32
Seorang pelayan dengan nampan berisi berbagai jenis minuman di atasnya mendatangi Alee yang saat ini tengah terlibat perbincangan dengan dua orang wanita yang menyapanya..
Alee mengambil gelas berisi anggur, kemudian melanjutkan kembali obrolan yang sempat terhenti.
Di sisi lain, Estella menatap Alee penuh rasa iri dan benci. Kenapa Alee selalu membuat ia terlihat tidak ada apa-apanya dibanding wanita itu.
Alee tidak perlu melakukan banyak hal untuk merebut hati orang lain, tidak seperti dirinya yang harus berusaha keras.
Memikirkan betapa dunia tidak adil padanya, Estella merasa semakin buruk. Kenapa Alee harus menjadi rintangan dalam hidupnya?
Estella telah memikirkan bagaimana cara menyingkirkan Alee agar tidak mengusik Ell lagi, tapi jika sampai ia salah langkah ia takut Ell akan semakin tidak menyukainya. Ditambah Damian Ingelbert juga pasti tidak akan melepaskannya.
Saat ini Estella hanya bisa mengandalkan Zara. Ia harap Zara bisa menyingkirkan Alee lebih cepat.
Tidak hanya Estella yang memperhatikan Alee, tapi juga Ansell. Pria itu tersenyum licik saat Alee menyesap minumannya.
Lihat apa yang akan ia lakukan pada Alee malam ini. Ia bersumpah, ia pasti akan membuat Alee menjadi jalangnya malam ini.
Alee melihat ke arah Damian yang saat ini mendekat ke arahnya. Dua wanita yang tadi berbincang dengan Alee segera undur diri.
"Apakah kau baik-baik saja dengan pesta ini, Alee?" tanya Damian. Ia takut jika Alee merasa tidak nyaman. Ini mungkin pertama kalinya bagi Alee bertemu dengan orang asing dengan jumlah banyak.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Tuan Ingelbert," jawab Alee.
Damian merasa lega mendengar jawaban Alee. "Baiklah, sekarang ayo aku akan memperkenalkanmu pada lebih banyak lagi."
"Ya, ayo." Alee hendak melangkah, tapi tiba-tiba saja kepalanya berdenyut sakit.
"Ada apa, Alee?" tanya Damian.
Alee pikir itu bukan apa-apa, jadi ia menggelengkan kepalanya. "Tidak ada apa-apa."
Alee kembali melangkah bersama Damian. Namun, di setiap langkah yang ia tapaki, ia merasa tubuhnya semakin tidak baik-baik saja. Ia merasa panas, padahal di dalam sana suhu ruangannya tidak panas sama sekali.
Apa yang salah dengan tubuhnya? Alee merasa semakin tidak nyaman.
"Alee, kau baik-baik saja?" tanya Damian. Pria itu menyadari tangan Alee yang menggandengnya sedikit gemetar. Ketika ia memperhatikan wajah Alee yang pucat, ia semakin yakin Alee tidak baik-baik saja.
"Aku merasa tidak enak badan." Alee menjawab jujur. Ia tidak ingin berusaha tampak kuat saat tubuhnya menolak mengatakan sebaliknya.
"Aku akan mengantarmu untuk beristirahat," seru Damian.
"Tidak perlu, aku bisa kembali ke kamar sendiri." Alee tidak mungkin membuat Damian meninggalkan pesta hanya karena dirinya.
"Baiklah, kalau begitu," sahut Damian.
Alee kemudian melangkah meninggalkan aula, ia benar-benar tidak mengerti kenapa tubuhnya seperti ini. Tubuhnya berkeringat dingin, Alee menekan tombol lift ia menekan angka tempat kamarnya berada.
Di belakangnya tanpa Alee sadari, Ansell mengikutinya. Ansell menaiki lift berbeda. Namun, ia telah mengetahui di lantai mana kamar Alee berada.
Di aula, Ell yang berbincang dengan beberapa orang tidak melihat keberadaan Alee. Sejak tadi ia menyibukan dirinya agar tidak terlalu terfokus pada Alee.
Sulit menahan kerinduannya, ia ingin sekali membawa Alee ke dalam pelukannya, tapi itu jelas tidak akan ia lakukan meski keinginannya begitu besar.
Saat Ell mencari keberadaan Alee, Estella harus pergi ke toilet karena gaunnya terkena tumpahan anggur.
Di saat yang sama Ell juga tidak melihat keberadaan Ansell. Perasaan Ell menjadi tidak baik. Ia harus memastikan sesuatu.
Ell mendekati ayahnya yang tengah berbincang dengan dua pria seumuran dengan ayahnya. "Di mana Alee?"
"Alee merasa tidak enak badan. Sekarang dia kembali ke kamarnya," jawab Damian.
Ell mengerutkan keningnya. Bukankah tadi Alee terlihat baik-baik saja? Bagaimana bisa merasa tidak enak dalam waktu singkat.
"Di kamar mana Alee berada?" tanyanya lagi. Damian menyebutkan nomor kamar Alee tanpa banyak bertanya.
Tanpa mengatakan apapun, Ell menyusul Alee. Ia naik lift lalu sampai ke lantai kamar Alee berada. Ia menekan bel yang ada di pintu kamar di depannya, tapi tidak kunjung ada jawaban.
Perasaan Ell tidak baik, ia segera pergi untuk meminta kunci cadangan. Setelah mendapatkannya Ell kembali ke kamar Alee. Ia menempelkan kartu, dan pintu terbuka.
"BAJINGAN!" Ell meraung marah saat melihat Ansell menindih tubuh Alee yang tampaknya sedang memberontak.
Ansell terkejut melihat Ell ada di sana. Ia segera turun dari atas tubuh Alee. "Kenapa kau ada di sini, Ell? Kau mengganggu kesenanganku dan Alee," serunya tidak senang.
Ell melangkah cepat menuju ke Ansell. Ia melayangkan tendangan ke arah dada Ansell, dan mengenai pria itu dengan tepat.
"Kau benar-benar mencari mati, Ansell!" Ell menarik jas Ansell lalu lalu melayangkan tinjunya ke wajah Ansell, tapi Ansell segera mengelak. Perkelahian tidak terhindarkan lagi.
Ell benar-benar marah karena Ansell mencoba memperkosa Alee, dan Ansell, ia geram karena Ell mengganggu dirinya dan Alee. Jika pria itu tidak datang dan bersikap sok pahlawan, maka saat ini ia pasti sudah membuat Alee mengerang di bawahnya.
Dengan kemarahan yang besar, Ell mengerahkan segala kekuatannya hingga membuat Ansell babak belur.
Tidak ingin dipukuli lebih banyak, Ansell melarikan diri dari kamar Alee. Ruangan itu kini menjadi kacau, pecahan barang berserakan di lantai.
Ell melangkah menuju ke Alee yang saat ini masih berada di atas ranjang.
"Kau sudah aman, Alee. Tenanglah." Ell pikir Alee pasti merasa sangat ketakutan sekarang. Ansell, pria itu benar-benar iblis.
Kondisi Alee saat ini terlihat menyedihkan. Gaun yang Alee kenakan terkoyak di bagian dadanya. Ia juga melihat pergelangan tangan Alee yang merah, mungkin itu karena cengkraman Ansell.
Rambut Alee tampak sangat berantakan, wanita itu pasti terus memberontak dengan perasaan putus asa.
Memikirkannya membuat Ell merasa semakin marah. Ansell, ia tidak akan pernah melepaskan pria bajingan itu.
Alee tidak menjawab Ell. Bukan karena ia merasa sangat ketakutan. Benar, ia memang takut, tapi itu bukan alasan utama ia diam saja. Ia hanya tidak menyangka jika orang yang akan menyelamatkannya adalah lagi-lagi Ell.
"Aku akan menghubungi Daddy, tunggu sebentar." Ell mengeluarkan ponselnya, Saat ia hendak menelpon ayahnya, Alee meraih tangannya,
"Bantu aku." Alee memelas.
Ell melihat wajah Alee yang memohon padanya. "Apa yang harus aku lakukan?"
"Tubuhku terasa sangat panas. Aku yakin Ansell memasukan sesuatu ke dalam minumanku." Alee sudah memikirkan ini saat ia kembali ke kamarnya.
Setelah ia minum anggur ia menjadi seperti ini. Namun, ia tidak bisa menebak siapa yang melakukan itu padanya. Barulah saat Ansell menekan bel dengan berpura-pura menjadi pelayan hotel, Alee akhirnya menyadari bahwa Ansell yang telah memasukan afrodisiak ke dalam minumannya.
"Aku tidak bisa melakukannya." Ell sudah berjanji pada ibunya. Dan ia tidak ingin melanggar janji itu lagi.
"Aku sangat tersiksa, Ell. Tolong aku."
"Aku akan memanggil Daddy."
"Aku tidak membutuhkan Tuan Ingelbert. Aku membutuhkanmu!" geram Alee yang semakin tersiksa. Ia benar-benar putus asa sekarang. Ell sudah membantunya berkali-kali, apakah sangat sulit membantunya sekali lagi? "Jika kau benar-benar tidak bisa membantuku, maka pergilah dari sini," lanjut Alee kecewa, air matanya jatuh karena semua yang ia rasakan saat ini. Namun, ia tidak benar-benar ingin Ell meninggalkannya.
Jika saat ini Ell membantunya maka ia akan memberikan kesempatan kedua pada pria itu.
Batin Ell berperang sekarang, antara harus menepati janji atau membantu Alee. Ia membalik tubuhnya hendak pergi, tapi kakinya terasa berat untuk melangkah. Mengabaikan Alee adalah hal tersulit baginya.
Maafkan aku, Mom. Pilihan Ell adalah Alee. Pria itu mencintai Alee lebih dari ia mencintai ibunya sendiri.
Ell membalik tubuhnya kembali menghadap Alee. Kemudian ia menghampiri Alee, menghapus air mata wanita itu. "Aku akan membuatmu merasa lebih baik."
"Lakukanlah," seru Alee.
Ell kemudian mencium bibir Alee. Memberikan Alee sentuhan-sentuhan lembut yang membuat Alee semakin terbakar.
Setelahnya hanya suara desahan dan erangan yang memenuhi tempat itu.
tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top