28. Validasi
Sebagai Plant Director yang baru bergabung di site Jakarta/Indonesia pada kuartal keempat, Ramy van Dijk langsung menelaah capaian Gezonde site Jakarta tahun ini, dan mendapati beberapa key performance indicator (KPI) masih jauh dari target yang direncanakan di awal tahun. Hal ini membuatnya mengundang semua manajer di Factory untuk membicarakan kendala apa yang terjadi dan strategi apa yang bisa dilakukan.
Salah satu KPI yang belum tercapai adalah jumlah produk yang sudah berhasil ditransfer dan diproduksi rutin di site Jakarta. Dari 10 produk yang direncanakan akan ditransfer dari site Manila/Filipina, baru 8 produk yang sudah berhasil dipindahkan proses produksinya ke site Jakarta. Karena itulah Ramy meminta penjelasan dari manajer-manajer terkait tentang penyebab mundurnya jadwal transfer tersebut. Sebab di tahun mendatang, ke-10 produk tersebut sudah tidak akan diproduksi lagi di site Manila. Sehingga jika site Jakarta belum siap memproduksi secara rutin, pasokan produk ke Asia Tenggara akan terhambat.
Baik Randu (Manajer Produk Transfer), Yudha (Manajer PPIC), dan Asti (Manajer QC) sudah bergantian memberikan alasan mengapa terjadi keterlambatan proses transfer tersebut. Namun Ramy nampak tidak puas dengan penjelasan tersebut.
Randu sebagai penanggung jawab utama proses transfer teknologi tersebut sampai bingung bagaimana lagi harus menjelaskan semua ini. Masalahnya, proses transfer teknologi ini bukan hanya perkara memindahkan tempat produksi dari Manila ke Jakarta, namun juga meliputi serangkaian proses risk assessment, trial, validasi metode analisa, validasi proses dan validasi pembersihan terhadap 3 bets awal, penyusunan dokumen produksi induk dan registrasi produk. Dan untuk semua proses itu, dibutuhkan keterlibatan semua departemen karena proses produksi dilaksanakan di departemen produksi, pengujian mutu obat dilaksanakan di departemen QC, persetujuan semua dokumen dilakukan oleh QA dan registrasi produk akan melibatkan Regulatory Affairs. Dan karena proses produksi rutin untuk produk-produk yang selama ini diproduksi di Jakarta tetap berlangsung, penjadwalan produk baru ini sangat ketat. Apalagi di bulan-bulan terakhir ini QC, QA dan RA sibuk sekali melengkapi bukti dokumen mutu produk sirup mereka agar tidak ikut ditarik dari pasaran. Randu kan tidak bisa egois memaksa departemen lain mengikuti penjadwalan awal hanya agar KPI departemennya tercapai. Padahal tanpa itupun, staf di ketiga departemen itu sudah lembur terus-terusan.
"Kalau terjadi deviasi terhadap hal yang sudah direncanakan, yang perlu kita lakukan bukan hanya menjadwalkan ulang, tapi menelaah akar masalahnya. Sehingga lain kali hambatan yang sama tidak akan terulang," komentar Ramy, bahkan setelah mendengarkan penjelasan semua orang.
Hanif nampak memijat dahinya dan Asti mendengus di kursinya. Sementara Yudha dan Randu yang biasanya masih sempat bercanda dan saling melempar ledekan saat meeting, kali itu kehabisan energi bahkan untuk sekedar tersenyum. Dan kalau semua orang saja sudah seperti itu, apalagi Lidya yang sifat dasarnya lebih kaku kan.
Mengangkat wajahnya dari laptop dan membetulkan letak kacamatanya di hidung bangirnya, Lidya menatap Ramy dengan mata kucingnya.
"Seperti yang tadi sudah disebutkan oleh semua orang," Lidya menekankan dua kata tersebut, "keterlambatan ini karena ada kejadian eksternal yang tidak terduga. Pengujian dan penarikan produk sirup di seluruh Indonesia karena ada cemaran EG/DEG di produk jadi. Saya yakin Rajesh melaporkan ini pada dokumen yang diserah-terimakan kepada Anda," Makanya baca laporannya! Jangan bisanya protes doang, makna tersirat dari perkataan Lidya. "Meski seluruh produk sirup Gezonde memenuhi persyaratan, tapi hampir semua departemen terdampak oleh kejadian tersebut. Multi-national company yang lain juga mengalami hal yang sama.
Jadi kalau membicarakan akar permasalahan, sumber masalahnya itu eksternal, di luar kuasa kami. Bagaimanapun kita harus mengikuti regulasi disini. Tapi kalau Anda ingin CAPA dan risk analysis, sudah saya kirimkan ke email Anda. Sebenarnya Anda juga bisa sih lihat langsung ke sistem e-CAPA kita. Atau mau saya tunjukkan gimana cara loginnya?"
Ramy menatap Lidya dengan bibir yang berkedut. Seperti menahan senyum sekaligus menahan kesal karena subordinatnya tersebut baru saja menawarinya bantuan untuk melakukan hal sepele, seolah dirinya tidak mampu melakukan hal sepele tersebut
Sementara itu, Asti dan Yudha menunduk untuk menyembunyikan senyum. Hanif menyesap kopinya untuk menutupi senyumnya. Tapi Randu malah terang-terangan tersenyum pada Lidya seperti fans yang mengagumi idolanya.
Lidya melirik Randu dengan kesal karena menatapnya seperti itu. Biasa aja ngelihatnya! Elap dulu tuh ilernya!
* * *
Setelah rapat dengan para manajer selesai, Ramy masih menahan Lidya dan Randu di kantornya untuk membahas strategi agar prosea transfer teknologi untuk 2 produk lainnya bisa selesai segera, paling lambat kuartal pertama tahun depan. Rapat tersebut berlangsung agak lama sehingga mereka baru keluar dari ruangan tersebut 30 menit setelah jam pulang kantor.
Sebenarnya, kalau pulang malam sih sudah biasa untuk Lidya dan Randu. Tapi khusus hari itu sebenarnya Lidya dan Randu sudah berencana pulang teng-go karena akan menjenguk Wiwin, salah satu analis QC yang baru saja melahirkan bayinya 1 bulan lalu. Wiwin memang bukan staf Randu atau Lidya, namun pekerjaan keduanya yang terkait erat dengan kru QC membuat mereka ingin ikut menjenguk juga saat Asti mengabarkan bahwa ia dan staf QC lainnya ingin menjenguk Wiwin sepulang kerja.
Kini, karena Lidya dan Randu baru keluar ruangan Ramy, Asti dan staf QC lainnya sudah lebih dulu berangkat ke rumah Wiwin. Tinggal mereka berdua yang ketinggalan.
Sialnya, saat Randu mencoba menghidupkan mobilnya, mobilnya mogok. Randu bisa saja mengutak-atik mobilnya, tapi tentu akan butuh waktu. Untungnya Lidya belum pergi dengan mobilnya. Jadi perempuan itu menawari Randu untuk pergi bersamanya. Randu pikir, itu opsi terbaik agar ia tidak terlalu malam tiba di rumah Wiwin dan tidak merepotkan ibu baru itu. Mobilnya bisa menginap di kantor malam ini dan besok ia akan datang pagi-pagi untuk mengecek kerusakannya.
Kali itu adalah kali pertama Randu naik mobil Lidya. Dan setelah 10 menit duduk di kursi penumpang, Randu akhirnya paham mengapa waktu Lidya jadi penumpang di mobilnya, perempuan itu beberapa kali refleks mengatakan "ati-ati".
"Mobilnya Mbak Lidya wow! Saya baru tahu bahwa Mbak Lid pecinta otomotif!" komentar Randu takjub melihat interior mobil Lidya.
Tidak seperti kebanyakan perempuan yang mobilnya ala kadarnya tak terawat, mobil Lidya dilengkapi dengan beberapa fitur, termasuk dashboard camera, kamera mundur dan sensor yang akan berbunyi "attention to the vehicle ahead" tiap kali jarak dengan mobil di depan terlalu dekat atau berbunyi "vehicle ahead motion detected" saat kendaraan di depan mulai bergerak di saat antrian kemacetan.
"Tumben lho perempuan concern sama mobilnya sampai segininya. Biasanya laki-laki yang lebih senang utak-atik mobil dengan banyak asesoris begini. Mbak suka dandanin mobil begini?"
"Ini bukan saya," kata Lidya. "Mantan suami saya. Pas ngajarin saya nyetir mobil, dia khawatir lihat cara saya nyetir yang nggak safe. Jadi dia pasang semua ini, supaya saya nggak grasa-grusu dan nggak nabrak."
Randu menatap wanita yang sedang mengemudikan mobil di sebelahnya. Wanita itu tampak santai saja menceritakan masa lalunya. Matanya lurus ke jalanan, tidak menatap atau melirik Randu sama sekali.
Sudah berapa lama Lidya bercerai dari mantan suaminya? Bukankah sudah cukup lama? Apa Lidya masih secinta itu pada mantan suaminya, sehingga ia tetap mempertahankan pemberian sang mantan? Bukankah jika ia mau, dengan gajinya ia mampu membeli mobil lain yang lebih mahal daripada Brio? Tapi ia memilih mempertahankan mobil ini dengan seluruh pemberian sang mantan? Apakah memang Lidya masih mencintai mantan suaminya sehingga ia cemburu melihat sang mantan sudah menikah lagi?
Refleks saja, semua pertanyaan itu memenuhi kepala Randu. Hanya saja kali ini ia memilih untuk diam, menahan diri untuk tidak mengucapkannya.
* * *
Happy Sunday, Kakak2!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top