku mau tidur, besok pagi kamu ada waktu senggang kan?"
Me
"Ya ada."
Nemu-nee
"Aku mau mengajakmu untuk jalan-jalan, kita berdua saja."
Me
"Baiklah aku bisa kok."
Nemu-nee
"Syukurlah. Kalau begitu selamat malam."
Me
"Selamat malam juga Nemu-nee."
Aku membalas pesan terakhir dari Nemu-nee dan menerima makanan yang kupesan tadi. Setelah membayarnya aku pulang sambil sesekali bersenandung, keluar dari arah Pecinan aku mengambil jalan setapak yang tampak sepi, hanya cahaya lampu dari rumah warga saja yang menyinari jalan kecil itu. Walaupun ada jalan utama yang lebih ramai namun aku memilih lewat jalan ini karena lebih dekat dengan rumahku.
Hanya kesepian yang kurasakan saat melewati jalanan ini, yang terdengar di telingaku hanya suara senandung yang daritadi menemaniku. Di kejauhan aku melihat sosok tinggi besar yang sedang terduduk di bawah lampu, sepertinya itu orang yang baru pulang kerja tapi karena mabuk makanya dia duduk di bawah sana. Aku berjalan pelan melewatinya karena rumahku tak jauh lagi dari sana, hanya tinggal beberapa meter kemudian sampai.
"Hei gadis muda."
Aku terhenti mendengar suara orang tersebut memanggilku. Aku tak menoleh dan hanya terus berjalan menjauhinya.
"Hei berhenti ..." katanya kemudian bangun dari duduknya.
"Maaf tuan tapi saya ingin pulang." kataku sambil berjalan.
"Dasar tidak sopan dengan orang tua." gumamnya kemudian berjalan mengikuti di belakang.
Hatiku menjadi tak tenang, jantungku mulai berdebar dengan cepat saking takutnya aku pada orang tersebut. Semakin lama semakin cepat ku langkahkan kakiku hingga orang tersebut tak terlihat lagi di belakangku, pintu rumahku juga sudah terlihat. Langsung saja aku masuk dan mengunci pintu rapat-rapat.
"Haaah ..." helaku lega sambil duduk di depan pintu. Aku tak menyangka bahwa akan diikuti oleh seseorang di malam hari seperti ini. Setelah cukup dengan ketakutan tadi aku menuju ke ruang tengah dan meletakkan makananku di sana. Setelahnya aku ke kamar mandi untuk membersihkan kaki dan mandi air hangat.
"Sumpah apaan sih tadi, bikin takut aja." kataku dalam hati.
Selesai mandi aku mulai memakan makananku di ruang tengah, paman tidak pulang ke rumah hari ini karena katanya dia akan menginap di rumah temannya. Aku menyalakan handphoneku, memakai earphone dan mulai menyetel beberapa vidio yang ingin kutonton hanya untuk mengusir rasa sepi ini.
Kuah dari tahu dan pangsit menghangatkan tenggorokanku, lembut dan rasanya sangat nikmat.
"Ah enaknya."
Untuk sejenak rasa takut tadi berubah menjadi rasa penasaran dengan orang yang tak sengaja bertemu pandang denganku. Dipikir-pikir tampan juga orang itu, tatapan matanya sangat tajam dari balik kacamatanya, rambut hitamnya juga sangat indah. Aku malah tak fokus dengan makananku karena memikirkan dirinya.
OOO
Jyuto pulang dari rumah Samatoki dengan mobilnya, sesampainya di rumah ia segera melepas pakaiannya dan menaruhnya di keranjang cucian, ia pun mandi dan membiarkan dirinya diguyur air dingin. Setelah merasa dirinya segar ia pun memutuskan untuk tidur karena badannya juga sudah lelah akibat pekerjaannya dari pagi hingga malam. Besok pun dia harus bekerja lagi karena masih banyak tugas yang harus diselesaikan.
Handphone yang berada di samping bantalnya berdering mendadak hingga membuatnya menoleh dan mengambilnya. Dibukanyalah sebuah pesan yang baru saja masuk tadi dan membacanya dengan cepat.
"Besok cuti? Kalau begitu aku bisa liburan dengan Samatoki."
Kemudian dia dengan segera mengirim pesan ke Samatoki,
Jyuto
"Besok aku cuti. Jadi aku bisa pergi dengan kalian."
Samatoki
"Baiklah, kalau begitu besok kita akan jalan-jalan."
Jyuto
"Ajak Rio?"
Samatoki
"Boleh. Aku bakal ajak Nemu."
Jyuto
"Nanti dia sendirian dong?"
Samatoki
"Kan ada kakaknya, jadi nggak kesepian."
Jyuto
"Terserahlah."
Samatoki
"Hehe :v."
Jyuto hanya tersenyum, dilepasnya kacamatanya dan diletakkannya di atas meja.
"Besok pasti menyenangkan." katanya lalu kemudian tertidur dengan lelapnya.
Di dalam tidurnya ia bermimpi bertemu dengan seorang gadis yang ia lihat di restoran tadi, tatapan gadis itu seolah membuat hatinya damai. Mereka berjalan di taman bunga yang sangat indah dan duduk di sebuah kursi di taman itu. Kepalanya ia tidurkan di pangkuan sang gadis sementara gadis itu mengelus rambutnya dengan lembut, tanpa ia sadari dirinya terbangun sambil tersenyum karena mimpi itu.
"Mimpi apa barusan? Kenapa aku tersenyum?" katanya sambil menutup mulutnya.
Jyuto tak terlalu peduli dengan mimpi tersebut dan melanjutkan tidurnya lagi, namun yang ada dia malah mimpi dirinya menjadi superhero dengan tongkat bulan di tangannya,
"Dengan nama bulan, aku akan menghukummu."
To be continued.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top