27. Terima Kasih Shanum
'Karena aku mencintaimu, maka biarkan aku terus menjaga cinta ini juga kamu.'
Elshanum & Albirru
~Thierogiara
***
Biru tak percaya kalau kata-kata kramat itu sampai keluar dari mulut Shanum, hari ini hari pertama mereka menjadi suami istri dan Shanum sudah meminta cerai.
Biru mendekat ke Shanum lantas memeluk tubuh istrinya itu, dari pelukannya Biru berusaha meyakinkan kalau Biru di sana bersama dan siap menghadapi segala cobaan, berusaha meyakinkan Shanum kalau dia adalah manusia paling serius di muka bumi ini yang yakin kalau dia bisa membahagiakan Shanum.
Shanum memberontak namun karena memang tenaga Biru yang lebih kuat, lagi-lagi Biru menang, dia mendekap kuat-kuat tubuh Sahnum. "Maafin aku," ucap Biru lembut, dia mungkin menggunakan cara picik untuk mendapatkan Shanum, namun Shanum juga harus tahu kalau itu adalah bentu keseriusan dari seorang Biru.
"Ceraikan aku Mas, aku benci caramu menuju pernikahan kita," ujar Shanum lagi.
Pertahanan Biru goyah, air mata meluruh ke pipinya, rasanya sangat menyakitkan mendangar kata pisah dari seseorang yang sudah ia perjuangkan mati-matian. Biru mencintai Shanum, Biru hanya mau Shanum yang menjadi istrinya, namun ternyata kemauan itu hanya sepihak, namun sama seperti sebelumnya, Biru terlalu kerasa kepala, dia tak akan membiarkan apa yang sudah didalam genggaman lepas begitu saja.
"Aku nggak cukup bodoh untuk melepaskan apa yang sudah aku perjuangkan, Shanum aku mencintaimu, selamanya akan begitu," ungkap Biru.
Bukannya tenang air mata Shanum malah semakin deras, kali ini dia merasa berdosa, dia berdosa pada suaminya.
Biru menangkup kedua pipi Shanum. "Jangan pernah berpikir bahwa aku akan melepasmu, aku telah menembus cangkang tebal yang sangat tidak mudah untuk menjadikan mutiara sepertimu istriku, tidak akan, aku tak akan pernah melepasmu," ujar Biru menatap mata Shanum, kedua mata mereka sama-sama basah karena air mata.
Shanum memejamkan matanya, hari setelah pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi pasangan baru, namun kenapa Shanum tak merasakan hal yang sama?
Biru mendaratkan ciuman bertubi-tubu ke puncak kepala Shanum berusaha meyakinkan Shanum, kalau dia benar-benar mencintai Shanum lebih dari apa pun, Shanum mengajarkan Biru untuk mencintai Allah, itulah alasan kenapa Biru memilih Shanum, dia yakin jika Shanum berada di sisinya, maka akan semakin kuat cintanya pada Rabb-nya.
***
Biru membantu Shanum menarik koper, hari ini Biru akan membawa Shanum ke rumah orang tuanya, setelah drama penuh air mata sore tadi, malam ini Shanum sudah lebih bisa menetralkan perasaannya, dia sudah tak lagi merasakan sesak di hatinya.
Wajah Shanum tetap tak bisa berbohong, mata bengkak dan wajah sembab itu megundang banyak tanya di kepala masing-masing orang yang ada di sana, namun beruntung daripada menyuarakan rasa penasaran mereka, semuanya memilih tetap diam dan malah mendoakan kebaikan untuk Shanum dan Biru.
"Hati-hati di jalan, hormat sama mertua ya, Biru diurusin dengan baik, bahagia selalu ya," doa Kartika yang kemudian memeluk dan mencium kedua pipi Shanum.
"Ibu juga, jaga kesehatan ya, kalau ada apa-apa jangan lupa kabari Shanum." Shanum berpesan balik, bagaimanapun selama ini Shanumlah anak perempuan satu-satunya. Shanum jauh lebih peka daripada Hanan, karena memang Shanum wanita, rasa pedulinya jauh lebih tinggi.
Lalu Shanum beralih ke Tama ayahnya, Shanum melakukan hal yang sama, mencium punggung tangan Tama kemudian mencium kedua pipinya lalu berpamitan. Lalu dilanjut ke Hanan dan saudara yang lain.
Biru pun melakukan hal yang sama, meminta izin untuk membawa Shanum ke rumahnya.
"Jaga Shanum baik-baik," pesan Hanan yang terdengar dingin, namun Biru bisa merasakan kalau Hanan sangat menyayangi adik perempuannya.
Biru dan Shanum melambaikan tangan sebelum masuk mobil, setelah itu mobil melaju yang kemudian hening kembali menyelimuti, kentara sekali memang pernikahan mereka tak didasari cinta, selalu canggung.
Biru kemudian mengambil tangan Shanum membawanya ke pahanya, sesekali Biru membawanya ke bibirnya mencium punggung tangan Shanum. Shanum hanya diam, sekarang Biru halal untuknya, jadi laki-laki itu bebas bersentuhan kulit dengannya.
"Kapan-kapan kalau kamu kangen banget sama rumah bilang aja, nanti aku anterin buat ketemu ibu sama ayah," ujar Biru.
Shanum mengangguk.
"Kalau kepingin apa-apa juga bilang aja, aku bakal berusaha menuhin semua keinginan kamu," lanjut Biru.
Lagi-lagi Shanum mengangguk. Biru melirik Shanum, gadis di sampingnya seperti kehilangan semangat untuk hidup. Biru menghela napasnya karena sayangnya segala kesedihan yang menimpa Shanum saat ini dikarenakan dirinya.
Sekitar 40 menit berkendara, mereka akhirnya sampai di rumah keluarga Biru, rumah itu jauh lebih besar dan megah dari rumah milik keluarga Shanum. Shanum menghela napas, bukan perihal ukurannya, namun semoga saja Shanum bisa merasa nyaman tinggal di sana.
Biru keluar duluan mengeluarkan koper Shanum yang ada di bagasi, selanjutnya laki-laki itu mengambil tangan Shanum menggandengnya masuk ke dalam rumah, Shanum menatap tangannya yang digenggam Biru, semoga kedepannya rumah tangga mereka sehangat genggaman Biru saat ini.
"Semoga kamu betah di sini," ujar Biru yang diaminkan dalam hati oleh Shanum.
"Assalamualaikum," sapa Biru.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Sania dari dalam rumah, wanita paruh bayah itu berjalan cepat menuju ke depan, dia sangat tidak sabar bertemu menantunya.
Shanum menyalami tangan Sania dan Idris bergantian, tak lupa pula Shanum tersenyum manis untuk keduanya.
"Selamat datang menantu Mama kesayangan," ucap Sania, dia akan memiliki anak perempuan sekarang, itu sudah sangat cukup membuat Sania merasa bahagia.
"Ya udah, ayo ayo masuk, kebetulan Mama sama papa mau makan malam, sekalian aja kalian makan juga," ujar Sania yang langsung mengambil alih Shanum, menggiringnya menuju meja makan.
"Aku anter koper Shanum ke kamar dulu ya," pamit Biru.
"Iya iya terserah." Seketika Biru merasa seperti anak tiri mendengar hal itu dari mamanya.
Shanum hanya terkekeh dan terus berjalan bersama sang mama mertua menuju meja makan.
Sania mendudukkan Shanum di salah satu kursi kemudian menuangkan air putih ke gelas menantunya itu.
"Mama nggak perlu repot Shanum bisa sendiri," ujar Shanum.
"Nggak apa-apa apa sih yang nggak buat menantu Mama," ujar Sania, sejujurnya dia sangat senang dengan pernikahan Biru, bukan hanya karena Biru yang sudah mau melepas masa lajangnya, namun karena Biru memilih wanita seperti Shanum.
"Silakan silakan, Shanum boleh makan apa aja," lanjut Sania mempersilakan. Shanum mengangguk sungkan, dia memilih untuk menunggu Biru.
Beberapa menit kemudian Biru turun dan bergabung di meja makan. Shanum otomatis membalik piring Biru kemudian menyendokkan nasi. "Mau pakai lauk apa Mas?" tanya Shanum, mendengar itu saja hati Sania rasanya sangat damai, anaknya akan diurus oleh seorang istri yang baik seperti Shanum.
"Ayam sama sambel ati aja," jawab Biru.
***
Selepas mencuci piring dan ingin menyusul Biru ke kamar, Sania menahan Shanum, mengajak Shanum duduk di ayunan belakang yang langsung menghadap kolam renang.
Sania menggenggam tangan Shanum, baru hari pertama namun dia sudah sangat menyayangi menantunya itu. Shanum sendiri merasa bersyukur sebab mertuanya sangat baik, meski pernikahan ini tak sesuai harapannya, namun mertua seperti Sania adalah mertua yang ia harapkan.
"Terima kasih karena sudah menerima Biru," ucap Sania.
"Udah takdirnya Ma, Shanum emang berjodoh sama Mas Biru," ujar Shanum.
"Ternyata dia lama menikah karena ingin menikah dengan perempuan seperti kamu, Mama tak menyangka." Sania mulai bercerita.
"Dulu Biru bandel banget sewaktu SMA, Mama dan papa juga heran kenapa akhirnya dia memutuskan masuk ke fakultas kedokteran gigi, dia tiba-tiba memutuskan untuk menjadi dokter gigi. Hidupnya sangat tidak teratur beberapa kali Mama suruh dia menikah namun dia malah menikahnya tiba-tiba, akhir-kahir ini, mungkin semenjak mengenal kamu Biru nggak pernah meninggalkan salat, tanpa dibangunin subuh bangun sendiri, habis salat olahraga. Dulu sering pulang pagi, sekarang di rumah terus kalau pulang kerja," lanjut Sania bercerita.
Shanum menyimak, benarkah?
"Begitu dia meminta melamar seorang gadis, malam itu kami sebagai orang tua langsung menyanggupi dan begitu Mama lihat Shanum, Mama yakin kalau Biru memilih gadis yang tepat. Terima kasih sudah mau menjadi istri Biru," ucap Sania sekali lagi.
***
Up nih semoga suka ya...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top