[19]
Alma menpresentasikan hasil penelitiannya membuat semuanya takjub. "Wow, keren," decak salah satu mereka.
Alma tersenyum senang. "Oke, mungkin hanya itu yang bisa saya sampaikan," ujar Alma menutup presentasinya. Semua bertepuk tangan, Alma kembali duduk di kursinya.
"Benar-benar bintang," celetuk seseorang terdengar oleh Alma. Alma menoleh ke asal suara. Keningnya berkerut, ingatakannya kembali berputar ke beberapa waktu yang telag berlalu.
"Bintang-bintang naon," dengkus Alma pelan. Qadafi yang duduk disebelahnya tersenyum kecil.
"Mungkin pertemuan kita hari ini sampai di sini, oh ya ada yang mau bareng ke tempat resepsi Pak Irwan?" tanya Qadafi. Semua mengangguk, akhirnya mereka membuat kesepakan untuk pergi bersama-sama.
Hari ini merupakan hari pernikaha Pak Irwan dangan Kak Ica. "Qadafi gue nebeng ya," ujar Kak Fasya membuat Qadafi mengangguk. Aku mengekori Qadafi dari belakang namun saat melewati Kak Chinta dia nampak murung lantas langkahku terhenti.
"Kak Chinta kenapa?" tanya Alma. Gadis itu menggeleng lantas langsung meninggalkan Alma begitu saja. "Ada yang nggak beres," gumam Alma menatap punggung Chinta.
"Alma ayo," panggil Fasya. Alma lantas mengangguk dan berjalan beriringan dengan Fasya.
"Oh, ya Kak. Kak Chinta lagi ada masalah ya?" tanyanya membuat alis Fasya bertaut.
"Masalah?" gumamnya. Setaunya Chinta baik-baik saja.
"Dia baik-baik saja, setau Kakak," sautnya. Alma mengangguk singkat dia langsung masuk ke dalam mobil.
***
Intensi Alma tak beralih ke Chinta. Ia bangkit memisahkan dirinya dari teman-temannya.
"Kak," sapa Alma. Chinta tersenyum tipis mengangguk singkat.
Alma langsung duduk di sebelahnya. Ia perhatikan tubuh Chinta sekarang agak kurusan. "Kakak sakit?" tanyanya.
Chinta cuman diam dia menatap Alma sebentar lalu mengalihkan pangangannya ke depan.
"Kakak ada masalah?" tanya Alma lagi. Chinta bangkit dari kursinya pindah ke bangku lainnya.
"Lah, gue dicuekin," gumam Alma menghela napas.
"Oke, mungkin belum waktunya," gumamnya mencomot kue yang ada di atas meja. Alma lantas langsung pergi ke belakang. Ke mana lagi kalau bukan ke tempat Balqis untuk saja resepsinya diadain di rumahnya.
"Balqis," teriak Alma memeluk sahabatnya dari samping.
"Ais, ngapain peluk-peluk. Asem," gerutu Balqis membuat Alma memanyumkan bibirnya.
"Ganti baju noh, dah disiapin," suruh Balqis. Alma menyetir kuda langsung mengambil seragamnya dan naik ke lantai atas di mana kamar Balqis berada.
Setelah bersihin diri sekarang tubuh Alma sudah dibalut kebaya yang pas ditubuhnya. Warna merah maron membuat Alma tersentum geli menatap tampilan di cermin.
"Cerah menderah," celetuknya. Alma mengambil tasnya dan sedikit merapikan rambutnya yang disanggul.
Alma segera turun ke bawah. Kaki jenjangnya menuruni tangga membuat Fania dan Balqis yang menunggunya berdecak.
"Pantesan lama sekalehh," celetuk Balqis mendengkus. Alma tersenyum manis, "Iya, doang harus cantik," ujarnya dengan bangga.
Fania langsung menyeret tangan kami ke depan. Mereka bertiga langsung naik ke pelamin. "Huaa, Kakak Hwd ya," ujar Fania memeluk Kak Ica.
Kak Ica membalas pelukan dari kami. "Makasi ya," ujarnya.
"Kak nggak usah kalem," bisik Alma membuat lengannya dicubit.
Alma menyetir kuda lantas langsung memeluk singkat Ica. "Pak, eh Bang. Kok aneh ya. Hwd ya jagain Kakak kami," ujar Alma kepada Pak Irwan. Pak Irwan terkekeh.
"Pasti." Setelah acara foto-foto selesai kami segera turun dari pelaminan dan mengincar makanan yang ada di party.
"Gue laper," celetuk Fania.
"Ayang beb gue mana ya?" tanya Alma mengedarkan pandangan ke seluruh sudut.
"Al, lo merasa aneh nggak sih sama Kak Chinta," saut Balqis tiba-tiba mengagetkan Alma.
"Ha? Kak Chinta," ujarnya sontak menoleh ke arah Chinta yang hanya sendirian.
"Biarin aja dulu," saut Alma melangkah menghapiri Qadafi yang tak jauh berdiri darinya ternyata.
"Kak," panggil Alma membuat rombongan Qadafi menoleh.
"Eh, cantik," sapa Kak Irfan. Aku hanya tersenyum tipis, Qadafi menatap datar Irfa yang tersenyum jail ke Alma.
Qadafi langsung menarik tangan Alma menjauh. Bahkan dia membawa Alma keluar dari sana.
"Eh, mau ke mana?" tanya Alma menatap Qadafi bingung.
"Bagusnya mau ke mana?" tanya Qadafi balik tersenyum manis. Pipi Alma merona karena ditatap terus-menerus oleh Qadafi.
"Cie salting," ledek Qadafi. Alma membuang wajahnya ke samping sambil menutup ke dua pipinya dengan telapak tangannya.
"Rese ih," gerutu Alma. "Cantik," gumam Qadafi.
"Qafi ih," desis Alma malu.
Qadafi tertawa lantas dia mengendeng tangan Alma menuju ke mobilnya.
"Mau ke mana?" tanya Alma bingung.
"Mau ke KUA," celetuknya. Pukulan pelan mendarat di bahu Qadafi.
"Ngadi-ngadi ih," gerutu Alma.
Qadafi langsung menjalankan mobilnya. Alma hanya menurut entah mau dibawa ke mana ia sekarang.
"Ke mana?" tanya Alma sekali lagi. Qadafi hanya tersenyum tidak menjawab pertanyaan Alma.
"Kak, ih," gerutu Alma karena dicuekin.
"Iya, sayang," ujar Qadafi membuat Alma semakin ngambek.
"Au ah, nggak asik," omel Alma berpangku tangan di depan dada menatap ke depan.
Qadafi terkekeh, "Iya, ada apa?" tanyanya lembut membuat sudut bibir Alma terangkat.
Alma langsung mengubah posisi duduknya bahkan sabuk pengamannya saja di buka. "Laper," ujarnya tersenyum manis.
"Eh, belum makin di tempat Balqis tadi?" tanya Qadafi sedikit melirik.
Alma menggeleng, "Keburu ditarik pergi," sindirnya.
Qadafi langsung menepikan mobilnya ke sisi kanan jalan. "Sate mau?" tanya Qadafi. Alma mengangguk setuju, saat hendak membuka sabuk pengamannya tangan Qadafi dicekal oleh Alma.
"Makan di mobil aja ya," pinta Alma memperlihatkan giginya.
Alis Qadafi terangkat, Alma menunjuk pakaian yang sedang dikenakannya dan begitu juga dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuh Qadafi.
"Ntar dikira mak-mak ngajak anaknya makan sate pulang kondangan," celetuk Alma membuat Qadafi tersenyum geli. Dia mengangguk paham dan segera turun memesan dua bungkus sate.
Tak lama Qadafi kembali masuk ke dalam mobil dengan membawa kresek hitam.
"Makan-makan," sautnya mengambil kresek tersebut dan meletakan dipangkuannya.
Qadafi langsung menjalankan mobilnya. Alma lebih dulu membuka bungkus satenya. "Kak," ujarnya menyodorkan setusuk sate ke depan Qadafi.
Qadafi membuka mulutnya membuat ide jail terbesit diotak Alma. Qadafi mengigit sepotong sate dengan jailnya Alma menarik hingga pipi Qadafi cemong dengan kuah sate.
"Alma, ih," ujar Qadafi mengelap pipinya di tangannya.
"Uncul," tawa Alma. Dia menepis pelan tangan Qadafi. Lalu mengelap wajahnya dengan tisu.
"Ganteng," celetuk Alma membuat wajah Qadafi memerah.
"Qafi salting," ledek Alma membuat laki-laku itu menggeleng cepat.
"Mana ada," sautnya panik. Alma semakin tertawa dengan ekspresi Qadafi.
"Ciee salting," ledek Alma puas mentertawakan Qadafi.
Qadafi menepikan mobilnya dan mengahadap langsung ke arah Alma. "Hayoo," ujarnya membuat Alma membeku.
Qadafi mengelitiki Alma membuat gadis itu tertawa geli.
"Udah, ih geli," tawa Alma berusaha menangkap tangan Qadafi. Mereka sama-sama tertawa dengan tingkah konyol mereka.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top