4.

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑅𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*
.
.
.
.
.

𝐍𝐨𝐭𝐞: 𝐈𝐛𝐮𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐧𝐞𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐢𝐛𝐮𝐧𝐝𝐚, 𝐜𝐮𝐦𝐚 𝐝𝐢 𝐬𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭 𝐛𝐢𝐚𝐫 𝐬𝐢𝐦𝐩𝐥𝐞 :𝐯

"Malik putraku sayang, ibun rindu banget sama kamu." Wanita itu a.k.a Marlina Gabriella El Mervyn 𝘯𝘦́𝘦 Delvino ibu kandung dari Malik dan Marvel mendekati Malik dan mengecup kedua pipinya, dan di balas oleh Malik dengan kecupan di pipi kanannya

Leo yang melihat kedatangan ibunya mereka berdua langsung pamit tanpa suara dan pergi tanpa Marlina sadari, lalu Marvel membawa cangkir yang tadi di pakai minum olehnya dan Leo, dan cangkir yang Malik pakai dia tinggalkan di atas meja karena Malik belum selesai meminumnya.

"Aku juga rindu sama ibun, ohya ibun kesini sendirian kah." Malik memiringkan kepalanya

Marlina tersenyum sambil menjawab, "ibunda kesini bareng adik kamu si Marvin, Marvin bilang dia rindu ketemu kamu makanya ibunda ajak pulang."

"(Cih adek gua cuma Marvel anjing) loh Marvin nya mana." Malik berpura-pura mencari Marvin

"Loh tadi perasaan Marvin ada di belakang ibunda." Marlina kembali menuju pintu untuk mencari Marvin

Seorang remaja seumuran Marvel bersurai hitam dan bermanik Green Forest a.k.a Marvin Lewis Hawley Mervyn berlari menghampiri Marlina

"Yaampun Marvin kamu tadi kemana, ibunda sama kak Malik panik loh kamu gaada." Ucapan Marlina membuat Malik mencibir pelan

"Tadi aku liat ada kucing kecil warna hitam lucu banget ibunda, awalnya aku pengen gendong kucingnya tapi gajadi karna Marvin ingat klo Marvin alergi kucing." Marvin berkata dengan polos

Malik yang muak dengan Marvin meminum habis kopinya lalu bilang, "ibun, aku mau naruh cangkir ku di dapur dulu ya." Malik lalu pergi kearah dapur

Malik melihat adiknya makan puding yang gatau dapet dari mana, dan Malik menghampiri Marvel dengan niat ingin meminta puding yang dia makan

"Tdi siapa bang." Tiba tiba Marvel bicara

"Tadi ibuku sekaligus ibunya Marvel yang asli, lalu anak yang baru masuk itu anak angkat keluarga Mervyn, jangan terpancing dengan apa yang bocah pungut itu lakukan, bisa saja dia menjebakmu seperti dia menjebak Marvel." Malik tidak jadi meminta puding, melainkan dia menaruh cangkir yang dia bawa ke wastafel

"Aku mengerti." Marvel menaruh piring kotor bekas puding tadi ke wastafel

"Gua pengen ngurusin mereka berdua, lu bisa balik ke kamar lu." Malik kembali menghampiri Marlina dan Marvin

"Aneh kenapa ibu dari tubuh ini seperti tidak menganggap keberadaanku, ahh sudahlah." Marvel bergumam dengan pelan

Marvel menuju ke arah tangga yang ada di ruang tamu untuk pergi ke kamarnya yang ada di lantai 2, Marvin yang melihat Marvel berjalan menuju kamarnya menyapanya

"Marvel, kamu dah sembuh." Marvin berkata dengan nada senang

Marvel yang mendengar ada yang memanggil namanya menghentikan langkahnya dan dia melihat kearah Marvin, setelah melihat siapa yang memanggilnya dia lalu kembali melangkah tanpa menanggapi ucapan Marvin.

Marlina yang melihat Marvel mengabaikan perkataan Marvin mulai marah.

"Marvel, jawab ucapan adikmu barusan, jangan bertindak tidak sopan dengan mengabaikan ucapannya." Marlina membentak Marvel dan membuat Marvel malas berurusan dengannya

Marvel membalikkan badannya kearah mereka sambil berkata, "kalian berdua siapa?" Ucapan Marvel membuat Marlina dan Marvin bingung, sedangkan Malik menepuk jidatnya pelan

"Jangan pura-pura tidak mengenal kami Marvel." Ucap Marlina

"Ibun, Malik lupa bilang klo Marvel tuh Amnesia, dia gak kenal siapapun bahkan pas bangun dia gatau namanya sendiri." Malik menggaruk kepalanya yang tidak gatal

"Marvel lupa sama Marvin ya." Marvin menatap sedih Marvel

"Lo gausah sok kenal." Marvel kembali menuju kekamarnya tanpa mempedulikan mereka

"Marvel sifatnya jadi berubah semenjak amnesia ibun, ibun jangan hukum Marvel karna tidak sopan ya bun." Malik pura-pura sedih

"Cih walaupun dia amnesia ibunda bakalan terap menghukumnya karna tidak sopan." Marlina berniat menyusul Marvel tetapi di cegat oleh Malik

"Ibun, Malik saranin untuk saat ini jangan apa apain Marvel, Marvel yang sekarang kalo marah harus di hentiin sama 6 pria dewasa sekaligus." Malik asal bicara

"Jangan bercanda Malik, bagaimana anak itu bisa sekuat itu." Respon Marlina

"Malik gatau, yang tau itu Dirgan soalnya Dirgan waktu itu gak sengaja bikin Marvel marah." Malik berusaha untuk tidak terlihat panik

"Marvin kamu ke kamarmu dulu, ibunda mau bicara sama kak Malik dulu." Marlina mengelus surai hitam Marvin

"Baik ibunda." Marvin berjalan ke kamarnya yang berada di dekat tangga

"Kamu itu gimana sih Malik, ibunda kan udah bilang berkali-kali jangan bela anak sialan itu." Ucap Marlina

"Stop panggil Marvel anak sialan, klo misalnya Marvel anak sialan terus aku ini apa bun, aku dan Marvel itu sama sama anak haram bun, kenapa sih ibunda benci sama Marvel, apa karna Marvel mirip banget Daddy, ibun gk benci aku karna aku pewaris Pendragon kan? Klo sikap ibun ke Marvel gk berubah jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu pada salah satu dari kalian di kemudian hari." Malik lalu pergi ke kamarnya yang berada di sebelah kamarnya Marvel

"(Sebenarnya kenapa aku membenci anak itu)." Marlina bertanya di dalam hatinya

.
.
.
.
.

"Cih wanita itu benar benar menyebabkan." Marvel merebahkan tubuhnya ke kasur, dan dia menutup matanya

'kᥱᥒᥲ⍴ᥲ kᥲᥙ 𝗍іძᥲk mᥱmᑲᥙᥒᥙһ ᥕᥲᥒі𝗍ᥲ і𝗍ᥙ sᥲȷᥲ ᥱᥣᥱs𝗍іᥲᥣ' terdengar suara dari kepalanya Marvel

"Eh tunggu." Marvel tiba tiba duduk dan menghadap kearah cermin, "lu kenapa baru nongol anjing, nongol nongol langsung minta gua buat ngebunuh orang."

Terlihat bayangan yang ada di cermin berbeda dengan Marvel, Marvel yang berambut violet panjang hingga sedada dan di biarkan tergerai, menggunakan Oversized Shirt berwarna putih dan celana pendek selutut bewarna hitam.

Sedangkan bayangan yang ada di cermin adalah dirinya tetapi rambut violet bermodel two block haircut, menggunakan hoodie hijau ber-syal merah-kuning dan menggunakan jeans berwarna abu-abu, dan jangan lupakan mata kanannya yang bewarna biru langit yang terlihat menyala.

'һᥱһᥱһᥱ ᥲkᥙ ᑲᥲrᥙ ᑲіsᥲ kᥱᥣᥙᥲr ძrі 𝗍ᥱm⍴ᥲ𝗍 і𝗍ᥙ'

"Tempat itu? Maksudmu."

'kᥲᥙ іᥒgᥲ𝗍kᥲᥒ 1 ᑲᥙᥣᥲᥒ sᥱᑲᥱᥣᥙm kᥲᥙ 𝗍іᥲძᥲ ძіrіkᥙ 𝗍іᑲᥲ-𝗍іᑲᥲ mᥱᥒgһіᥣᥲᥒg'

"Ohiya gua inget, lu nyasar gitu ceritanya."

'ᑲіsᥲ ძіᑲіᥣᥲᥒg іᥡᥲ ᑲіsᥲ ძіᑲіᥣᥲᥒg 𝗍іძᥲk, ᥡᥲᥒg ⍴ᥲs𝗍і ᥲkᥙ ᥲძᥲ ძі sᥱᑲᥙᥲһ ძᥙᥒіᥲ ᥡᥲᥒg ᥲᥕᥲᥣᥒᥡᥲ 𝗍ᥙһ 𝗍ᥱm⍴ᥲ𝗍 і𝗍ᥙ ᥲძᥲᥣᥲһ һᥙ𝗍ᥲᥒ ᑲᥱᥣᥲᥒ𝗍ᥲrᥲ, ᑲᥲᥒᥡᥲk һᥲᥣ ᥡᥲᥒg 𝗍ᥱrȷᥲძі ძіsᥲᥒᥲ'

'ᑲᥲᥒᥡᥲk ⍴ᥱ⍴ᥱrᥲᥒgᥲᥒ ᥡᥲᥒg 𝗍ᥱrȷᥲძі ძіsᥲᥒᥲ, ᥲkᥙ ძіsᥲᥒᥲ ძіkһіᥲᥒᥲ𝗍і ᥆ᥣᥱһ ᥆rᥲᥒg ᥡᥲᥒg ⍴ᥲᥣіᥒg kᥙ ⍴ᥱrᥴᥲᥡᥲі, ᥆rᥲᥒg ᥆rᥲᥒg ᥡᥲᥒg mᥱᥒgһіᥲᥒᥲ𝗍і kᥙ ᑲᥱrkᥲ𝗍ᥲ ᥲkᥙ ᥱg᥆іs'

'ᥲᥡ᥆ᥣᥲһ ᥲkᥙ mᥱᥣᥲkᥙkᥲᥒ і𝗍ᥙ sᥱmᥙᥲ ძᥱmі mᥱrᥱkᥲ, ᥲkᥙ ȷᥙgᥲ sᥱm⍴ᥲ𝗍 ძііᥒᥴᥲr ᥆rᥲᥒg 1 ძᥙᥒіᥲ і𝗍ᥙ'

'ᥲkᥙ һᥱrᥲᥒ, ᥲkᥙ mᥱrᥲsᥲ sᥙძᥲһ ᥣᥲmᥲ ᑲᥱrᥲძᥲ ძі ძᥙᥒіᥲ і𝗍ᥙ 𝗍ᥱ𝗍ᥲ⍴і kᥱᥒᥲ⍴ᥲ ᥲkᥙ һᥲᥒᥡᥲ mᥱᥒіᥒggᥲᥣkᥲᥒ ძіrіmᥙ 2 ᑲᥙᥣᥲᥒ sᥲȷᥲ ᥡᥲ'

"Entahlah, bagaimana kau keluar tempat itu?"

'kᥲmі ⍴ᥱrgі kᥱ sᥱᑲᥙᥲһ ᥣᥲᑲ, ძіsᥲᥒᥲ ᥲძᥲ 𝗍᥆mᑲ᥆ᥣ ᥡᥲᥒg ᑲіsᥲ mᥱmᑲᥲᥕᥲ kᥲmі kᥱᥣᥙᥲr 𝗍ᥱ𝗍ᥲ⍴і 𝗍᥆mᑲ᥆ᥣ і𝗍ᥙ 𝗍ᥱr𝗍ᥙ𝗍ᥙ⍴ kᥲᥴᥲ ᥡᥲᥒg 𝗍іძᥲk ᑲіsᥲ ძіһᥲᥒᥴᥙrkᥲᥒ, ძᥲᥒ ᥱᥒ𝗍ᥲһ kᥱᥒᥲ⍴ᥲ 𝗍іᑲᥲ 𝗍іᑲᥲ mᥙᥒᥴᥙᥣ ᥲᥒgkᥲ ᥡᥲᥒg mᥱᥒgһі𝗍ᥙᥒg mᥙᥒძᥙr ᥲ𝗍ᥲᥙ mᥲȷᥙ ᥡᥲ gᥙᥲ ᥲgᥲk ᥣᥙ⍴ᥲ'

'ძᥲᥒ ᥲkᥙ 𝗍іᑲᥲ-𝗍іᑲᥲ kᥱmᑲᥲᥣі kᥱ ⍴іkіrᥲᥒ mᥙ, ᥲkᥙ ᑲᥱᥒᥲr-ᑲᥱᥒᥲr ᑲіᥒgᥙᥒg'

"Cerita yang menarik, nanti gua liat ya."

'𝗍ᥱᥒ𝗍ᥙ, ᥆һᥡᥲ іᥒі 𝗍ᥱᥒ𝗍ᥲᥒg mᥲr᥎іᥒ ᥲᥒᥲk ᥡᥲᥒg 𝗍ძі, ძіᥲ sᥱ⍴ᥱr𝗍іᥒᥡᥲ mᥱmіᥣіkі ᥒіᥲ𝗍ᥲᥒ ᑲᥙrᥙk kᥱ⍴ᥲძᥲmᥙ, һᥲ𝗍і һᥲ𝗍і ᥡᥲ ȷіkᥲ ᑲᥱr⍴ᥲ⍴ᥲsᥲᥒ ძᥱᥒgᥲᥒᥒᥡᥲ'

"Gua juga tau, bang Malik tdi juga ngasih tau."

'kᥲᥣᥲᥙ ᑲᥱgі𝗍ᥙ ᥲkᥙ ⍴ᥱrgі ძᥙᥣᥙ, ᥲkᥙ іᥒgіᥒ ᑲіᥴᥲrᥲ ძᥱᥒgᥲᥒ ᥙrᥱkᥲᥒ'

"Buat apa nemuin Urekan, nanti dia dan Weko bisa tau gua masih idup."

'𝗍ᥱᥒᥲᥒg sᥲȷᥲ, ᥙrᥱkᥲᥒ ძі⍴іһᥲkmᥙ ძіᥲ sᥙძᥲһ 𝗍ᥲᥙ ȷіkᥲ kᥲᥙ mᥲsіһ һіძᥙ⍴'

"Hahh... Yasudah kau pergi saja sana."

'sᥲm⍴ᥲі ȷᥙm⍴ᥲ ᥣᥲgі ᥱᥣᥱs𝗍іᥲᥣ'

"Jadi pengen tidur siang." Marvel menenggelamkan badannya di selimut tebal yang waktu itu ia beli.

.
.
.
.
.

"Hoamm... Dah jam berapa ini." Marvel melihat kearah jam weker digital yang menunjukan jam 14:13 siang

Lalu Marvel beranjak ke lemari untuk mengambil pakaiannya, dan dia menuju ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya

Beberapa menit berlalu dia keluar dri ruang ganti menggunakan T-shirt berwarna abu-abu dilengkapi dengan jaket kulit berwarna hitam dan menggunakan celada denim warna hitam, dan dia mengubah model rambutnya menjadi gaya rambut ikat tengah

Marvel berdiri di depan cermin sambil berkata, "𝑡ℎ𝑖𝑠 𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑓𝑒𝑐𝑡." Dengan PD nya

Lalu tiba tiba bayangan yang ada di cermin berubah menjadi seperti tadi.

'ᥴᥲᥒ𝗍іk mᥲᥙ kᥱmᥲᥒᥲ ᥕkᥕkᥕkᥕk'

"Bacot lu Bi, gua gk cantik tapi ganteng."

'ᥣᥙ ᥱmᥲᥒg gᥲᥒ𝗍ᥱᥒg, 𝗍ᥲ⍴і ᥣᥙ і𝗍ᥙ ᑲᥙkᥲᥒ 𝗍ᥱrmᥲsᥙk ᥴ᥆gᥲᥒ 𝗍ᥱ𝗍ᥲ⍴і ᥣᥙ 𝗍ᥱrmᥲsᥙk ᥴ᥆ᥴᥲᥒ ᥕkᥕkᥕk'

"Anak anjing."

'ᥣᥙ ᥒgᥲ𝗍ᥲіᥒ ძіrі sᥱᥒძіrі ᥲᥒᥲk ᥲᥒȷіᥒg ᥲһᥲһᥲһᥲһᥲ'

"Udahlah males anjir ngomong sama lu, gua pen pergi dulu bye." Marvel berjalan keluar kamar meninggalkan bayangannya yang tertawa bak orang gila, tapi sebelum dia keluar kamar dia mengambil kunci motor dan dompet yang ada di atas nakas

Saat Marvel berjalan menuruni tangga terlihat wanita >𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘣𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘪𝘯𝘪< itu sedang bercanda ria bersama Malik dan anak pungut kesayangannya.

Marvin yang melihat Marvel menuruni tanggal tersenyum licik tanpa mereka sadari

"Kak Marvel mau kemana? Marvin ikut dong." Ucapan Marvin sontak membuat Marlina dan Malik menengok kearah Marvel

"Cih bukan urusanmu." Marvel menatap sinis Marvin

Karna mendapatkan tatapan sinis dari Marvel, Marvin pun mengeluarkan air mata buayanya

"Hiks* kok kak Marvel bilang Hiks* kayak gitu, Marvin kan Hiks* cuma nanya." Marvin berkata sambil mengeluarkan air matanya

Marlina yang melihat anak emasnya menangis, menghampiri Marvel dengan ekspresi marah yang terlihat jelas di wajahnya, lalu-

𝐏𝐋𝐀𝐊...

Marlina menampar Marvel hingga ia terhuyung kebelakang, Marvel yang kebetulan melihat kearah cermin yang tidak jauh dari tempat dia berdiri, dia melihat bekas tamparan itu membekas di pipi kirinya, ia tidak percaya ibu yang seharusnya menyayangi anak anaknya menampar darah dagingnya sendiri hanya karena anak angkatnya.

Oke, mungkin itu tidak terlalu penting untuk sekarang karena Marvel benar benar ingin membunuh wanita yang ada di hadapannya sekarang, terlihat dari tatapannya yang sangat menusuk hingga membuat wanita itu >𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵< sedikit tersadar bahwa menampar Marvel adalah hal yang salah.

"Tsk bang gua bersumpah jika lu gk urus mereka berdua gua benar-benar akan turun tangan, ingat itu." Marvel menatap tajam Malik hanya persekian detik lalu dia berjalan keluar

"Hati hati." Malik berkata dengan nada ceria? Seakan-akan dia tidak terintimidasi oleh tatapan Marvel

"Dasar anak tidak tau di untung." Marlina mencemooh Marvel

"Kan sudah Malik bilang, jangan bermain main dengan Marvel ibunda, jika terjadi sesuatu pada kalian kedepannya jangan salahkan Malik, soalnya Malik dah ngingetin ibunda." Terlihat senyuman polos terpasang pada wajah Malik

"Huft, kalau begitu kamu bawa Marvin jalan jalan ya." Marlina berkata dengan nada lemah lembut

"Maaf ibun, Malik ada kencan bareng pacar 1 jam lagi, Malik mau siap siap, takutnya cwenya Malik nunggu." Malik beranjak dari sofa

"Cwe? Bukannya kamu dah tunangan sama Ivan." Marlina mengernyitkan dahinya

"Malik cuma main main sama cwe itu ibun, lagian Ivan ngizinin Malik main bareng cwe asalkan jangan sampe diajak nikah." Malik berjalan kearah kamarnya

.
.
.
.
.

Marvel sedang berada di cafe kenalannya dulu, ia sedang duduk di pojokan sambil menunggu pesanannya datang sambil memainkan laptopnya yang entah ia dapat darimana

Lalu ada seseorang yang mendekati Marvel, orang itu menyapa Marvel, "hai, Marvel." Sapa orang itu

"Huh? 𝘿𝙀𝙂* (W-what) eh eee maaf siapa ya." Marvel menatap polos orang itu sambil memiringkan kepalanya

Orang itu terkekeh pelan karena melihat tingkah polos Marvel, "hehe ternyata benar kata Dirgan kalau kamu itu amnesia, perkenalkan namaku Nevin Ace El Lucifer Kusuma panggil aku Nevin, dan bolehkan aku duduk disini Marvel?"

"Eh b-boleh kok, silahkan duduk." Marvel berkata dengan agak canggung, Nevin pun mendudukkan dirinya tepat didepan Marvel

"Santai saja Marvel, jangan bicara gugup seperti itu, aku gk ngapa ngapain kok (setidaknya belum)." Nevin tersenyum manis

"(Jika dia Miguel dia akan membatin setidaknya belum) hehe em Nevin, apakah kamu gk pesen sesuatu." Tanya Marvel

"Sudah tadi didepan, cuma nunggu pesanannya aja, kalau kamu udah pesen?" Tanya balik Nevin

"Udah tdi, cuma nunggu pesanan dateng." Jawab Marvel

"Vel, kamu kesini sendirian atau nungguin seseorang." Nevin berusaha mengobrol dengan Marvel

"Sebenernya aku maunya bareng sahabatku sih tapi mereka sibuk masing masing, klo ngajak bang Malik dianya mau kencan bareng pacaran sedangkan Dirgan itu masih dirumahnya gatau kapan baliknya." Marvel meletakkan ponsel disisi kanannya

Beberapa menit setelah mereka mengobrol hal-hal random, pelayan pun mengantarkan pesanan mereka berdua.

"Ini pesanan ada tuan, satu Condense cold brew coffee cuss, satu Classic Hot Chocolat, satu Turkish Choco Dessert Box dan satu Red Velvet cake, silahkan dinikmati." Pelayan itu pergi setelah selesai berbicara

"Vin, apa kue red velvet enak." Marvel memakan dessert kesukaannya

Nevin menelan cake yang baru dia makan lalu menjawab, "enak banget sihh, ini kan favoritku dri dulu, nih cobain." Nevin memberikan satu suapan kepada Marvel

"Aaaa eumm nyam nyam, enak 'guel eh (sial keceplosan) maksudku Nevin." Marvel berusaha menutupi kepanikannya

"(Sepertinya dugaanku benar) eh Vel, aku mau nyoba itu mu eh maksudku dessert mu." Nevin berbicara agak ambigu

"Ini Vin." Marvel memberi satu suapan dessert ke Nevin

"Nyam nyam ini enak, rasanya manis banget (apa lagi klo makan sambil ngeliatin kamu wkwkwk)." Nevin tersenyum lebar

𝐌𝐞𝐚𝐧𝐰𝐡𝐢𝐥𝐞 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐮𝐧𝐣𝐮𝐧𝐠 𝐜𝐚𝐟𝐞 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧...

"OMG mereka berdua imut banget." Pengunjung wanita 1 tantrum gara gara tingkah Marvel dan Nevin

"Kyaaaaa mereka berdua cocok." Pengunjung wanita 2 ikutan tantrum

"Yuhuuuu kapal baru coy." Pengunjung wanita 3 menari nari tidak jelas

"Dah nasib emang, udah jomblo ngenes, liat orang bucin, yg bucin cowo sama cowo lagi, lama lama gua ikutan belok." Ucap pengunjung pria 1

"Yaudah klo mau belok sama aku aja sini awokwokwok." Canda pengunjung pria 2

"Sumpah, itu yg rambut ungu imut banget, jadi pengen ngewe sama dia." Ucap pengunjung pria 3

"Mesum anjing." Respon pengunjung pria 2

"Heh sadar woy, di geprek pawangnya mampus lu." Respon pengunjung pria 1

Marvel dan Nevin mengabaikan ucapan dari para pengunjung seolah olah dunia milik mereka berdua

"Hey hey hey tumben rame, ada apaan cuy." Gaada angin gaada hujan Jerry berada diantara ke-3 pengunjung pria

"Itu noh mereka berdua mesra banget, saking mesra nya sampe sampe gua ngerasa gua cuma ngontrak didunia ini." Sahut pengunjung pria 2

"Hah mana mana, anjay akhirnya bos gua dah move on dri mantannya." Jerry senang melihat kemesraan Marvel dan Nevin

Nevin yg dibicarakan oleh mereka benar-benar mulai risih, "Vel, kamu gk risih apa digosipin mereka."

"Oh tentu tidak, kita kan gada hubungan apa apa." Respon Marvel

𝐊𝐫𝐞𝐤...

"Sial, gelasku retak." Gumam Jerry

"Iyasih, klo gitu mau gk jadi pacarku." Nevin mengedipkan mata kirinya

"(Kok lama lama ni anak jadi mirip Miguel sih) hmm.. Bagaimana ya." Marvel pura-pura berfikir

"Jadi kamu gk mau balikan sama aku lagi, Elestial Harviell Delvino." Nevin menunjukkan smirk nya

"A-apa maksudmu Nevin, aku bukan Elestial." Marvel tersentak kaget

"Instingku tidak pernah salah, tidak apa apa jika kamu tidak menyadari siapa aku, yang pasti kau akan selalu menjadi milikku, sayang." Terlihat raut wajah angkuh terpasang diwajah Nevin tetapi setelah sepersekian detik raut wajah Nevin kembali normal

Lalu Nevin berdiri dan berkata, "sepertinya aku harus kembali sekarang, maaf jika ucapannya(?) Barusan membuatmu tidak nyaman, aku permisi dulu, sampai ketemu lagi." Nevin segera menuju kearah kasir meninggalkan Marvel yang mematung

"D-diablo." Marvel segera menyadari sesuatu

.
.
.
.
.

"ARGHH SIALAN, Bisakah kau tidak mengacau." Nevin mengacak acak rambutnya setelah berada didalam mobil

'һᥱᥡ ᥲᥡ᥆ᥣᥲһ, ᥲkᥙ ᑲᥱᥒᥲr ᑲᥱᥒᥲr іᥒgіᥒ mᥱmᑲᥲᥒ𝗍ᥙ, ᥣᥲgі⍴ᥙᥣᥲ ᥆rᥲᥒg і𝗍ᥙ ᥲძᥲᥣᥲһ ᥆rᥲᥒg ᥡᥲᥒg kᥲᥙ ᥴᥲrі-ᥴᥲrі sᥱᥣᥲmᥲ іᥒі kᥲᥒ'

"Aku hanya berspekulasi saja tadi, aku belum yakin dengan hal itu."

'⍴ᥱrᥴᥲᥡᥲᥣᥲһ ⍴ᥲძᥲkᥙ, ᥆rᥲᥒg і𝗍ᥙ 𝗍ძі ᥲძᥲᥣᥲһ ძіᥲ, ᥕᥲᥒgі 𝗍ᥙᑲᥙһᥒᥡᥲ ȷᥙgᥲ mᥲsіһ sᥲmᥲ sᥱ⍴ᥱr𝗍і ძᥙᥣᥙ, ძᥲᥒ ᥲkᥙ mᥱrᥲsᥲkᥲᥒ ᥲძᥲ ȷіᥕᥲ ᥣᥲіᥒ ᥡg ᑲᥱrsᥱmᥲᥡᥲm ძіძᥲᥣᥲm 𝗍ᥙᑲᥙһᥒᥡᥲ'

"Jiwa lain? Maksudmu Dia kah? "

'ᥡᥱᥲһ, ძᥲᥒ mᥙᥣᥲі sᥱkᥲrᥲᥒg ᥲᥒძᥲ һᥲrᥙs 𝗍ᥱ𝗍ᥲ⍴ ᑲᥱr⍴᥆sі𝗍і𝖿 𝗍һіᥒkіᥒg, ᥲkᥙ ᥡᥲkіᥒ sᥱᥴᥱ⍴ᥲ𝗍ᥒᥡᥲ kᥲᥣіᥲᥒ ᥲkᥲᥒ ᑲᥲᥣіkᥲᥒ'

"Yayaya aku percaya, maybe."

.
.
.
.
.

"T-tuan Leo, kenapa anda memanggil kami." Ucap P1 (P=Pengkhianat)

"Kau penasaran kah? Akan ku beri tahu kalian sesuatu." Leo menjentikkan jarinya

𝐂𝐭𝐚𝐤...

Beberapa pengawal yang tadi berada di belakang Leo mulai mendekati ke-6 pengkhianat itu, lalu tanpa aba aba pengkhianat pengkhianat itu di seret oleh pengawal Leo

"Hey apa apaan ini." Bentak P2

Dan pengawal-pengawal itu mengikat mereka dan membuat tangan tangan mereka menggantung di atas agar mereka tetap berada dalam posisi berdiri (kalian maksud kan?)

"Kami kenapa diikat seperti ini, apa salah kami." P3 berkata dengan nada kebingungan

"Iya, perasaan kami selalu ngejalanin misi tanpa kesalahan sedikitpun." P4 sedikit kebingungan

"Salah kalian apa? Kalian pura pura gk tau kah, pengkhianat." Leo menggapai cambuk yang tersedia didekatnya lalu

𝐂𝐭𝐚𝐬𝐬...

𝐂𝐭𝐚𝐬𝐬...

𝐂𝐭𝐚𝐬𝐬...

Leo mencambuk P6 dengan cambuknya

"AARGGHH."

"Lu kan mata mata yg dikirim Fortress." Leo berkata dengan geram

𝐂𝐭𝐚𝐬𝐬...

𝐂𝐭𝐚𝐬𝐬...

𝐂𝐭𝐚𝐬𝐬...

"ARGHHH."

Leo mencambuk P5 berkali-kali, "lu juga kan yg ngehasut mereka ber-4 buat berkhianat."

Lalu Leo mengambil sebuah katana yang terlihat sangat tajam dan terletak di atas meja, dan dia mengayunkan katana tersebut kearah kaki P6

𝐖𝐮𝐮𝐬𝐡𝐡...

𝐊𝐫𝐚𝐤...

𝐁𝐫𝐮𝐠𝐡...

Kedua kaki P6 terjatuh setelah terpotong oleh katana itu

"AAAARRRGHHHH." P6 pingsan dalam keadaan menggantung karena kesakitan

"Aku peringatkan sekali lagi." Leo menjatuhkan katana itu lalu mengambil sebuah pisau karatan

𝐒𝐫𝐚𝐤𝐤...

𝐒𝐫𝐚𝐤𝐤...

𝐒𝐫𝐚𝐤𝐤...

"ARGGHHHHHH." P5 sangat kesakitan karena mendapatkan sayatan yang disebabkan pisau karatan tersebut

"Bahwa pengkhianat akan mendapatkan sebuah konsekuensi." Leo mengakat tangan yg memegang pisau

𝐉𝐋𝐄𝐁𝐁...

"ARRGHHHHH." P5 benar-benar kesakitan karena matanya di congkel sampai sampai rasanya ingin mati

"Sehingga kalian lebih memiliki mati daripada disiksa." Lep benar-benar marah

.
.
.
.
.

Marvel sedang berjalan masuk kerumah sambil membawa seekor kucing(?) Berwarna hitam, saat dia ingin menaiki tangga dia di cegah oleh ibunya

"Tunggu Marvel, kenapa kau membawa kucing itu hah, Marvin itu alergi kucing." Marlina sekali muncul dihadapan Marvel membuat ia kesal

"Kucing? Pfftt ahahahahhaha sejak kapan gua memelihara kucing, Death bukanlah kucing melainkan anak macan kumbang." Marvel meninggalkan Marlina yg mematung

"A-apa." Gumam Marlina

.
.
.
.
.

'һᥲᥣ᥆ ძᥱᥲ𝗍һ'

"Meaw."

"Sumpah kenapa lu namain ni macan Death anjir."

'kᥲrᥒᥲ ȷіkᥲ ძіᥲ sᥙძᥲһ ᑲᥱsᥲr kі𝗍ᥲ ᑲіsᥲ mᥱmᑲᥙᥲ𝗍ᥒᥡᥲ mᥱᥒȷᥲძі mᥱsіᥒ ⍴ᥱmᑲᥙᥒᥙһ kһᥱkһᥱkһᥱkһᥱ'

"Ubi, lu kok habis pulang dri tempat itu jadi tambah gila."

'gіmᥲᥒᥲ gᥙᥲ gk gіᥣᥲ, gᥙᥲ ᥲȷᥲ ძіძᥙᥒіᥲ і𝗍ᥙ ძіkһіᥲᥒᥲ𝗍і mᥙᥣᥙ'

"Pantesan tambah gila lu."

'kᥙrᥲᥒg ᥲsᥱm'

.
.
.
.
.

𝐁𝐑𝐀𝐊...

"MOSHI MOSHI." Nevin mendobrak pintu rumah Dirgan tanpa rasa bersalah sedikitpun

"ASTAGA, AAAAAA PANAS." Nathaniel lari ke arah dapur karena kopinya yg baru dibuatnya tumpah ke tangannya

"DIRGANTARA MIKAELA MAHARDIKA KUSUMA, LU DIMANA." Nevin berteriak kencang

"Apaan sih teriak teriak gua gk budek, apa lagi suara lu yg kek 2 toa yg di satuin." Dirgan turun dri lantai dua sambil mengorek telinganya menggunakan jari kelingking nya

Lalu Dirgan duduk di samping Arvin yang sedang musikan sambil main game

"Minta nomornya Marvel." Nevin berjalan kearah Dirgan yang sedang duduk di sofa

"Buat apa lu minta nomornya Marvel." Dirgan memncingkan matanya

"Bener tuh, biasanya bodo amat sama yg berhubungan dengan Marvel." Blane juga menyahuti

"Gausah tau, pokoknya kasih nomornya Marvel sekarang." Nevin menunjukkan raut wajah kesalnya

"Tinggal minta nomornya ke bapaknya aja, noh bapaknya lagi anteng banget." Dirgan menunjuk Blane yg sedang ngevape

"Gua mintanya ke elu anjing, klo tdi gua gk lupa minta nomornya ke orangnya langsung gua gk bakalan minta ke elu." Kesabaran Nevin hampir habis

"Iya iya nih dah ku kirim ke nomor lu." Dirgan segera mengirim kontaknya Marvel ke Nevin setelah menyadari bahwa kesabaran Nevin hampir habis

𝐓𝐢𝐧𝐠...

"Thanks." Raut wajah Nevin kembali datar, lalu dia pergi ke kamarnya

"Lah itu anak kembali ke setelan pabrik kah, perasaan tdi kek toa." Nathaniel keluar dari dapur dan terlihat tangannya di oleskan salep

"Tau tuh, tu anak moodnya gampang berubah ubah." Arvin melepaskan headset nya

.
.
.
.
.

"Hehe waktunya ngechat ubi ungu." Nevin merebahkan tubuhnya diatas kasur

─────────
𝚄𝚋𝚒 𝚄𝚗𝚐𝚞 <𝟹

𝐘𝐨𝐮
𝘔𝘢𝘳𝘱𝘦𝘭 ^^

𝐔𝐛𝐢 𝐔𝐧𝐠𝐮 <𝟑
𝘐𝘯𝘪 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢?

𝐘𝐨𝐮
𝘐𝘯𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘯𝘦𝘱𝘪𝘯 o(〃^▽^〃)o

𝐔𝐛𝐢 𝐔𝐧𝐠𝐮 <𝟑
𝘖𝘩 𝘕𝘦𝘷𝘪𝘯 𝘵𝘰𝘩, 𝘰𝘬𝘦 𝘰𝘬𝘦

𝐘𝐨𝐮
𝘉𝘵𝘸 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘯𝘨𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘵𝘢𝘶
𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘔𝘪𝘨𝘶𝘦𝘭, 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘪𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘬𝘢𝘯 𝘌𝘭𝘦𝘴?

𝐔𝐛𝐢 𝐔𝐧𝐠𝐮 <𝟑
𝘏𝘢𝘩? 𝘔𝘪𝘨𝘶𝘦𝘭? 𝘌𝘭𝘦𝘴?

𝐘𝐨𝐮
𝘔𝘢𝘴𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘭𝘶𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘴𝘪𝘩
:<
𝘈𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘜𝘣𝘪 𝘫𝘢𝘩𝘢𝘵 :<

𝐔𝐛𝐢 𝐔𝐧𝐠𝐮 <𝟑
𝘓𝘶 𝘵𝘢𝘶 𝘨𝘶𝘢 𝘌𝘭𝘦𝘴 𝘥𝘳𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘢?

𝐘𝐨𝐮
𝘋𝘪𝘢𝘣𝘭𝘰 :𝘋

𝐔𝐛𝐢 𝐔𝐧𝐠𝐮 <𝟑
𝘈𝘱𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘭𝘰 𝘦𝘭𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘔𝘪𝘨𝘶𝘦𝘭

𝐘𝐨𝐮
𝘊𝘪𝘶𝘮𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘱𝘢𝘴 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘢𝘬𝘶
𝘮𝘢𝘵𝘪

𝐔𝐛𝐢 𝐔𝐧𝐠𝐮 <𝟑
𝘖𝘬𝘦 𝘨𝘶𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢

𝐘𝐨𝐮
𝘠𝘦𝘺 𝘜𝘣𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢
(≧∇≦)/

𝐔𝐛𝐢 𝐔𝐧𝐠𝐮 <𝟑
𝘏𝘜𝘞𝘈𝘈𝘈𝘈 '𝘎𝘜𝘌𝘓 𝘈𝘒𝘜 𝘒𝘈𝘕𝘎𝘌𝘕
𝘉𝘈𝘕𝘎𝘌𝘛 𝘚𝘈𝘔𝘈 𝘒𝘈𝘔𝘜 ˚‧º·(˚ ˃̣̣̥⌓˂̣̣̥ )‧º·˚

𝐘𝐨𝐮
𝘠𝘢𝘶𝘥𝘢𝘩, 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘮𝘢𝘭𝘦𝘮 𝘯𝘨𝘦𝘥𝘢𝘵𝘦 𝘺𝘶𝘬

𝐔𝐛𝐢 𝐔𝐧𝐠𝐮 <𝟑
𝘖𝘒𝘌 '𝘎𝘜𝘌𝘓 (〃∀〃)ゞ
𝘎𝘢𝘴𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘴𝘶𝘮𝘱𝘢𝘩

𝐘𝐨𝐮
𝘗𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘬𝘦𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯

𝐔𝐛𝐢 𝐔𝐧𝐠𝐮 <𝟑
𝘠𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘨𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 :<

𝐘𝐨𝐮
𝘈𝘬𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘪𝘩 :>

─────────

𝐛𝐜...

Yey dah selesai ^^
Maaf ya ngegantung, soalnya ide buntu :v

Cape sumpah, tapi gpp asalkan bisa ngepat-pat Luna tanpa bikin Lunanya marah ^w^ -S. Ayon

Ohya janlup Vote and and Comment ya, klo gk Vote hp nya nyemplung Got (≡^∇^≡)-Leo

See you in the next chapter o(〃^▽^〃)o

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top