15. Tentang Shanum Bagi Biru
'Kukira kamu akan menjadi tempat pulang, nyatanya malah menghilang, berkahir menjadi kenang.'
Elshanum & Albirru
~Thierogiara
***
Gilanya Biru, selepas curhat dan mendapat pendapat dari Danias, kini dia malah makan malam dengan Sarah di sebuah restaurant mewah dengan alunan musik klasik. Ini adalah upaya menghibur diri dari sebuah kegalauan yang abu-abu, yang tidak jelas arah dan tujuannya.
Sarah memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya sembari melirik Biru, ada yang berbeda dengan laki-laki itu malam ini, tak biasanya Biru diam saja seperti ini, kadang meski hal yang tak penting Biru tetap akan mengajak Sarah bercerita.
Sarah mengulurkan tangannya menggenggam tangan Biru yang ada di atas meja, Biru yang kaget sedikit memundurkan tangannya membuat Sarah terkejut heran.
"Kamu kenapa sih?" tanya Sarah, mungkin dia adalah seorang pelarian kala Biru tak enak hati dengan Delina, namun kalau Biru hanya diam dan Sarah diminta untuk mengerti sendiri, Sarah bukan cenayang yang bisa mengerti isi hati orang lain.
Biru tersenyum, senyum palsu, Sarah tahu itu!
"Nggak apa-apa," ujar Biru dengan mata sendunya, mata yang selalu bisa menghipnotis para gadis dan beranggapan kalau dia adalah laki-laki baik-baik.
"Bohong!" sela Sarah menarik tangannya yang sempat digenggam Biru.
"Kamu nggak bakal diem kalau baik-baik aja, kamu juga nggak bakal kayak gini sama aku kalau kamu baik-baik aja." Nada suara Sarah mulai meninggi, membuat Biru otomatis memperhatikan sekitar, dan meremas tangan Sarah.
"Aku baik-baik aja," kata Biru, Sarah langsung menarik serbet yang menutupi pahanya kemudian melemparnya ke atas meja.
"Kenapa lo nggak pernah sadar posisi lo?!" tanya Biru dengan suara yang nyaris seperti bisikan namun cukup terdengar menyeramkan.
"Dan kenapa lo nggak pernah sadar kalau gue yang selalu nerima lo apa adanya? Kenapa bahkan saat gue merasa lo sangat berarti, lo malah menganggap gue seonggok sampah?!" Sarah ikut mendekatkan wajahnya ke wajah Biru kemudian berkata dengan nada yang sama.
"Sarah please!!"
Sarah bangkit dari duduknya menyiramkan anggur ke kepala Biru kemudian kelur meninggalkan laki-laki tak berguna itu sendirian, mulanya mungkin semua ini hanya permainan, mulanya mungkin Sarah setuju saja saat Biru tak memberikan penekanan apa pun dalam hubungan mereka, namun lambat laun Sarah mulai menggunakan hatinya dan kini dia sampai pada titik jengah, titik di mana dia sudah tak bisa menahan segala perasaannya, satu-satunya hal yang dia inginkan adalah Biru dan dari segala yang sudah terjadi, Sarah tak menemukan satupun hal yang mungkin membawa mereka pada keseriusan.
Biru memejamkan matanya untuk beberapa saat, menggelikan sekali ketika seorang selingkuhan yang masih diberi kesempatan untuk tetap menjalani semuanya oleh sang ratu ingin menjadi yang utama, menggelikan sekali rasanya jika Biru yang ingin bermain-main malah dipaksa untuk menghargai mainannya, namanya juga permainan ketika bosan Biru akan meninggalkannya.
Biru menghapus jejak-jejak lengket di wajahnya menyugar meletakkan beberapa lembar uang ratusan di atas meja baru kemudian berjalan cepat keluar restaurant tanpa memandang siapa pun yang memperhatikannya.
Biru kemudian masuk ke dalam mobil dan langsung memukul stir mobil karena kesal, dia malu! Sangat malu! Bagaimana bisa seorang dokter ganteng dari poli gigi rumah sakit Kesehatan Bangsa diperlakukan seperti ini? Bagaimana bisa seorang Biru yang para wanita akan langsung tunduk dan takluk padanya dipermalukan di depan umum seperti ini? Dan yang bisa melakukan itu hanya Sarah, seorang wanita yang Biru anggap mainan selama ini.
Biru lantas mematut rambutnya di kaca spion dalam, beruntung bentuk rambutnya yang sudah diberi gel tersebut masih sama dengan saat pertama pergi ke restaurant tersebut. Untung saja kegantengannya tak mudah luntur, masih tetap bertahan meski disiram minuman beralkohol.
***
Biru sampai di rumah sekitar pukul sebelas lewat, sudah hampir 11.30 niatnya langsung masuk kamar mandi, bersih-bersih kemudian tidur, namun belum sempat kakinya melangkah masuk ke kamar mandi yang ada di kamarnya, ekor mata Biru tak sengaja menatap sarung dan sajadah yang terlipat rapi di karpet sebelah tempat tidurnya.
Semenjak menjalin hubungan tak jelas dengan Shanum dia sedikit berubah, mengingatkan Shanum untuk tak meninggalkan salat, Biru juga tak meninggalkan salat, pokoknya apa pun yang dia ingatkan ke Shanum, dia juga seolah mengingatkan dirinya sendiri karena ketika dia mengingatkan Shanum namun tak melakukan apa yang dia ingatkan itu, Biru akan merasa bersalah.
Biru melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar mandi, niat awalnya hanya cuci muka, tangan dan kaki, karena teringat belum salat isya, Biru memilih untuk berwudhu lalu setelah itu menunaikan salat isya, dia butuh ketenangan dan ketenangan itu banyak ia dapatkan dari salat.
Biru lantas menengadahkan tangannya begitu dirinya selesai melakukan rangkaian gerakan salat. Ini sangat tidak biasa ia lakukan namun untuk yang kali ini Biru merasa sangat perlu melakukannya, dia merasa bahwa kalau bukan Allah, tidak aka nada lagi yang mampu menolongnya menangani perasaan yang membuncah untuk Shanum.
"Ya Allah, aku adalah hamba yang hina, untuk duduk di sini menghadapMu, meminta padaMu rasanya sangat picik, ketika sudah seperti ini baru kuharapkan sesuatu dariMu, maafkan aku ya Allah, maafkan hambaMu yang lalai ini, maafkan setiap kesalahan yang hamba perbuat, ampuni segala dosa-soa hamba, maafkan segala kekhilafan yang hamba lakukan. Ya Allah, hamba mencintai seorang wanita yang amat mencintaiMu, tolong berilah kemudahan untuk hamba memilikinya, berilah hamba kesempatan untuk mencintaiMu berdua bersamanya."
***
Di jam yang sama Shanum terbangun, entahlah, dia hanya merasa terkejut kemudian terbangun dan seketika matanya segar sulit terpejam. Meski belum sepertiga malam karena sudah bangun Shanum memilih untuk salat malam, gadis itu berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu dengan posisi yang kurang lebih sama dengan Biru, bersimpuh di sebelah temapt tidurnya, Shanum menengadahkan tangannya hingga sejajar dengan nada.'
Di saat seperti ini adalah saatnya merendah, saatnya merasa menjadi manusia yang paling hina, saatnya merasa rendah serendah-rendahnya. Shanum akan memohon dan meminta pada Dzat yang maha tinggi, pada sosok yang paling bisa membuat hambanya terkesima dengan kuasanya.
Shanum meminta pencerahan dari Allah meminta petunjut atas keputusan yang harus dia ambil, dia sudah yakin dengan Ibra namun masih tetap meminta Allah untuk menanamkan keyakinan yang lebih dan lebih lagi. Hingga dia benar-benar bisa menerima Ibra sepenuhnya.
Tak lupa pula Shanum meminta untuk dijodohkan dengan sosok terbaik untuknya dan harapannya semoga itu adalah Ibra, semoga Ibra memang seseorang yang namanya bersanding dengan Shanum di lauhul mahfudz.
Shanum kemudian melanjutkan dengan membaca ayat suci Al-Qur'an berusaha untuk membacanya dengan benar agar nikmat Allah sampai kepadanya dengan benar pula. Shanum selalu berusaha untuk menjadi baik agar hal-hal baik juga menghampirinya. Selesai dengan surah yasin Shanum kemudian menyudahi bacaannya.
Dia kembali menuju tempat tidur karena harus bangun subuh, Shanum memejamkan matanya, dia sangat berharap dengan Ibra namun yang muncul dalam ingatannya didetik-detik dirinya memejamkan mata adalah Biru. Ingin protes dengan pikirannya sendiri, namun ternyata matanya terlalu berat untuk kembali terbuka.
Biru yang juga baru selesai salat naik ke atas tempat tidur kemudian merebahkan dirinya, apa yang Danias katakana kembali mengganggunya, dia bahkan bisa melepaskan Sarah begitu saja, satu harian ini karena asik memikirkan Shanum, Biru sampai lupa mengabari Delina.
Shanum seolah menyedot dimensi Biru membuatnya merasa sesak, sempit dan tak tahu harus bagaimana. Satu-satunya cara agar Biru merasa lapang kembali adalah ketika Shanum menjadi miliknya, ketika dia tak lagi memiliki kekhawatiran perihal Shanum, perihal kemungkinan Shanum akan jatuh ke tangan orang lain.
Biru membayangkan senyum Shanum yang selalu bisa membuatnya damai, pemikiran-pemikiran gadis itu yang membuatnya mampu memandang dunia dengan cara yang berbeda, Shanum adalah one and only, Biru tak akan menemukan karakter Shanum di wanita lain.
Shanum adalah seorang gadis tanpa make up yang selalu pede dengan wajahnya,. Shanum adalah seorang wanita yang selalu mengutamakan Allah ketimbang apa pun. Dan yang paling penting dari segalanya adalah, keberadaan Shanum dalam hidup Biru memberikan warna tersendiri, Shanum merubah Biru menjadi sosok yang tak Biru sangka-sangka. Shanum membuat Biru semakin percaya akan Tuhan, bersama Shanum Biru bisa bisa merasakan kalau surga terasa dekat.
***
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Maaf ya agak lama, soalnya males mindahin dari ms word wkwkwk.
Oke gitu aja, enjoy!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top