26. Sesuatu Di Balik Semua Ini

'Aku mencintaimu dan yang paling kutakutkan adalah kisah kita menemui titik bernama pisah.'

Elshanum & Albirru

Thierogiara

***

Kalimat-kalimat dari Ibra cukup ambigu membuat Shanum kepikiran sejak naik motor hingga sampai ke rumah. Shanum menatap baju pengantinnya yang menganntung di jemuran luar, apa maksud Ibra? Atau jangan-jangan?

Shanum mengahapus air mata yang menetes di ujung matanya, dia tak mau berpikiran buruk namun sepertinya memang ada sesuatu di antara Biru dan Ibra sesaat sebelum pernikahan. Semuanya sudah terjadi, Shanum mungkin bisa menerima kenyataan, tapi bisakah dia menerima pernikahan ini? mampukah ia bertahan dengan sosok seperti Biru?

"Assalamualaikum." Biru masuk ke dalam kamar Shanum.

"Waalaikumsalam," jawab Shanum dengan suara bergetar khas seseorang yang menahan tangis.

Biru jadi terdiam dan asik menebak-nebak, apalagi kesalahannya?

"Kamu baik-baik aja?" tanya Biru yang lantas berjalan mendekat ke Shanum yang sedang berdiri di dekat jendela.

"Nggak, bisa Mas jelasin apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Mas bisa datang di saat yang tepat? Di saat mas Ibra ngebatalin pernikahan? Kenapa aku bisa nggak peka sama keadaan ini." Shanum menghapus asal air matanya yang meluruh tanpa permisi.

Biru terdiam, dia menelan ludahnya dengan susah payah, kenapa Shanum tiba-tiba menanyakan ini? ternyata memang ekspektasi tak pernah sesuai dengan realita, mulanya Biru berprasangka baik kalau hubungan mereka akan baik-baik saja, namun sekarang? Lihatlah belum satu hari, tapi tampaknya mereka akan bertengkar hebat.

"Kamu mau denger yang mana?" tanya Biru berusaha untuk tenang, dia bahkan mendudukkan dirinya di atas kasur, kalau Shanum meledak, maka Biru harus bisa menghentikan ledakan itu.

Shanum memejamkan matanya, baru satu hari, namun pernikahan itu terasa sangat amat menyakitinya.

"Semuanya, aku mau denger semuanya Mas!!" ujar Shanum dengan emosi yang memunjak, tingginya nada suara Shanum juga sepertinya bisa di dengar oleh orang rumah.

Biru bangkit dari duduknya lantas berjalan mendekati Shanum memegang bahu istrinya itu yang kemudian langsung ditepis. Shanum malah memundurkan dirinya, membuat Biru menunduk di depannya.

"Kamu ketemu sama Ibra?" tanya Biru, seingatnya tadi Shanum sempat meneleponnya izin ke kafe dekat rumah sebentar.

"Iya! Dan dia ngomong sesuatu yang sama sekali aku nggak ngerti!!"

"Sehari sebelum pernikahan kamu sama dia aku datengin dia dan dia memilih menyerahkan kamu sama aku, bukan salahku Num, emang udah takdirnya, kita berjodoh," ungkap Biru.

Shanum menggeleng, bisa-bisanya Biru menemui Ibra.

"Sekarang apa? Kamu mau marah? Mau kesal sama Allah, mau nggak terima sama apa yang udah terjadi, Allah tau apa yang terbaik untuk hambanya, mungkin memang kita berdua, aku sama kamu, bukan kamu sama Ibra," jelas Biru dengan mata sendunya berharap kalau Shanum sadar bahwa ada dirinya di sana bersama Shanum, yang sangat siap untuk menata masa depan bersama.

Bahu Shanum langsung bergetar, tapi kalau Biru tak menemui Ibra semua ini tak akan terjadi kan? Hal rumit ini tak akan menghantui hidup Shanum kan?

"Jelasin semuanya! Jelasin sejelas-jelasnya!!"

***

Sehari sebelum pernikahan Shanum.

Biru tak tahu lagi harus bagaimana, hanya tinggal menghitung hari dan Shanum akan menjadi milik orang lain. Ibra, sosok yang akan menjadi suami Shanum, siapa dia sebenarnya?

Biru menatap undangan digital yang dikirim Danias ke watsapp miliknya, di sana ada nama lengkap Ibra, Biru langsung mencari nama tersebut di kolom pencarian instagram dan dia menemukannya, Ibra bahkan sudah mem-posting undangan digital mereka ke media sosial. Biru menghubungi Ibra via direct massage mengajak Ibra bertemu, beruntung Ibra langsung mau. Dan sekarang disinilah mereka duduk berhadapan di sebuah kafe.

Biru mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.

"Kita pernah ketemu sebelumnya? Atau saya pernah bertemu kamu sebelumnya?" tanya Ibra sopan, Biru dapat melihat kalau Ibra laki-laki yang sangat baik, penampilannya rapi dan tutur katanya lumayan teratur.

"Tidak, kita belum pernah bertemu sebelumnya," ujar Biru.

Ibra mengangguk-angguk, dia tak pernah menolak orang baru dalam hidupnya, Ibra sangat terbuka, dia sangat-sangat menerima jika ada yang mau menjadi temannya.

"Jadi, ada urusan apa mengajak saya ke sini?" tanya Ibra, walau dia menerima siapa saja yang ingin berteman, tetap saja kalau sampai bertemu pasti ada urusan bukan?

Biru tak menjawab, dia malah mengeluarkan kotak cincin yang sebelumnya disodorkan ke Shanum namun ditolak, Biru juga menyodorkan ponsel miliknya yang layarnya menampilkan foto dirinya dan Shanum.

"Saya lebih dulu dekat dengan Shanum, kami sudah berkomitmen, saya melamar dia, namun dia menolak karena sudah akan menikah dengan anda," terang Biru membuat Ibra terdiam.

"Saya mungkin tak sebaik kamu, namun saya jatuh cinta dengan wanita seperti Shanum, sosok yang mampu membawa pengaruh baik dalam hidup saya dan saya di sini ingin mengatakan, bahwa saya akan berjuang untuk wanita yang memang saya inginkan," terang Biru, Ibra semakin diam, diam seribu bahasa, semuanya sudah dipersiapkan, besok, besok adalah hari H, hari di mana Ibra akan mengucap janji di hadapan Allah dan para saksi.

"Kalau kamu mau mundur sekarang, saya akan ganti berapapun kerugiannya, saya juga akan lamar Shanum malam ini dan menjaga marwah keluarga Shanum, saya akan menyelamatkan nama baik keluarganya," lanjut Biru, menurutnya ini adalah sebuah bentuk perjuangan, perjuangan untuk bisa memiliki Shanum satu-satunya wanita yang sangat ingin Biru miliki.

"Tapi saya juga mencintai Shanum, saya berhak memperjuangkan cinta saya, Shanum wanita baik, dia tak mungkin menjalin hubungan dengan laki-laki sebelum halal," ujar Ibra tak mau kalah, dia juga mencintai Shanum, dia kagum dengan cara Shanum menjaga dirinya.

"Apa kamu mau tetap menikah dengan wanita yang hatinya untuk laki-laki lain? kalau kamu kira saya membual kamu bisa tanya ke TK tempat Shanum mengajar seberapa sering saya datang untuk makan siang bersama dengan Shanum." Biru lagi-lagi menjelaskan membuat Ibra terkejut setengah mati, apa mungkin? Apa mungkin adik dari sahabatnya yang membuatnya terus-terusan merasa kagum itu bertabiat seperti itu? Apa Shanum masih mau berduaan dengan laki-laki.

"Mundurlah, saya ingin menikahi Shanum," ujar Biru tanpa keraguan.

"Kalau kamu tidak yakin saya bisa menafkahi Shanum, kirimkan nomor rekening kamu, saya akan kembalikan semua uang yang sudah kamu keluarkan untuk persiapan pernikahan," lanjut Biru.

Ibra merasa harga dirinya tengah diinjak-injak.

"Saya tidak akan mundur," kata Ibra.

"Tapi kamu pantas mendapat perempuan yang lebih baik dari Shanum, saya dan Shanum pernah terlibat cinta sebelumnya," ungkap Biru walau setelahnya dia sendiri yang merasa sakit hati, Shanum adalah wanita terbaik yang pernah Biru temui.

Ibra mengepalkan tangannya.

"Batalkan sebelum terlambat, saya bisa berbuat yang lebih jauh kalau benar nanti kalian jadi menikah," ancam Biru dan Ibra memutuskan untuk menyerah, mungkin sulit menemukan wanita sebaik Shanum, namun mengalahkan manusia keras kepala seperti Biru juga pasti sulit.

***

Shanum yang semula mendengarkan dengan kusyuk memejamkan matanya dalam-dalam, benarkah yang ia dengar? Benarkah Biru sejahat itu? Dia memfitnah Shanum di hadapan Ibra!

Sekarang apa? Ternyata Ibra memang benar laki-laki baik dan sayangnya yang jahat adalah Biru, sesosok yang sekarang sudah sah menjadi suami Shanum.

"Maaf kalau aku memilih cara seperti ini, Allah terlibat dalam semua ini Shanum, kalau Allah nggak ngizinin nggak mungkin sekarang kamu jadi istriku."

"Ceraikan aku, ceraikan aku Mas!"

***

Dah jelas? Atau masih ambigu?

Pokoknya gitu ya guys Biru menikung Shanum dengan langsung menemui Ibra.

Cerita ini akan segera selesai ya, di bab 32 kalau nggak salah. Semoga kalian semua lekas mempersiapkan diri, kayaknya bab bab selanjutnya hanya akan ada adegan uwu uwu sedihnya kayaknya hampir nggak ada.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top