17. Tidak Pantas
'Penyeselan memang selalu datang di akhir, seharusnya jangan pernah menyesali sesuatu yang memang sudah kau tolak sejak awal.'
Elshanum & Albirru
~Thierogiara
***
Biru kembali datang ke sekolah Shanum, seperti biasa ia memantau Shanum dari kejauhan, wanita itu, wanita yang dengan seenaknya membuat Biru merasa kacau, akan menikah. Shanum akan menjadi milik orang lain, Biru tak akan berhak lagi bahkan hanya untuk memandangnya.
Biru keluar dari dalam mobilnya berjalan menuju tempat Shanum bekerja, dia perlu menemui Shanum dan mendengar sendiri dari mulut gadis itu kalau dia benar-benar akan menikah.
"Saya mau bertemu Shanum," ujar Biru saat dia sampai di depan gerbang dan ditahan oleh penjaga sekolah, memang penampilan Biru tak terlihat mencurigakan, namun bukankah sesuatu yang tampak tak mencurigakan itu yang harus dicurigai?
"Tunggu sebentar biar saya yang panggil Bu Shanum," ujar Dody selaku penjaga sekolah tempat Shanum mengajar.
Biru tak membangkang, dia benar-benar menunggu di depan gerbang, sampai Dody kembali menghadapnya kemudian mengatakan, "Bu Shanum tidak mau bertemu dengan Bapak."
"Ini penting, tolong bilang sama dia, kalau dia nggak nemuin saya, saya akan langsung masuk ke dalam!!" Biru menaikkan nada suaranya membuat Dody seketika gelagapan kembali berjalan menghampiri Shanum.
Shanum yang saat itu sedang mengikatkan tali sepatu salah satu muridnya menoleh menatap Biru. Mau apa lagi sih manusia satu itu? Sungguh Shanum sudah tak mau lagi berurusan dengannya.
"Gimana Bu, dianya maksa," kata Dody sekali lagi, Shanum tahu kalau dia kembali menolak maka Dody akan berada di posisi tidak nyaman, maka Shanum bangkit dari duduknya, menepuk sekilas kepala muridnya lalu berjalan menuju Biru.
Shanum keluar dari pekarangan sekolah menutup pagar lalu berjalan menyingkir agak jauh dari sekolah, dia mungkin akan marah-marah, Shanum tidak ingin murid-muridnya melihatnya marah-marah.
"Ada apa lagi?" tanya Shanum.
"Kamu benar mau nikah?" tanya Biru balik.
"Iya," jawab Shanum tanpa menatap wajah Biru, gadis itu bahkan membuang muka dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Sama siapa?"
Shanum menoleh untuk menatap Biru. "Emang urusan kamu?"
"Apa nggak bisa kita jadi teman? Ternyata aku nggak bisa jauh dari kamu." Kalimat Biru memelan di akhir.
"Nggak usah bercanda kita adalah dua manusia dewasa, kamu sendiri yang memutuskan untuk bersama pacar kamu, kamu sendiri yang memaksa aku mundur, jangan bertindak seolah-olah kalau akulah yang salah, kita udah selesai, lagipula sedari awal kita memang nggak memulai apa-apa kan?" Shanum menipiskan bibirnya, bukan untuk tersenyum, namun untuk menekan rasa getir hatinya sebab pernah menjalani sesuatu yang tidak jelas, dengan seorang pria pula.
Biru terdiam, dia memang tak pernah mendeklarasikan kalau Shanum adalah miliknya, dia juga tak pernah memberikan sebuah kepastian tentang sebuah hubungan yang jelas dengan Shanum. Tak ada sesuatu spesial yang harusnyan menjadi alasan Shanum bertahan. Biru yang terlalu naïf, dia yang terlalu percaya diri kalau urusan dengan Shanum akan selalu mudah.
"Kita jalani hidup kita masing-masing, lupakan apa pun yang sudah terjadi, kalau aku memang berarti dalam hidupmu, maka anggap saja aku adalah bagian dari masa lalu, setiap perempuan butuh kepastian, termasuk pacarmu, berhenti sampai di sini, Mas Biru." Biru mengangkat wajahnya menatap Shanum, sapaan itu, selalu menyenangkan mendengarnya kalau keluar dari mulut sosok Shanum.
"Aku pamit, dari sini dan dari hidupmu." Shanum kemudian langsung melangkah meninggalkan Biru dengan segala kegundahan yang Biru rasakan.
"Apa nggak bisa aku datang ke pernikahanmu?" tanya Biru sebelum Shanum jauh dari posisinya berdiri.
"Nanti aku kirim undangannya dari watsapp," ujar Shanum tanpa membalik badan.
***
Biru menyugar rambutnya kemudian mendorong pintu kaca di depannya lalu masuk ke dalam klinik, Danias menyambutnya.
"Tumben telat?" tanya Danias, Biru adalah orang yang lumayan disiplin, kadang meski jam jaganya belum tiba dia sudah sampai di klinik untuk sekedar membersihkan ruang kerjanya.
"Ketiduran gue," ujar Biru yang langsung meninggalkan Danias begitu saja, dia sedang tidak mood membahas apa pun, perasaannya sedang berantkan tak karuan, Biru sendiri tak menyangka fakta bahwa Shanum akan menikah dengan orang berefek segila ini terhadapnya.
Danias terdiam, ada sesuatu yang harus ia sampaikan dengan Biru, dia dilemma, Biru sepertinya sedang tidak berada di suasana hati yang baik. Tapi kunci dari keberlangsungan klinik ini adalah Biru.
Danias akhirnya memutuskan masuk ke ruangan Biru untuk mengatakan semuanya, ini demi kebaikan mereka berdua dan klinik, lagipula kejujuran selalu lebih baik dari apa pun.
"Ada apa?" tanya Biru heran, dia kira Danias sudah akan pulang tadi.
"Tadi ada pasien datang, complain, lo nggak bersih nyabut giginya." Danias langsung to the point.
Biru diam, akhir-akhir ini dia memang kurang fokus.
"Giginya patah dan lo nggak sadar?"
Biru masih diam, dia sendiri tak tahu apakah ada jawaban dari pertanyaan Dania situ?
"Lo nggak baik-baik aja Bi, lo mau libur, ya udah biar gue jaga di sini," ujar Danias, dia bukan mau mengambil rezeki Biru, hanya saja sebagai teman atau bahkan sahabat Danias tak mau karir Biru berhenti sampai di sini karena kesalahan-kesalahan yang mungkin nanti akan ia lakukan.
"Gue nggak bisa lepas Shanum buat orang lain Dan! Gue nggak bisa ngelihat dia bahagia, tapi bukan gue yang ngebahagiain, gue harus gimana?!"
Danias sudah tahu, pasti memang berkaitan dengan Shanum, Biru kalau sedang pakai hati pasti akan langsung kentara. Kalau sedang tak pakai hati, sejahat apa pun yang ia lakukan Biru tak akan pernah merasa bersalah, Biru bodoh, dia bermain dengan orang seperti Shanum, sulit untuk tak jatuh cinta pada kepribadian cewek baik.
"Ya lo nikah juga sama Delina, lo mau apa lagi sih?"
"Gue maunya Shanum," ujar Biru bak bocah, sangat kekanakan, namun bukankah cinta memang selalu sebodoh ini?
"Jangan lakukan apa pun yang bisa membuat Shanum sakit lagi, biarkan dia bahagia," ujar Danias, dia mungkin sahabat Biru, namun Danias sangat tahu sebusuk apa Biru, Biru sangat tidak pantas dengan permata seperti Shanum, hanya orang-orang yang sanggup berkomitmen membawa Shanum ke surga yang pantas untuk Shanum.
"Gue mau Shanum Dan..." Biru terlihat semakin kekanakan.
Danias mengurut keningnya sendiri, seorang playboy cap kadal bunting seperti Biru bisa sebegininya hanya karena seorang cewek? Seorang cewek yang bahkan baru dikenalnya selama beberapa bulan ini, Danias tak pernah melihat Biru sekecewa ini.
"Lo nikahin aja Delina, dia udah lama kan sama lo?" Danias berusaha membantu Biru menemukan solusi, Shanum sudah akan dimiliki oleh orang lain, maka Biru juga harus memiliki seseorang di sisinya agar bisa melupakan Shanum.
"Gue maunya Shanum, gue nggak menemukan yang gue temukan di diri Shanum di diri Delina," ungkap Biru. Segala ketenangan yang melingkupi dirinya yang Biru maksud.
"Iyalah Shanum baik, tapi lo bajingan kalau ninggalin Delina gitu aja!!" Danias adalah manusia dengan hidup sangat lurus, terkadang kelakuan Biru yang sangat suka menyakiti Delina dengan bergonta-ganti pasangan membuatnya emosi.
"Dan gue juga nggak mungkin hidup selamanya dengan sosok yang gue nggak ingin."
"Lo anggap apa Delina selama ini?!" Nada suara Danias meninggi, dia mulai marah.
"Pacar," jawab Biru singkat, iya hanya sekedar pacar, tak pernah terbersit dalam pikiran Biru akan membawa Delina ke KUA.
"Gila lo! Udah gila lo!!!" Perawat yang ada di luar sampai terkejut mendengar suara Danias.
"Serendah itu perempuan di mata lo?!"
"Makanya gue maunya Shanum karena cuma dia yang gue yakin hidup gue akan jauh lebih baik kalau gue sama dia, dia akan bisa mendidik anak-anak gue dengan baik, Cuma Shanum yang gue yakin kalau gue bisa sesurga sama dia."
"Tapi lo nggak pantes sama dia, lo harus sadar diri!!"
"Senggakpantes apa gue sama dia?" tanya Biru.
"Shanum melakukan apa pun demi Allah, karena Allah, lo melakukan semua hal karena kesenangan, Shanum terlalu berharga buat sampah kayak lo."
***
Haiiii!!!
Aku semakin yakin nih untuk menjodohkan Shanum sama Ibra. Biru ke laut aja deh, jadi manusia kok ngeselin.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top