2. Ada yang Berbeda Dalam Dirinya.
'Benar bahwa ternyata cinta bermula dari mata, karena ketika melihatmu, aku seperti siap untuk memulai sesuatu yang abu-abu, sesuatu yang aku sendiri bahkan tidak yakin siapkah aku.'
Albirru
***
Shanum sebenarnya cukup risih jika berada di tempat ramai seperti ini, namun ingin pulang cepat ibunya sudah mewanti-wantu untuk menyamankan diri mengingat Karina adalah sepupu perempuannya satu-satunya, kakeknya dari pihak ibu memang hanya memiliki dua cucu perempuan, dirinya dan Karina. Shanum memang tak suka keramaian, namun mau bagaimana lagi keluarga sedang berkumpul, tak mungkin Shanum melarikan diri.
"Kita sampe pestanya selesai banget ini di sini?" tanya Shanum pada abangnya yang duduk di sebelahnya memperhatikan dua pengantin yang tampak sangat bahagia di pelaminan sana.
"Sampe ibu sama ayah mau pulang," jawab Hanan—abang Shanum.
Shanum langsung mengerucutkan bibirnya, memang jarang-jarang keluarga mereka berkumpul menikmati waktu bersama seperti ini, namun sungguh bagi Shanum ini sangat membosankan, selama ini jika ada acara Shanum selalu bersama dengan Karin, membahas banyak hal dengan sepupu yang lebih tua satu tahun darinya itu, namun karena ini acara milik Karin, jadi Shanum merasa benar-benar sendirian, sepupunya yang lain semua laki-laki, padahal ada sekitar delapan orang, namun Shanum mengobrol sekadarnya dengan mereka.
Dari tempatnya berdiri merangkul pinggang Delina, Biru sudah tak fokus lagi dengan obrolan teman-teman sekelasnya, matanya masih menatap kea rah Shanum, namun ada yang mengusiknya, siapa gerangan laki-laki yang duduk di sebelah gadis itu?
Shanum tampak bangkit dari duduknya menghampiri seorang wanita lain kemudian saling menempelkan kedua pipui, cepika-cepiki.
"Makin salihah aja ya Num," ujar Rissa—salah satu teman sekolah Karina—yang Shanum juga kenal.
"Hehehe InsyaAllah Kak, aamiiin," respon Shanum tak mau terbang karena sebuah pujian.
Dari tempatnya berdiri Biru menipiskan bibirnya, dia kenal dengan Rissa, gadis itu adalah salah satu staf rumah sakit yang bertugas di instalasi gizi dengan nama lengkap Larissa Puspita Kurniawan S.Gz.
"Gak sama temen-temen yang lain Kak?" tanya Shanum mengingat Rissa hanya berdua dengan laki-laki yang merupakan pacarnya.
"Susah ngatur waktunya Num, udah pada sibuk semua," jelas Rissa, dulu Shanum memang sering sekali ikut ke tempat tongkrongan Karina, hingga beberapa teman Karina pada akhirnya menjadi teman Shanum juga.
"Gitu ya, iya deh yang udah pada sukses." Entahlah itu sebuah pujian atau tidak.
"Apa sih kamu tuh!" Rissa mendaratkan cubitan kecil di lengan Shanum yang merupakan anggota termuda di geng mereka.
"Ya udah Kakak mau makan dulu ya," pamit Rissa yang diangguki oleh Shanum, kini kembali kosong, Shanum merasa kembali seperti semula, terjebak di kerumunan orang-orang yang tak ia kenal. Tadi beberapa temannya sudah datang, namun mereka datang terpisah-pisah menyesuaikan jadwal masing-masing barangkali, apalagi saat acara akad kemarin mereka sudah menemani Karina satu harian menjadi bridesmaids, jadi hari ini hanya menyempatkan diri untuk hadir.
Di antara semuanya hanya Shanum yang memiliki profesi lumayan fleksibel, jadi hanya Shanum yang selalu setia menemani Karina mulai dari akad kemarin pagi, sampai resepsi malam ini. Shanum memutuskan untuk kembali duduk di dekat abangnya.
Setelah sekitar tiga puluh menit berada di lokasi pesta, Biru memutuskan untuk mengajak Delina pulang. Sampai di parkiran, ternyata mobil Biru dan Rissa parker bersebelahan dan kebetulannya lagi Rissa juga berniat untuk pulang.
"Aku mau nyapa Rissa sebentar ya, gak enak udah di sini kayak orang gak kenal," izin Biru yang langsung diangguki oleh Delina, Biru kembali keluar dari dalam mobil.
"Hai Ris," sapanya.
"Hai Bi, dari tempatnya Danias sama Karin? Kok gak ketemu tadi di dalem."
"Tadi gue lihat lo, tapi males nyamperin," ujar Biru selepas bersalaman dengan pacar Rissa yang Biru juga kenal karena merupakan anak dari direktur utama rumah sakit tempat mereka bekerja.
"Rese lo!" Rissa memukul lengan Biru kesal.
"Hahaha! Sorry, eh btw lo kenal cewek yang kerudungan di dalem tadi kan?" tanya Biru.
"Yang mana? Ada banyak soalnya." Dahi Rissa mengerut bingung, dia cukup banyak menemui yang berkerudung di dalam tadi, bahkan Karina yang menjadi pengantin pun berkerudung.
"Yang kerudungnya paling panjang," kata Biru memberitahu, penampilan Shanum cukup mencolok di dalam sana tadi karena menjadi satu-satunya yang mengenakan gamis gombrang dengan hijab lebar.
"Oh Shanum, kenapa emang?" tanya Rissa.
"Boleh gue minta kontaknya?"
"Buat apa?" tanya Rissa balik, dia sudah menganggap Shanum seperti adiknya sendiri, kalau boleh ikut ambil peran Rissa juga ingin menjaga gadis itu, apalagi dari laki-laki seperti Biru ini.
"Gue penasaran sama dia," jawab Biru jujur.
"Dan dia bukan cewek sembarangan yang bisa lo deketin hanya karena lo penasaran," ujar Rissa kentara sekali tidak suka dengan Biru.
"Please." Biru menampilkan sorot mata sendu agar Rissa percaya bahwa dia tidak akan macam-macam dengan Shanum.
"Lo masih punya Delina dan dengan santainya lo mau memperjuangkan cewek lain."
"Gue sendiri bahkan belum ngerti kenapa sampai saat ini belum bisa bawa dia ke KUA," kata Biru.
"Shanum gak bakal mau sama cowok kayak lo mending gak usah."
"Kita gak pernah tahu kalau gak nyoba." Biru masih berusaha meyakinkan Rissa, memang selalu seperti itu, Biru akan mengejar apa pun keinginannya sampai dapat.
"Perbaiki salat subuh lo dulu kalau mau berharap sama cewek kayak Shanum, nanti gue kirim nomornya dari watsapp," pungkas Rissa yang lantas masuk ke dalam mobil, enggan terlalu lama bernegosiasi dengan Biru, lagipula Shanum pasti punya pertahanan yang kuat dalam dirinya, Rissa yakin kalau Shanum tak akan mudah terhasut mulut manis Biru.
"Kok lama banget ngomongin apa sih?" tanya Delina saat Biru sudah kembali masuk ke dalam mobil.
"Ngobrol biasa, namanya juga temen." Biru memberi alasan, beruntung Delina tak bertanya lebih lanjut, dia merasa bahwa dia sudah sangat memahami Biru dan sudah sangat percaya dengan kekasihnya itu.
***
Shanum sudah rapi dengan seragam mengajar, dengan menenteng tas di bahu kanannya, gadis itu berjalan menuju meja makan. Sembari menunggu sarapan pagi terhidang, Shanum memilih memainkan ponsel.
08226677xxx :
'Assalamualaikum.'
Shanum :
'Waalaikumsalam.'
Shanum membalas hanya karena salam memang wajib untuk dijawab.
08226677xxx :
'Aku Biru.'
Biru tak tahu harus mengatakan apa lagi, ternyata sensasi berhubungan dengan wanita seperti Shanum sangat berbeda dari wanita-wanita yang selama ini ia dekati.
Shanum :
'Ada perlu apa ya?'
08226677xxx :
'Hanya ingin berkenalan.'
Shanum ;
'Oke, cukup kirim pesan saat ada sesuatu yang penting saja ya.'
Meski sebenarnya tidak suka dengan hubungan yang tidak jelas, namun sebagai manusia Shanum merasa perlu memiliki kepribadian yang baik, manusia tidak hidup untuk dirinya sendiri, maka dari itu Shanum bertekad untuk selalu menjadi orang baik, sekalipun dengan orang yang tak dikenal.
Biru :
'sent a photo.'
Shanum mengerutkan dahinya mendapati kiriman foto selfie dari Biru, orang aneh macam apa yang menganggunya sepagi ini? Shanum memilih mengabaikan foto tersebut lantas menyendokkan nasi goreng ke piringnya.
Padahal Biru sudah tersenyum-senyum tak jelas di seberang sana memikirkan reaksi Shanum, para gadis akan langsung mengirimnya pesan-pesan cinta saat sudah tahu parasnya seperti apa, namun ternyata Shanum berbeda setelah sepuluh menit Biru tak mendapat balasan apa pun.
Shanum menyalami tangan ayah dan ibunya juga Hanan, setelah itu berjalan keluar berniat memanaskan motor.
Biru :
'Kok gak dibalas?'
Shanum lagi-lagi mengerutkan alisnya.
Shanum :
'Kan aku udah bilang, kalau gak penting gak usah ngirim pesan.'
Biru :
'Bisa kita ketemuan hari ini?'
Shanum menggelengkan kepalanya lantas memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu menjalankan motornya menuju ke sekolah tempatnya mengajar.
***
Assalamualaikum.
Hai guys!! maah ya lama, mau cerita sedikit nih, sebenarnya dari pertama update waktu itu cerita ini udah aku tabung babnya sampe bab 6. and why nggak di publish, jadi aku baca sebuah novel best seller yang aku yakin kalian juga tahu siapa penulisnya, aku baca Dear Allah karya kak Dianafebi.
Novel tersebut benar-benar MasyaAllah ya, aku berasa lagi nge-carge iman banget bacanya. ada buanyaaak banget ilmu yang aku dapet ya Allah, cerita tersebut nggak cuma hiburan tapi juga ilmua buatku. nah hubungannya apa sama cerita ini? jadi aku memutuskan untuk sejenak berhenti menulis ceritanya dan kembali memikirkan mau kubawa ke mana cerita ini, dan jawaban yang kudapat adalah aku ingin bersama-sama menuju surga bersama dengan cerita ini. aku ingin membuat sebuah karya yang berkualitas, aku ingin menulis agar kalian para pembaca dapat menuai manfaatnya. jadi aku ingin membuat cerita yang sangat bermanfaat, yang bisa menginspirasi banyak orang seperti Dear Allah menginspirasi aku.
Aku akan membuat sebuah karya yang InsyaAllah bisa bermanfaat untuk kita semua, doakan ya, semoga cerita ini memiliki banyak nilai agama yang bisa sama-sama membuat kita belajar, nggak hanya mengutamakan cinta-cintaannya doang. oke sekian, semoga kalian suka, Sayang Daebak Readers banyak-banyak!
jangan lupa mampir ke ig aku thierogiara_
Juga jangan lupa follow akun WP aku, vote and comment-nya juga jangan lupa see you...
aku akhiri dengan wassalamualaikum warahmatullah wabarakhatuh.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top