28

Saat Alee dan Ell keluar dari villa, mereka bertemu dengan Estella yang ternyata masih berada di sana.

Estella mendekati Alee dengan wajah merah padam. "Kau benar-benar jalang, Alee! Kau menggoda tunanganku!" makinya marah.

"Jaga ucapanmu, Estella. Apa matamu buta? Akulah yang datang pada Alee, bukan dia yang datang untuk menggodaku!" Ell membalas ucapan Estella dengan tajam.

Mata Estella menangkap bercak kemerahan yang ada di leher Alee. Dadanya memburu karena marah. "Pelacur! Kau bahkan berhubungan seks dengan tunanganku! Aku akan menghancurkan wajahmu!" Estella mengarahkan kuku-kuku runcingnya pada Alee. Saat ini keanggunannya benar-benar lenyap, berganti dengan wajah asli seorang wanita yang tengah cemburu.

Ell menahan tangan Estella. "Jika kau berani melukai Alee sedikit saja, percayalah aku akan membatalkan pertunangan antara kau dan aku!"

Wajah Estella semakin buruk. "Hanya karena jalang ingin kau ingin membuangku!"

"Jangan melebih-lebihkan, Estella. Kau yang paling tahu sejak awal aku tidak pernah menginginkan pertunangan ini!" sinis Ell.

Estella kehilangan harga dirinya di depan Alee. Ell benar-benar memandang rendah dirinya. "Sampai kapan pun kau akan menjadi milikku, Ell! Kau sudah berjanji pada Mommymu untuk menikahiku!"

"Kau bisa mencobanya jika kau ingin melihat bagaimana aku memutuskan pertunangan antara kau dan aku!"

Nyali Estella menciut. Ia sangat menginginkan Ell. Ia tidak boleh kehilangan Ell. Pria itu harus menjadi miliknya. Tidak akan ia biarkan Alee menang darinya.

"Aku akan pulang sendiri, selesaikan masalahmu." Alee melangkah melewati Ell.

"Siapa yang menngizinkanmu pergi sendiri, Alee?!" Ell bersuara marah. Ia meraih tangan Alee. "Kau akan kembali bersamaku!" tekannya.

Setelah itu mereka masuk ke dalam mobil tanpa mempedulikan Estella.

Tubuh Estella gemetar karena kemarahan. Ell lagi-lagi meninggalkannya dan pergi bersama Alee. Kebenciannya pada Ell kini semakin meningkat. Dendam kini mengakar di hatinya. Tidak peduli betapa sakitnya, ia pasti akan menjadi istri Ell. Dengan begitu ia bisa membalas dendam pada Ell. Memenjarakan pria itu dengan statusnya.

Di dalam mobil yang sudah melaju, Alee hanya diam saja. Pembicaraan antara Ell dan Estella berputar-putar di otaknya.

Jadi pertunangan itu tidak pernah Ell inginkan. Ia pikir Ell juga mencintai Estella, tapi melihat bagaimana Ell bersikap pada Estella, itu jelas bukan cara seorang pria mencintai wanitanya.

Namun, ada kata-kata lain yang membuat dada Alee terasa sesak. Ell telah berjanji pada ibunya untuk menikahi Estella.

Perasaan Alee campur aduk. Ia sudah mempersiapkan hati sejak lama, tapi rasanya masih menyakitkan mendengar langsung Ell akan menikah dengan Estella.

Alee tiba-tiba tidak mengenali dirinya sendiri. Apa yang salah dengannya? Kenapa ia jadi seperti ini lagi? Sejak awal Ell tidak pernah ditakdirkan untuk dirinya, ia sudah menyadari itu. Lalu, kenapa ia masih harus berharap?

Ia juga telah memegang prinsip bahwa pengkhianatan tidak akan pernah ia maafkan. Lalu, kenapa ia masih merasa buruk seperti ini? Ia tidak ingin merusak prinsipnya sendiri.

"Aku minta maaf karena tindakanku kau dimaki oleh Estella." Ell memiringkan wajahnya. Sejak tadi ia memikirkan ini, dan ia perlu meminta maaf pada Alee. Ia lah yang membawa Alee, jadi tidak seharusnya Alee yang dimaki.

Alee memasang wajah tenang. "Aku sudah biasa menghadapinya. Itu bukan sesuatu yang harus dipikirkan."

Mendengar itu, Ell semakin merasa bersalah. Tidak, ia benar-benar tidak menyesal membawa Alee bersamanya. Ia hanya menyesal bahwa ia memiliki tunangan seperti Estella.

Tidak ada lagi yang bisa Ell katakan. Ia hanya terus menyetir dengan sesekali melihat ke arah Alee. Wanita itu kini telah terlelap.

Tangan Ell bergerak membelai rambut Alee. "Aku sangat mencintaimu, Alee. Sangat-sangat mencintaimu." Ell hanya bisa mengutarakannya ketika Alee terlelap.

Alee belum sepenuhnya terlelap saat Ell mengucapkan itu, tapi ia juga tidak sepenuhnya sadar. Ia merasa itu adalah sebuah mimpi yang indah. Mimpi yang dahulu sangat ia harapkan. Setelahnya Alee tertidur nyenyak.

Mobil Ell sampai di kediaman ayahnya. Ia tidak ingin membangunkan Alee, jadi ia memutuskan untuk menggendong Alee. Namun, sebelum ia menggendong Alee, wanita itu telah terjaga dari tidurnya.

"Sudah sampai." Ell memberitahu Alee.

Alee melihat ke luar mobil, ternyata memang sudah sampai di kediaman Damian.

Alee keluar dari mobil. Ia tidak melihat ke arah Ell sama sekali.

"Alee, tunggu." Ell menghentikan Alee.

Alee berbalik melihat Ell yang berdiri di belakangnya.

"Apakah kau benar-benar tidak pernah mencintaiku?" Ell menanyakan sesuatu yang pernah ia tanyakan sebelumnya.

"Jika jawabanku berubah, apakah itu membuatmu lebih baik?" tanya Alee.

"Aku hanya ingin memastikannya lagi, Alee."

"Sekarang biar aku yang bertanya padamu." Alee juga memiliki pertanyaan yang sama. "Apa alasanmu dahulu menjadikanku kekasihmu? Apakah saat itu kau memiliki perasaan terhadapku?"

Pertanyaan Alee membuat Ell terdiam. Apa yang harus Ell jawab. Haruskah ia berkata jujur bahwa alasannya menjadikan Alee kekasihnya adalah karena taruhan dengan Ansell.

"Kenapa diam saja, Ell? Apakah terlalu sulit menjawab pertanyaanku?" tanya Alee. "Lupakan saja, tidak penting membahas masa lalu." Alee membalik tubuhnya lalu melangkah meninggalkan Ell.

Hari ini adalah hari libur, Alee menggunakan hari liburnya untuk berolahraga. Saat ini ia tengah berenang. Setelah setengah jam berenang, Alee keluar dari kolam renang. Ia duduk di kursi berjemur, di meja sebelah kursi itu terdapat secangkir minuman.

Alee meraihnya lalu menyeruput minuman rasa lemon itu. Wanita itu berjemur di bawah hangatnya matahari pagi.

"ALEE! ALEE! DI MANA KAU!" Suara marah itu terdengar sayup di telinga Alee.

Alee tahu siapa pemilik suara itu. Ia sudah menduga pagi ini akan kedatangan tamu. Alee meraih jubah mandinya lalu mengenakannya. Wanita itu tidak berniat menghampiri tamu yang datang. Ia hanya menunggu di tempatnya sembari menyesap minumannya.

"Rupanya di sini kau, Jalang!" Ini masih pagi, tapi Alee sudah mendapatkan makian.

Alee turun dari kursi berjemur, ia lalu menatap wajah wanita yang murka padanya. "Nyonya Zara benar-benar tahu cara menyapa dengan baik. Selamat pagi, Nyonya Zara." Alee tersenyum pada Zara.

Tangan Zara melayang ke wajah Alee, tapi Alee tidak memberi Zara kesempatan untuk menyakitinya lagi. Zara sudah melakukan terlalu banyak hal padanya.

"Untuk alasan apa Anda ingin menamparku?" Alee meremas kuat pergelangan tangan Zara.

"Kau pelacur sialan! Setelah Damian, kau juga merangkak naik di ranjang Ell!" desisnya.

Alee mendengus geli. "Tanyakan pada putramu siapa yang memulainya?! Jika kau ingin memaki orang maka maki saja sendiri putramu!"

Zara melayangkan tangannya yang lain, tapi Alee menangkapnya lagi. "Lepaskan tanganku, Pelacur!"

Alih-alih melepaskan, Alee mencengkramnya lebih kuat. Jika bisa ia akan mematahkan tangan Zara. Wanita sialan di depannya sudah mencoba untuk membunuhnya. Ia benar-benar membenci wanita jenis Zara.

Suara desisan keluar dari mulut Zara, ia merasa sakit pada pergelangan tangannya. "Lepaskan aku!" Zara meronta.

Alee tersenyum kecil, sebuah senyuman iblis yang mengerikan. "Aku ingin sekali mematahkan tanganmu ini, Nyonya Zara."

Pada saat ini Zara merasa ngeri. Ia tahu apa yang Alee katakan datang dari hatinya. Sekarang wajah asli Alee terlihat, wanita itu tidak lembut sama sekali. Melainkan rubah yang bersembunyi di balik wajah cantiknya.

"Apa yang terjadi di sini?" Suara Damian terdengar dari belakang Zara.

"Wanita sialanmu ingin mematahkan tanganku! Damian, kau harus tahu! Pelacur sialan ini tidur dengan putramu sendiri!" Zara mengadu pada Damian. Ia yakin setelah ini Damian pasti akan membuang Alee ke jalanan.

Jika Damian saja tidak bisa memaafkan ia karena berselingkuh, apalagi Alee yang jelas-jelas tidur dengan Ell tanpa sepengetahuan Damian.

"Omong kosong apa yang kau katakan!" seru Damian. Ia tahu Zara mengatakan yang sebenarnya, karena semalam Marcus memberitahunya Alee kembali diantar oleh Ell. Namun, itu sesuatu yang bagus untuknya.

Damian yakin Ell sangat mencintai Alee, jadi jika keduanya bisa kembali bersama itu akan lebih baik. Saat ini keduanya hanya memerlukan jalan, sedangkan dirinya tidak berhak ikut campur.

Jika Ell berhasil membuat Alee melanggar prinsipnya sendiri itu benar-benar sebuah keajaiban.

"Berhenti membuat keributan di tempatku, Zara. Pergi dari sini!" Damian mengusir Zara.

Alee melepaskan kedua tangan Zara, warna kemerahan terlihat jelas di bekas cengkraman Alee.

"Bukan aku yang seharusnya diusir dari sini, Damian, tapi pelacur ini!" Zara menunjuk Alee. Mata tajamnya mengantarkan kebencian yang teramat banyak.

"Kau tidak perlu mengajariku! Pergi sebelum kau diseret oleh penjaga!" tegas Damian.

Zara menatap Damian sinis. "Wanita ini sudah mengkhianatimu dengan putramu sendiri, dan kau masih membiarkannya di sisimu, bukankah kau terlalu murah hati, Damian?!"

"Aku melakukan hal yang sama padamu dulu, Zara. Aku benar-benar terlalu murah hati padamu!" desis Damian. "Marcus!" Damian akhirnya memanggil kepala pelayannya.

Marcus datang. "Bawa wanita ini keluar dari sini, dan jangan pernah izinkan dia masuk lagi ke dalam rumah ini. Jika hal itu sampai terjadi lagi maka aku akan memecatmu!"

Marcus mengerti dengan cepat. "Nyonya, silahkan keluar dari sini."

"Damian, kau pasti akan menyesal telah memperlakukan aku seperti ini!" sinis Zara.

Damian tidak menjawab. Sejujurnya ia lebih menyesal lagi tidak melakukan hal seperti ini sejak awal. Setelah melihat tingkah Zara yang tidak berubah, ia menjadi sangat muak pada Zara. Tidak ada lagi cinta untuk wanita seperti Zara.

Damian akhirnya benar-benar berhenti pada kebodohannya.

Setelah Zara dibawa keluar dari rumah itu, Damian mendekati Alee. Lagi-lagi Alee harus berurusan dengan Zara. Ini semua karena dirinya yang melibatkan Alee dalam hidupnya.

"Kau baik-baik saja, Alee?" tanya Damian khawatir.

Alee tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja, Tuan Ingelbert."

"Baguslah kalau begitu."

"Aku akan kembali ke kamar sekarang."

"Ya, silahkan."

Alee lalu meninggalkan Damian. Ia tahu Damian tidak akan terlalu banyak bicara, pria itu tidak terlalu ingin tahu tentang kehidupan pribadinya.




tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top