12. Berita Baik
'Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).'
QS. An-Nur ayat 26
***
Elshanum & Albirru
Thierogiara
***
Hanan menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar Shanum membuat Shanum yang semula fokus pada laptopnya menonton DIY membuat mainan anak-anak. Hal tersebut memang sudah sering menjadi rutinitas Shanum, jadi guru membuatnya harus menjadi lebih kreatif.
"Ada apa Bang?" tanya Shanum karena Hanan hanya menatap.
Hanan mulai melangkah masuk kemudian menutup pintu kamar Shanum, kalau saja keadaannya Shanum tak sedang patah hati, maka dia akan langsung saja mengatakannya, bahkan di depan orang tua mereka sekalian. Namun karena keadaannya Shanum sedang kalut, jadi Hanan menjaga perasaan adiknya itu. Takutnya Shanum malah belum siap dengan apa yang akan ia sampaikan ini.
"Apaan sih? Kok kayaknya tegang banget?" tanya Shanum lagi, gadis itu memutar tubuhnya untuk menatap abangnya yang duduk di atas kasur.
"Kamu kenal Ibrahim kan?" tanya Hanan sebagai pembukaan.
"Temen Abang SMA?" tanya Shanum memastikan, karena tentu saja ada banyak Ibrahim yang Shanum kenal.
"Iya, menurut kamu gimana?" tanya Hanan memastikan.
"Gimana apanya?" tanya Shanum balik dengan ekspresi heran.
"Katanya dia mau sama kamu, maksudnya mau ngelamar kamu gimana?" Sekali lagi Hanan memastikan. Takutnya Shanum malah tersinggung karena dijodohkan.
"Mas Ibra yang manis itu kan? Yang kata Abang masuk IPDN waktu itu kan? Berarti sekarang udah jadi PNS, emangnya mau sama aku? Aku kan Cuma guru TK," terang Shanum, teman Hanan yang bernama Ibrahim itu memiliki segudang prestasi, Shanum yakin mereka tidak cocok.
"Kamu kenapa sih?! Memangnya guru TK nggak pantes menikah sama orang dengan jenjang karir bagus, kemarin sama si itu mau, dia dokter gigi kan? Apa bedanya?" Hanan bertanya balik karena kesal Shanum sudah insecure duluan.
Shanum terdiam sejenak. "Beda Bang, mas Biru ngedeketin aku karena dia emang mau ngedeketin aku, kalau mas Ibra kan kita Cuma sekedar kenal," ungkap Shanum.
"Makanya dia ngajak ta'aruf dulu, emang dia ngomongnya sama Abang mau langsung lamar aja, tapi kan bagaimanapun kalian harus kenalan dulu," jelas Hanan.
Ibrahim sangat baik, Shanum sudah mengetahui Ibrahim sejak masih duduk di bangku SMP. Saat Ibrahim datang ke rumahnya untuk bermain bersama Hanan, Ibrahim tak pernah melewatkan salatnya, bahkan saat ibunya menelepon untuk minta temani arisan, Ibrahim langsung pulang.
Sosok imam idaman, iya benar bahwa Ibrahim masuk kriteria imam idaman untuk Shanum, namun apakah Shanum akan masuk ke kriteria istri idaman untuk Ibrahim? Cowok itu terlalu sempurna untuk Shanum yang teramat biasa.
"Tapii..."
"Abang pastikan dia nggak kayak si Biru atau siapalah namanya itu, Abang kenal Ibra, kamu nggak akan menemukan lagi sosok seperti dirinya di diri orang lain," terang Hanan, sebagai abang sungguh dia tidak akan rela adiknya jatuh ke tangan yang salah, lamaran Ibrahim akan diri Shanum adalah sesuatu yang sangat Hanan syukuri, salah satu teman baiknya itu memang sangat pantas untuk Shanum, Hanan akan yakin Shanum akan bahagia jika bersama Ibrahim.
"Gimana?" desak Hanan.
"Ya udah kalau menurut Abang itu yang terbaik," putus Shanum akhirnya, dia telah membuat kesalahan karena membiarkan Biru masuk ke dalam hidupnya tanpa kepastian, Shanum akan semakin salah jika menolak sosok seperti Ibrahim.
"Yuk ngomong sama ayah sama ibu," ajak Hanan, Ibrahim meminta semuanya dipercepat, dia sudah mengenal Shanum sejak lama dan Ibrahim memang sudah lama menyimpan perasaannya pada Shanum.
Shanum mengangguk kemudian mengikuti Hanan dari belakang. Keduanya berjalan menuruni tangga menuju kantai satu. "Kamu tunggu di sini, biar Abang panggil ayah sama ibu," suruh Hanan, Shanum menurut dan mendudukkan dirinya di sofa ruang keluarga. Menunggu lima menit, abang dan kedua orang tuanya muncul.
"Ada apalagi ini?" tanya Kartika dengan nada yang lumayan tidak bersahabat, Shanum sadar kalau itu karena dirinya.
"Besok Ibrahim dan keluarganya datang, ingin berkenalan sama Shanum," ujar Hanan langsung ke intinya.
"Ibrahim anak pak camat?" tanya Kartika tak percaya.
"Iya temen SMA Hanan," jawab Hanan.
"Kok bisa?" tanya Kartika tak percaya.
"Dia lagi cari istri dan inget kalau Hanan ada adik perempuan, dia juga inget sama Shanum, jadi katanya mau lamar Shanum aja, daripada cari orang lain, katanya Shanum dia udah tau kebaikan Shanum katanya," jelas Hanan.
"Ya sudah besok ayah akan kosongkan jadwal," ujar Tama memutuskan.
"Wah ya Allah, akhirnya sayang." Kartika yang semula marah tiba-tiba kini memeluk Shanum.
Shanum hanya tersenyum kikuk, sungguh dia sendiri masih merasa semua ini seperti mimpi.
Kedua orang tua Shanum tampak sangat bahagia, Shanum tersenyum, hatinya terenyuh, ternyata selepas segala kekecewaan yang menghampirinya Allah segera hadirkan sesuatu yang baik yang menjadi pengobat hati kedua orang tuanya. Meski Shanum tak tahu orang seperti apa Ibrahim sebenarnya, namun cukuplah laki-laki itu memintanya langsung pada abangnya menjadi keyakinan Shanum bahwa Ibrahim mungkin memang yang terbaik.
***
Biru menatap seorang gadis dengan hijab panjang yang kini sedang duduk berayun di ayunan sekolah tempatnya mengajar, iya adalah Shanum, ada rasa bersalah dalam diri Biru yang membuatnya akhirnya kembali pada gadis itu untuk memastikannya baik-baik saja, untuk memastikan kalau Shanum baik-baik saja meski hatinya sudah dihancurkan.
Shanum sendiri berusaha menghibur diri sembari menunggu para muridnya akan dijemput, hari ini sosok bernama Ibrahim akan datang bersama keluarganya ke rumah Shanum untuk berkenalan, ada banyak hal yang berkecamuk dalam hati Shanum, akankah keluarga Ibrahim menerimanya? Atau apakah Ibrahim akan berubah pikiran? Karena Shanum yang dulu dengan yang sekarang sangat jauh berbeda.
Shanum memberikan pelukan perpisahan pada murid-muridnya yang entah kenapa saat itu dijemput bersamaan, Shanum sangat menyukai anak-anak, mungkin ketika dia diberi kesempatan untuk menjadi seorang ibu, Shanum akan mencintai anak-anaknya lebih dari apa pun, bahkan mungkin Shanum akan berhenti mengajar dan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, mengurus anak dan suami.
Shanum berjalan menuju kelas untuk mengambil barang-barang dan helmnya, Biru masih memperhatikan, gadis itu memang tidak sebercahaya sebelumnya, namun keadaannya sangat baik-baik saja, Biru agak kecewa, seharusnya Shanum tak baik-baik saja, agar dia memiliki alasan untuk kembali dan memulai semuanya dari awal.
"Num," panggil Haifa dari samping, Shanum yang mulanya ingin menghidupkan motor mengurungkan niatnya.
"Iya?" tanya Shanum menatap Haifa siapa tahu saja ada sesuatu yang penting.
"Laki-laki yang akhir-akhir ini sering nyariin kamu ada di sini, kok nggak nyamperin." Shanum mengerutkan dahinya, gadis itu lantas menoleh dan mendapati mobil Biru parkir di tempat biasa mobil itu parkir.
Shanum sedikit memicingkan matanya untuk memastikan plat nomor mobil tersebut, takutnya malah Haifa salah sangka, namun mobil itu benar-benar mobil Biru.
"Ekhem..." Padahal Shanum berada jauh di sana, namun karena gadis itu menatapnya Biru jadi salah tingkah sendiri di dalam mobil.
"Bener kan? Udah putus ya?" Haifa kembali berusuara.
"Apaan sih Fa, putus apa? Orang nggak ada hubungan apa-apa." Shanum menyangkal.
"Gitu ya," kata Haifa kecewa, padahal dia sudah membayangkan kalau Shanum akan bersanding dengan pangeran tampan bermobil putih tersebut, namun ya pada akhirnya ekspektasi tak pernah seindah realita.
"Ya udah aku duluan ya, ada yang mau ke rumah soalnya." Shanum ingin membersihkan pikiran Haifa makanya turut memberitahu gadis itu.
"Serius Num?" tanya Haifa memutar tubuhnya karena Shanum sudah mulai mengeluarkan motornya dari parkiaran.
"Iya, aku duluan ya." Shanum kemudian langsung menstarter motornya dan melaju pergi dari sana.
"Sama siapa heyy!!" Dan Shanum tak menjawab hanya melambaikan tangannya.
Biru yang berada di dalam mobil sadar Shanum sudah akan melintas di sebelahnya, dia menurunkan kaca namun sayang Shanum mengabaikannya, bahkan Shanum berlagak seolah tak ada siapa-siapa atau apa-apa di sana.
***
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jangan lupa vote & comment
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top