Encounter

Keesokan harinya aku bersiap untuk pergi berjalan-jalan dengan Nemu. Aku berpakaian dengan serapi mungkin dengan warna yang senada, rambut yang berantakan pun sudah kutata dengan sisir.

"Sip, saatnya berangkat." kataku sambil menggendong tas kecil yang berisi dompet, buku catatan, pulpen, dan lain-lain.

Aku menulis pesan kepada Nemu dan segera mengirimkannya,

Me
"Aku sudah siap Nemu-nee."


Nemu-nee
"Aku akan menjemputmu, tunggulah."


Me
"Oke."


Aku mengunci pintu dan jendela agar tak ada orang yang masuk. Aku juga sudah izin kepada pamanku sebelumnya jika aku ingin pergi dan pulang telat, yah mungkin aku tak akan lama jalan-jalannya karena berangkat pagi, paling nanti siang juga sudah pulang.

Sementara itu di kediaman Aohitsugi, Nemu sudah bersiap untuk menjemput (Y/n). Namun baru saja dirinya berjalan beberapa langkah menuju pintu, sang kakak malah mencegatnya.

"Mau kemana?"

"Mau ke rumah temanku."

"Cewek apa cowok?"

"Cewek onii-chan."

"Mau jemput pake mobil?"

"Iya."

"Bareng aja sama aku kalo gitu, onii-chan juga pengen jalan-jalan."

"Hah gagal deh jalan-jalan berdua sama (Y/n)."

"Apa? Cuma mau berdua doang? Nanti kalo kamu kenapa-napa gimana? Ingat kamu itu cewek loh." ceramah Samatoki.

"Onii-chan nggak usah khawatir gitu dong, aku kan udah gede."

"Ya tetep aja walaupun kamu udah gede."

Dari kejauhan Jyuto melihat perdebatan antara dua Aohitsugi itu, kemudian dirinya langsung melerai mereka agar segera berhenti.

"Sudah cukup, kalian ini berdebat mulu."

"Onii-chan nih Jyuto san, padahal kan aku cuma mau jalan-jalan berdua doang sama temanku."

"Nggak boleh, kalo gitu kita jalan-jalan bareng."

"Nyebelin deh."

Jyuto hanya tersenyum melihat perkelahian kecil antara adik kakak itu.

"Kalo masih berantem nggak jadi jalan-jalan nih." kata Jyuto.

"Iya deh, yaudah, onii-chan anterin aku ke rumah temanku dulu ya. Aku mau ajak dia."

"Oke adikku yang manis."

"Ah bikin iri aja." gumam Jyuto

Mereka bertiga pun masuk ke mobil dan bersiap untuk menjemput (Y/n), Nemu hanya bisa menghela nafasnya berat karena rencananya untuk jalan-jalan rahasia malah hancur karena kakaknya yang tidak mengizinkannya. Terlebih lagi kakaknya sangat protektif terhadap dirinya, membuatnya tak terlalu nyaman dengan perlakuan sang kakak.

Mobil terparkir di depan rumahku yang tengah berdiri menunggu. Nemu membuka jendela mobilnya dan mengajakku untuk masuk.

"Ayo masuk."

"Terima kasih Nemu-nee."

Aku masuk ke mobil itu dan melihat laki-laki berkacamata yang tampak familiar itu. Dirinya juga menatapku dengan tatapan yang tak kalah terkejutnya denganku.

"Permisi." kataku sambil duduk disampingnya.

"Um iya." balasnya.

"Eh katanya kau mau ngajak Rio, mana orangnya?" tanya Samatoki.

"Oh iya, aku lupa." katanya.

Dari kejauhan tampak seorang lelaki berambut pirang yang tampak berlari kemudian menghampiri mobil kami.

"Jyuto maaf aku terlambat."

"Maafkan aku juga tak menjemputmu."

"Sudahlah cepat naik, nanti kita telat lagi." kata Samatoki.

"Baik."

Orang itu duduk di sebelahku, dan kini aku berada di tengah-tengah orang ini. Karena sempit aku menggeser badanku hingga dekat dengan si laki-laki kacamata itu.

"Maaf." kataku.

"Tidak apa." balasnya.

Samatoki pun langsung menjalankan mobilnya menuju tempat tujuan. Di dalam mobil kami memutuskan untuk berbincang-bincang sambil berkenalan.

"Ternyata teman Nemu gadis yang ada di restoran nasi goreng itu. Kupikir siapa."

"Ya begitulah Aohitsugi san. Nemu-nee tak pernah cerita soal anda."

"He aku pernah cerita kok kalo aku punya kakak."

"Benarkah? Aku lupa."

"(Y/n) cepat sekali lupa ya." kata Nemu.

"Kalau begitu pasti kau kenal dengan yang duduk di sampingmu kan?" tanya Samatoki.

"Yang ini sih aku kenal, semalam kan aku melihatnya." kataku sambil menunjuk laki-laki kacamata itu.

"Ya, kita bertemu semalam. Aku Jyuto Iruma."

"Aku (Y/n)(L/n)."

"Kalau aku Rio Mason Busujima. Panggil Rio saja juga tidak masalah."

"Namanya keren kayak orang luar."

"Terima kasih, namamu juga bagus."

Aku tersenyum ke orang itu begitu juga dengan yang satunya, dia yang tiba-tiba melihat senyumanku malah langsung memalingkan wajahnya dengan cepat, tapi ada semburat merah di pipinya.

Sesampainya di sebuah taman bermain, kami berlima keluar dari mobil dan segera membeli 5 tiket kemudian menikmati berbagai wahana yang ada di sana, mulai dari perahu yang berkeliling danau, tembak-tembakan, roller coaster yang membuat jantung serasa melayang hingga terakhir rumah hantu yang terlihat menyeramkan.

"Ayo tanding, siapa yang takut dia yang traktir." kata Samatoki.

"Aku sih nggak bakal takut." kata Jyuto.

"Kutraktir makananku aja gimana?" kata Rio.

"Boleh tuh." jawabku yang langsung disikut lengannya oleh Samatoki.

"Eh mending langsung aja. Yuk daripada kelamaan." kata Samatoki yang langsung berjalan di depan duluan.

Aku penasaran dengan tingkah Samatoki yang tiba-tiba menyikut lenganku, Jyuto kemudian berbisik, "Jangan sampai lihat masakannya Rio, nanti kamu shock."

"Emang kenapa?"

"Masakannya ancur."

"Oh gitu ya."

"Ng." angguknya. Entah kenapa orang ini tiba-tiba jadi akrab denganku.

Di dalam rumah hantu yang tampak menyeramkan itu Samatoki berjalan memimpin, aku dan yang lainnya di belakang mengikutinya. Perjalanan baru saja dimulai tapi para hantu jejadian mulai menakuti-nakuti para pengunjung dengan jeritan dan tertawaan yang menyeramkan.

"HUWAAAAAAAA." teriakku saat sosok hantu berambut panjang dengan baju putih tiba-tiba mengagetkanku dari samping. Sontak aku langsung memeluk Nemu yang juga sama kagetnya denganku.

"PERGI SANA KALIAN, AKU NGGAK TAKUT!!" kata Samatoki yang malah duduk di pojokan sambil menutupi kepalanya.

"Eee katanya nggak takut." kata Rio.

"BERISIK!"

"Ya nggak usah ngegas juga dong. Coba ke jalan ini siapa tahu nggak ada hantunya WAAAAA!!" kaget Jyuto yang langsung diperlihatkan sosok hantu dengan wajah yang rusak.

"Udahan ah ... serem banget ..." kataku tak berani membuka mata karena terlalu seram.

"(Y/n) chan kamu takut?" tanya Nemu.

"Aku nggak takut kok tapi ini serem banget ..."

"Ya sudah ayo cepat kita keluar dari sini." kata Rio yang menuntun kami keluar dari rumah hantu tersebut.

Singkatnya kami semua berhasil keluar wahana menyeramkan itu, dalam hati aku berkata bahwa aku tak akan mau lagi dan tak akan pernah memasuki wahana menyeramkan seperti rumah hantu. Mungkin malam ini aku tak akan bisa tidur sendirian.

"Nah karena yang nggak teriak cuma Rio doang, jadi Rio yang traktir."

"Loh kok aku? Kan kamu bilang yang
takut yang traktir."

"Ganti peraturan."

"Oke kalau begitu, yuk kita langsung pulang. Nanti kumasakkin makanan yang enak."

Kedua orang itu langsung menunjukkan wajah penolakan yang dengan jelas terlihat. Mereka berdua sepertinya sudah tahu seperti apa wujud masakan dari Rio.

"Wah begitukah, kebetulan di rumah masih ada bahan makanan. Jadi bisakah kamu memasakkannya untuk kami (Y/n) chan?" tanya Nemu.

"Aku? Boleh saja."

"Wah terima kasih (Y/n) chan. Baiklah mari kita pulang." ajak Samatoki.

"Baiklah kalau begitu nanti kubantu ya (Y/n) chan."

"Terima kasih Rio san."

Hari ini Samatoki dan Jyuto pun dapat mengelus dada dengan tenang karena mereka akan memakan makanan yang normal. Sebelum pulang kami berlima berfoto bersama dan membeli beberapa barang, aku membeli bando kucing dan kelinci. Aku langsung memakainya bersama dengan Nemu dan berfoto.

"Cantiknya ..." kata Samatoki.

"Cantiknya ..." kata Jyuto.

"Aku tergila-gila." angguk Rio.

"Lah?" kejut mereka berdua, "Apa?" tanya Rio

"Nggak kok."

"Kalian berdua cobalah, ah Rio san telinga beruang saja nih, pasti cocok." kataku.

Aku memakaikan bando kelinci itu ke kepala Jyuto, dia menundukkan kepalanya sedikit agar aku bisa memakaikannya.

"Lucu banget." ucapku.

Dia tersenyum dengan manisnya dan mengajakku berfoto bersama. Setelahnya kami berlima pulang dan segera menyiapkan makan malam. Ya, kami berjalan-jalan hingga sore hari menjelang. Cukup lama memang hingga membuat badan kami sakit tapi hati kami senang.

"Biar aku bantu masak." kata Nemu.

"Terima kasih Nemu-nee." kataku.

Aku, Nemu dan Rio menyiapkan makan malam. Nemu yang memasak sedangkan aku dan Rio memotong dan mencuci sayuran dan beberapa bahan lainnya. Tak lama makanan pun siap, makan malam hari ini adalah tahu goreng dan sup ayam yang hangat.

"Aku sudah lapar sekali, mari kita langsung makan." ucap Samatoki yang langsung mengambil mangkuk.

"Selamat makan."

Kami makan dengan lahap, hidangan kali ini sangat nikmat apalagi dimakan bersama-sama seperti ini. Wajah Nemu sangat senang ketika makan bersama kakaknya, aku juga ikut senang dengan acara makan malam ini.

Malam semakin larut, aku memutuskan untuk pulang namun Nemu malah menahanku.

"Menginap saja di sini, aku akan pinjamkan bajuku."

"Baiklah jika itu maunya Nemu-nee."

Aku dan Nemu segera pergi ke kamar tidur untuk beristirahat, Rio memilih untuk pulang dari sana sementara Jyuto meminta izin kepada Samatoki untuk menginap di rumahnya.

"Hah? Kenapa kau juga ingin menginap?"

"Aku malas pulang ke rumahku."

"Jangan macam-macam dengan adikku dan temannya."

"Memangnya aku polisi seperti apa?"

"Ya bisa saja kau berbuat tak baik kepadanya."

"Hei jangan berpikir begitu, kau ini."

                               

Setelah mandi dan memakai piyama milik Nemu, aku duduk sambil memainkan ponsel dan melihat beberapa foto di handphoneku. Nemu sudah lebih dulu tidur karena badannya lelah. Tak sengaja aku melihat foto Jyuto yang terlihat sangat tampan itu.

"Ganteng." kataku.

Tak kusangka aku malah bertemu dengannya, pria kacamata yang kemarin bertatap mata denganku. Jantungku malah berdegup kencang saat itu juga, aku tak tahu apakah aku suka dengannya atau apa.

"Nggak tahu ah ganteng banget, mending tidur aja."

Kumatikan handphoneku dan langsung tidur dengan lelap mengingat tubuhku juga sudah lelah.



To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top