𝟎𝟎 - 𝐏𝐫𝐨𝐥𝐨𝐠

   


─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚.───

    Gemuruh derap langkah yang mengejarnya telah menghilang. Sejauh mata memandang, hanya terdapat pepohonan—dua kali lipat dari tinggi badannya.

    Sepasang sepatu sekolah berwarna hitam yang telah disikat tempo hari, kini bagaikan kanvas berlukiskan noda kecokelatan berasal dari tanah basah.

    Eleora mempercepat langkah. Rumah bukan lagi menjadi tempat peraduan. Kini, Eleora lebih memilih untuk tidak pulang ke tempat tinggal ... selamanya.

    Selangkah lagi, nyawa Eleora segera melayang. Namun, netra biru safir milik Eleora bersinar, ditambah sengatan kecil pada tubuhnya sendiri, membuat gadis itu terperanjat mundur dari sisi jembatan.

    Sring!

    Mata kanannya bersinar semakin terang. Ribuan memori berputar secara cepat dan acak dikepalanya seperti roll film rusak.

.

.

.

    "Eleora!"

.

.

.

    Tanpa ia sadari, di sekelilingnya sudah ada sosok menjulang tinggi berpakaian hitam dari kepala sampai kaki.

    "Lepaskan!"

    Tak jauh dari posisinya, terlihat sosok Amora dan ibunya, meronta dari genggaman komplotan misterius. Ya, mereka nampak bengis.

    Eleora menangis. "L-lepaskan, adikku dan Mama ..." lirihnya. Kesadarannya mulai pudar. Pandangannya kabur.

    Crak! Crak!

    Seseorang menebas dua anggota misterius itu dan menyelamatkan Eleora.

    Seorang pemuda, sedang melakukan pertandingan tujuh lawan satu. Cukup jelas, siapa yang akan menang.

    "Serahkan anak itu!" perintah salah satu dari mereka. Pemuda itu tak bergeming. Kemudian, ia memilih untuk menyerang, namun gagal karena kalah jumlah dan kekuatan.

    Ketua dari komplotan itu maju, lalu menodong pedang di leher ibunya. Wanita itu disandera.

    Jika Eleora tak menyerahkan diri, maka sebilah pedang berwarna merah ini semakin pekat akan darah ibunya.

    "Lepas! Biar aku yang mati saja!"

    Eleora berusaha memberontak, tapi tenaga pemuda itu lebih dari cukup untuk menahannya.

    Entah apa motivasinya, pemuda itu membawa Eleora kabur. Ia berlari dengan kecepatan tinggi.

    Melihat permintaannya tak terpenuhi, pedang yang terhunus, kini mendarat sempurna di leher sang ibu.

    Ibu, satu-satunya orang yang memberi kebahagiaan kepada Eleora, kini direnggut secara tragis.

    "Ma ... ma?"

    Sementara itu, Amora, menjadi korban sandera kedua. Saudari kembarnya diculik oleh mereka.

    Eleora menyesal. Mengapa ia sangat lemah? Karena dirinya, keluarganya ikut sengsara.

.

.

.

    "Aku ingin membunuh mereka semua."

323 words
IG: vierya_chie
01/07/2022

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚.───

    Virchie's Note:

    Gimana prolognya?

    Iya, kita pemanasan sebelum pembantaian—eh, maksudnya, sebelum mulai bab 1.

    Setelah prolog, cuap-cuapku takkan muncul lagi hingga tamat.

    Say good bye to me. Semoga kita bertemu lagi di epilog.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top