36. Babymoon

'Bukan tentang bagaimana kita memulai, namun bagaimana kisah ini berakhir.'

Elshanum & Albirru

~Thierogiara

***

Shanum terbangun duluan daripada Biru, dia menghadap ke Biru yang masih tertidur lelap, alis mata tebal, hidung mancung dengan bibir tipis milik Biru seolah terpahat indah. Shanum mengangkat tangannya kemudian menempelkan telapaknya ke pipi Biru, dia beruntung memiliki suami berparas tampan dan sangat mencintainya seperti ini.

Shanum tersenyum. "Mas..." panggilnya.

Perlahan kelopak mata Biru bergerak dan matanya pun terbuka. Bibirnya langsung menyunggingkan senyum untuk Shanum, Biru memegang tangan Shanum setelah itu menciumnya.

"Selamat pagi, calon ummi," ucap Biru.

Shanum terkekeh.

"Salat Mas, udah mau subuh," ingatkan Shanum, Biru hanya mengangguk, namun dia tak beranjak, matanya masih menatap manik mata hitam milik Shanum, seorang wanita yang tengah mengandung buah hatinya.

Seorang wanita berhidung mancung dengan alis tak terlalu tebal dan pipi sedikit chubby, wajah Shanum sangat cantik, perpaduan dari semua itu membuat semuanya terasa pas.

"Kalau bayinya cewek pasti secantik kamu." Biru berkata seraya tersenyum, sangat menyenangkan menatap wajah Shanum sepuasnya seperti ini.

"Dan kalau cowok tentu saja seganteng Mas Biru, tapi kalau cewek mirip Mas kayaknya bakal cantik banget," kata Shanum.

Biru mendekat kemudian mencium kening Shanum.

"Kamu juga cantik, sangat cantik bahkan, karena kamu adalah bidadari surga yang Allah kirim untuk aku, untuk membuatku yakin bahwa surga sangat dekat dengan kita," ujar Biru.

"Salat yuk," ajak Shanum.

Biru mengangguk.

"Kita salat di rumah aja, aku imamin kamu," kata Biru.

Shanum mengangguk, dia kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Setelah selesai, Shanum memakai mukenanya sambil menunggu Biru yang sedang mengambil wudhu di dalam kamar mandi.

Shanum mengelus perutnya sendiri, dia bahagia tentu saja, dia mengandung dari laki-laki yang benar-benar mencintainya.

"Udah siap?" tanya Biru, Shanum mengangguk mereka kemudian melakukan salat bersama.

***

"Mas nggak kerja?" tanya Shanum, dia tadi membantu ibunya di bawah untuk menyiapkan sarapan, namun begitu masuk ke kamar ternyata Biru masih leha-leha di kamar.

"Kita mau jalan-jalan, mas ambil cuti satu minggu kita ke Maldives." Bira berkata tanpa beban.

"Serius?" tanya Shanum.

Biru berdiri lantas memegang kedua bahu Shanum.

"Iya! Kita kan belum sempet honeymoon, jadi sekarang kita bakal babymoon," ujar Biru mengelus perut Shanum yang masih rata.

"Shanum belum siap-siap Mas," kata Shanum.

"Makanya nanti habis sarapan kita langsung pulang, packing habis itu nanti malam langsung terbang," kata Biru.

"Tetep aja waktunya mepet banget," kata Shanum. "Lagian Mas kenapa nggak bilang-bilang sih?!"

"Kalau bilang-bilang bukan kejutan namanya," kata Biru menjawil hidung Shanum.

"Ya udah yuk sarapan ibu sama ayah pasti udah nungguin," ajak Biru. Meski kesal, Shanum tetap berjalan di sebelah Biru bersama menuruni tangga menuju lantai 1.

***

Hari itu juga Shanum langsung packing begitu juga dengan Biru setelah itu keduanya langsung berangkat ke bandara. Mereka terbang kemudian transit di Singapore lalu terbang lagi menuju Maldives.

Sampai di Maladewa mereka langsung dijemput mobil penjemputan dari resort yang sudah dibooking oleh Biru.

"Aman kan sayang?" tanya Biru memegang perut Shanum.

Shanum mengangguk sembari tersenyum, lagipula dia cukup istirahat saat mereka transit tadi.

Untuk sampai di resort mereka juga harus menaiki kendaraan lagi.

Shanum yang mulai bosan tak lagi memikirkan apa yang mereka naiki, dia hanya ingin segera sampai kemudian merebahkan diri di atas kasur.

Mereka sampai di sebuah pulau kecil dengan banyak pephonan, Shanum dan Biru masih harus menaiki kendaraan lagi yang entah apa namanya untuk sampai ke kamar mereka.

Setelah itu barulah keduanya sampai ke tempat yang sudah Biru booking. "Ya ampun Mas, aku lemes banget, kamu main sendiri deh, aku mau istirahat." Shanum langsung merebahkan diri, sementara Biru keluar bermain di pantai, pasirnya sangat bersih dan Biru sangat menikmati ini.

Biru tak mempermasalahkan Shanum yang malas-malasan karena memang Shanum sedang hamil, Biru harus memahami itu.

***

Malamnya mereka makan malam di underwater restaurant dan ternyata lidah Shanum tidak cocok dengan makanannya.

"Makan ya, nanti kamu sakit, ada dedek juga kan yang harus makan." Biru membujuk, alhasil Shanum memaksakan diri untuk membuka mulut dan mengunyah makanan.

"Kita ke sini buat liburan loh sayang," ujar Biru.

"Iya sayang, maaf ya, kemarin sih aku agak mual, tapi kayaknya nggak terlalu sih," kata Shanum.

"Maaf karena nggak ngasih tau kamu kalau punya rencana ini," ucap Biru jadi sedikit merasa bersalah, dia tak mendiskusikan ini sebelumnya, mereka bahkan belum sempat cek ke dokter kandungan, Biru benar-benar tak memperhitungkan kondisi Shanum sebelumnya.

Selesai makan mereka berdua duduk menikmati pemandangan malam di teras resort yang langsung menghadap ke laut, Biru mengelus bahu Shanum.

"Kamu sekaya apa sih Mas?" celetuk Shanum tanpa sadar karena ini benar-benar terlalu mewah untuk dirinya yang selama ini selalu menjalankan hidup dengan sederhana.

Biru terkekeh. "Yang pasti InsyaAllah masa depan anak kita terjamin," jawab Biru.

Shanum mengangguk.

"Nanti deh kita cerita soal finasial kita, Mas juga harus terang-terangan sama kamu biar nggak ada yang ditutupi," jelas Biru.

Dan lagi-lagi Shanum mengangguk, dia akan menuruti semua kata Biru karena memang Biru kepala rumah tangganya.

***

Paginya mereka berdua naik speedboat untuk melakukan snorkeling, namun hanya Biru dan beberapa petugas yang akan snorkeling, Shanum akan menunggu di atas speedboat, alasannya tentu saja karena Shanum tidak bisa berenang.

"I love you Shanum!!" kata Biru sebelum masuk ke dalam air.

Shanum terkekeh mendengar itu, dia lantas mengeluarkan ponselnya merekam dan sesekali memfoto Biru, suami tampannya itu tetap tempan meski memakai perlatan snorkeling.

"Eh aku dapet kerang," kata Biru, dia kemudian mendekat ke Shanum lalu menyerahkan kerang itu pada Shanum.

Shanum mengambil kerang tersebut tanpa rasa curiga sedikitpun.

Anehnya kerang tersebut tak lagi saling merekat, Shanum membuka kerang tersebut dan isinya ternyata adalah cincin. Shanum lantas tersenyum, kapan Biru mempersiapkan semua ini? itu bukanlah seekor kerang, melainkan sebuah tempat cincin berbentuk kerang.

"Makasih Mas Bi!!" teriak Shanum.

***

END

Ini adalah ending yang sebenarnya😆😆

Seperti biasa kasih testimoni ya kenapa kalian baca cerita ini, apa alasannya gitu?

Jangan lupa follow aku author.

Jangan lupa juga follow ig @thierogiara_
Sama ig @kiky_graphic

Okey thank you, see you on the next story

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top