27
Guys, baca juga cerita aku yang judulnya Sleeping With the Devil. Baca pas masih on going yes. Aku biasa hapus kalo dah tamat. Tq.
Btw aku slow update ya habis ini.
Yang mau baca cepet bisa beli pdf di aku 50k, atau eook di playstore 66k
Wa 085788190001 (yuyun)
****
"Sudah sampai. Turunlah."
Alee mengikuti ucapan Ell. Ia turun dari mobil. Di depannya ada sebuah bangunan dua lantai berwarna putih. Cahaya lampu menerangi halaman rumah yang cukup luas itu.
Seorang penjaga membuka pintu. Ia segera menghampiri Ell dan Alee. "Selamat datang, Tuan Muda." Pria paruh baya itu menyapa Ell.
"Paman, aku akan tinggal di sini selama dua hari. Kau bisa kembali ke rumahmu sekarang," seru Ell.
"Baik, kalau begitu selamat malam, Tuan Muda." Pria itu menunduk lalu meninggalkan Ell dan Alee.
"Di mana ini?" tanya Alee.
"Villa milikku. Masuklah." Ell memerintahkan Alee untuk masuk lebih dahulu darinya.
"Kenapa kau membawaku ke sini? Aku ingin pulang." Alee tidak ingin terjebak di villa itu berdua saja dengan Ell.
"Aku akan membawamu pulang lusa," balas Ell. Ia tidak meminta persetujuan dari Alee karena ia memaksa wanita itu untuk berada di sisinya selama dua hari ke depan.
"Aku tidak mau. Aku ingin pulang."
Ell tahu Alee pasti akan menolak seperti ini. Ia mengangkat tubuh Alee seperti seorang penculik.
"ELL!" Alee memekik karena terkejut. "Turunkan aku!" Ia menggerakan kakinya menendang tubuh Ell.
"Kau tidak punya pilihan lain selain berada di sini bersamaku selama dua hari, Alee." Ell masih menggendong Alee. Ia membawa wanita itu menaiki tangga, lalu ia membuka sebuah kamar dan menurunkan Alee di sana.
"Tunggu di sini, aku akan menyiapkan air hangat untukmu. Berendam air hangat akan membuat tubuhmu lebih baik." Ell melangkah menuju ke kamar mandi.
Alee tidak punya pilihan lain selain mengikuti ucapan Ell. Saat ini hari sudah larut, ia juga tidak memiliki kendaraan untuk kembali ke kediaman Damian.
Jika ia memaksa berkeliaran di jalan maka pasti ia akan menjadi santapan orang jahat.
Beberapa saat kemudian Ell keluar dari kamar mandi. "Mandilah. Aku sudah menambahkan cairan lavender agar pikiranmu tenang."
"Terima kasih." Alee tidak memiliki kata-kata lain selain yang ia ucapkan barusan.
Selagi Alee berendam, Ell menghubungi penjaga villanya untuk membelikan pakaian untuk Alee.
"ELL! ELL!" Suara teriakan itu sampai di telinga Ell.
"Apa yang kau lakukan di sini, Estella!" Ell terlihat tidak suka melilhat Estella berada di sana.
"Aku yang seharusnya bertanya, apa yang kau lakukan di sini dengan simpanan Daddymu!" seru Estella marah. Ia tunangannya, tapi tidak pernah dibawa ke tempat ini oleh Ell. Jika saja ia tidak mengikuti Ell dan Alee maka ia tidak akan tahu keberadaan Ell dan Alee sekarang.
"Itu bukan urusanmu! Sekarang cepat pergi dari sini!" usir Ell tak berperasaan.
"Aku tunanganmu, jadi ini adalah urusanku. Kau milikku, Ell. Ingat itu!"
"Aku bukan milikmu, dan tidak akan pernah jadi milikmu. Jangan berpikir dengan statusmu sebagai tunanganku kau bisa mengaturku, Estella. Kau tidak memiliki hak sama sekali!" tegas Ell.
"Aku akan menghubungi Mommymu, lihat apakah kau bisa menjelaskan padanya atau tidak!" Estella mengancam Ell sekali lagi.
"Kau benar-benar membuatku muak, Estella." Ell menarik tangan Estella. Membawa wanita itu keluar dari villa nya.
Ell menghempas kasar tubuh Estella, untung saja wanita itu tidak jatuh ke lantai karena tindakan kasar Ell. "Lakukan apapun yang kau mau. Aku tidak peduli!" Ell membalik tubuhnya masuk ke dalam rumah lalu mengunci pintu agar Estella tidak masuk lagi.
"Apa yang terjadi?" Tidak jauh dari Ell ada Alee yang baru saja selesai mandi. Wanita itu mengenakan jubah mandi dengan rambutnya yang masih basah.
"Tidak ada. Keringkan rambutmu. Kau bisa sakit jika membiarkan rambutmu basah seperti itu." Ell melangkah mendekati Alee.
"ALEE! ALEE! KELUAR KAU!" Dari luar Estella berteriak. Wanita itu benar-benar keras kepala.
"Tunanganmu berada di luar," seru Alee.
"Abaikan saja."
"ELL! BUKA PINTUNYA! AKU TUNANGANMU! BIARKAN AKU MASUK!"
"Sebaiknya kau biarkan dia masuk. Ini sudah terlalu larut untuk membiarkannya berkeliaran di luar."
"Biarkan saja. Itu inisiatif nya sendiri datang ke sini. Kau tidak perlu memikirkan nasibnya," balas ELL
"ELL! ELL! BUKA!" Estella masih enggan menyerah. Ia tidak akan membiarkan Ell bersama dengan Alee.
"Ayo naik ke atas. Aku akan mengeringkan rambutmu." Ell meraih tangan Alee. Membawa wanita itu kembali ke kamar tanpa peduli teriakan Estella yang masih terdengar.
Alee duduk si sebuah kursi di depan cermin. Di belakangnya ada Ell yang berdiri sembari mengeringkan rambutnya.
Mata Alee memperhatikan Ell yang tampak serius dengan kegiatannya saat ini. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya.
Dahulu ketika ia masih berhubungan dengan Ell, pria itu tidak pernah melakukan hal-hal manis seperti ini padanya. Dan sekarang, setelah hubungan mereka telah berakhir Ell memperlakukannya dengan cara yang tidak semestinya dilakukan oleh seorang pria yang telah memiliki tunangan.
Sikap Ell memang selalu membuatnya bingung, tapi kali ini lebih dari sebelumnya. Pria itu bahkan mengabaikan tunangannya sendiri demi dirinya. Alee tidak tahu ia harus melakukan apa sekarang.
"Sudah selesai." Ell mematikan alat pengering rambut di tangannya dan meletakannya kembali ke tempatnya.
Alee berdiri dari kursinya. "Terima kasih."
"Pakaianmu akan tiba sebentar lagi. Aku akan membuatkanmu minuman hangat. Itu akan membantu menghangatkan tubuhmu," seru Ell. Pria itu terlalu memikirkan Alee hingga ia lupa bahwa ia sendiri belum mandi. Ia masih mengenakan pakaian yang sama yang ia pakai saat masuk ke dalam kolam renang tadi.
"Kau sebaiknya mandi dulu," seru Alee. "Biar aku yang membuat minuman hangat."
"Baiklah." Ell kemudian melangkah ke kamar mandi. Sementara Alee, ia pergi turun ke lantai bawah. Menyusuri villa itu mencari dapur. Syukurlah ia menemukannya dengan cepat, tidak perlu berputar-putar di villa yang cukup besar itu.
Alee membuka lemari penyimpanan bahan makanan. Ia menemukan sesuatu yang ia butuhkan di sana. Alee membuat dua cangkir lemon madu hangat. Minuman ini baik untuk mencegah flu, sangat pas untuk dirinya dan Ell yang sudah kedinginan untuk beberapa waktu.
Alee membawa dua cangkir minuman yang ia buat ke kamar. Saat ia membuka pintu, ia menemukan Ell sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian santai. Pria itu terlihat lebih segar dari biasanya.
"Kau sudah selesai." Ell mendekat ke arah Alee. "Baunya sangat harum."
"Duduk di sana. Aku akan mengeringkan rambutmu."
"Ah, baiklah." Ell segera melangkah menuju ke kursi yang diduduki oleh Alee tadi.
Kini gantian Alee yang mengeringkan rambut Ell. Sepanjang Alee mengeringkan rambut Ell, sepanjang itu juga Ell melihat wajah cantik Alee. Ia benar-benar menginginkan wanita ini menjadi miliknya. Kenapa takdir membuat keinginannya sangat sulit untuk diwujudkan?
"Sudah selesai," seru Alee.
Alih-alih berdiri, Ell malah menarik Alee ke atas pangkuannya. Tanpa memberi kesempatan pada Alee untuk protes, Ell telah membungkam bibir Alee dengan bibirnya.
Awalnya Alee mencoba untuk mendorong Ell, tapi akhirnya lagi-lagi ia menyerah terhadap Ell.
Tangan Ell bergerak, membelai paha Alee. Ell tahu benar titik-titik sensitif Alee. Bahkan jika Alee tidak menginginkannya, Alee pasti masih akan bereaksi.
Alee meracau saat jemari Ell membelai titik sensitifnya. Ia merasa malu karena erangan yang keluar dari mulutnya, tapi meski ia mencoba untuk menahan erangan itu dengan menutup mulutnya ia tetap tidak bisa. Suara erangannya masih terdengar.
Dari sebuah penolakan di awal, akhirnya Alee menyerahkan dirinya. Menikmati kesenangan yang diberikan oleh Ell tanpa memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini.
Otaknya menjadi tumpul, yang ia rasakan hanya ledakan gairah. Tubuhnya menjadi basah. Semakin banyak kesenangan mengalir.
Di dalam kamar itu terdapat sebuah tempat tidur yang besar. Ell membaringkan tubuh Alee di sana. Pakaian keduanya sudah berserakan di lantai.
Ell menciumi sekujur tubuh Alee. Ia membangkitkan gairah Alee sepenuhnya. Lidahnya menjilat dan menghisap payudara Alee yang terasa lebih besar dari bertahun-tahun lalu.
Tubuh Alee menegang dengan desahan lembut yang keluar dari mulutnya membuat Ell semakin bernapsu.
Menikmati setiap permainan Ell, Alee membalas setiap gerakan Ell. Tangannya membelasi dada Ell, bermain-main dengan otot perut Ell yang kencang. Setelah itu turun lebih ke bawah, membelai daging segar Ell yang telah berdiri tegak.
Mata Ell menjadi kabur. Ia mengerang nikmat. Alee-nya menjadi lebih pintar sekarang. Dahulu ia ingat Alee adalah seorang yang pemalu. Wanita itu selalu dibimbing olehnya ketika mereka melakukan hubungan badan. Dan sekarang, Alee bisa melakukannya sendiri tanpa diajari.
Ell kembali melumat bibir Alee penuh gairah. Alee selalu membuatnya gila.
Setelah itu kejantanan Ell masuk ke milik Alee. Bermain di sana dengan irama pasti yang lama kelamaan semakin cepat dan dalam. Erangan memenuhi kamar itu. Tubuh keduanya semakin basah oleh keringat.
Kedua tangan Alee meremas punggung Ell. Rasa sakit terasa setiap kali Ell menghujamnya lebih dalam.
Ell memandangi wajah Alee yang tampak sangat seksi. Alangkah baiknya jika waktu berhenti sekarang. Jika tetap bisa bersama seperti ini selamanya.
Pikiran Ell melayang, detik selanjutnya klimaks menyapu dirinya. Suara geraman kasar keluar dari mulutnya. Kesanangan yang ia rasakan menjalar di sekujur tubuhnya.
Aku mencintaimu... Ell ingin sekali mengucapkan kalimat itu, tapi hanya tertahan di kerongkongannya. Dan pada akhirnya hanya tersimpan di dalam hatinya.
Setelah percintaan panas itu, Ell tidak langsung bangkit dari kasur. Ia menjatuhkan dirinya di sebelah Alee lalu memeluk wanita itu. Ia ingin merasakan kehangatan tubuh Alee lebih lama lagi.
Sedangkan Alee, air mata mengalir di wajah wanita itu. Ia telah bertahan selama bertahun-tahun agar tidak menjatuhkan dirinya lagi ke dalam pelukan Ell. Namun, hari ini ia lagi-lagi dikalahkan oleh Ell.
Ia benar-benar merindukan setiap sentuhan Ell pada tubuhnya hingga ia terhanyut dan lupa bahwa enam tahun ia bertahan tanpa kesenangan semata itu.
Ia membenci wanita yang hadir di tengah-tengah hubungan orang lain, tapi hari ini ia menjadi wanita itu. Bisa-bisanya ia berada di ranjang yang sama dengan tunangan wanita lain.
Alee tidak bisa tidak mengutuk dirinya sendiri karena tidak bisa menggunakan akal sehatnya dengan benar. Sekarang apa bedanya dirinya dengan Cathleen dan Zara?
Untuk beberapa saat mereka berada dalam posisi yang sama, sampai akhirnya Alee mendengarkan dengkuran pelan napas Ell.
Ia segera turun dari ranjang. Memakai kembali jubah mandinya.
Alee pikir ia harus segera pergi dari sana. Namun, tidak mungkin baginya untuk keluar dengan jubah mandi yang ia kenakan saat ini.
Suara ketukan terdengar dari pintu. Alee segera menutupi tubuh Ell dengan selimut, lalu ia berjalan ke arah pintu.
"Nyonya, ini adalah pesanan Tuan Muda." Penjaga villa memberikan sebuah paper bag berwarna biru tua.
"Ah, ya, terima kasih." Alee meraih paper bag itu kemudian ia segera menutup pintu lagi.
Alee pikir isi paper bag itu pasti pakaian untuknya. Ia membukanya dan benar saja, pakaian tidur malam serta dua set pakaian lainnya ada di sana beserta dengan pakaian dalam.
Alee memakai dalaman yang ukurannya sangat pas dengannya. Setelah itu ia mengambil dress berwarna hijau tua. Ell benar-benar tahu ukuran pakaiannya.
Setelah mengenakan pakaian, ia bersiap untuk pergi. Namun, ketika ia hendak meraih pintu, suara serak Ell terdengar.
"Kau mau pergi ke mana, Alee?" Ell turun dari ranjang tanpa mengenakan celana terlebih dahulu. Ia berdiri di belakang Alee.
Alee membalik tubuhnya. "Aku tidak ingin berada di tempat ini lebih lama."
"Aku akan mengantarmu besok pagi. Ini sudah terlalu larut untuk menyetir." Ell masih ingin menahan Alee bersamanya.
"Jika kau tidak ingin mengantarku maka aku akan pergi sendiri. Mungkin akan ada taksi yang melintas." Alee keras kepala, dan Ell tahu itu.
"Kau benar-benar keras kepala." Ell kalah. "Aku akan mengantarmu." Ell berbalik, ia meraih pakaiannya dan segera keluar dari kamarnya.
tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top