11. Polimer mukoadhesif (2)

Ranu.

Randu.

Ranu dan Randu.

Tuh kan! Cocok banget kan nama mereka kalau bersanding di kartu undangan pernikahan! Randu memang sudah punya firasat bahwa anak magang ini bisa jadi jodohnya. Tepat setelah gadis itu berbisik "Alohomora!" bukan hanya pintu elevator yang terbuka, pintu hati Randu juga segera terbuka.

Dan, sumpah mati! Randu sama sekali tidak meminta pada Manajer HRD untuk menugaskan gadis itu di departemennya. Jadi jika ternyata sekarang gadis cantik itu melapor padanya bahwa ia ditugaskan PKPA di bawah bimbingan Randu, bukankah itu suatu takdir? Kesannya mungkin hanya sekedar kebetulan belaka. Tapi Randu percaya, kebetulan adalah takdir yang menyamar. Tsaahhhh.

Randu melirik jam tangannya sekilas. Sudah jam 11 siang. Itu artinya anak magang ini sudah menghabiskan waktu 3 jam sebelum berakhir di departemennya.

"Sebelum kesini, sudah kemana saja?" tanya Randu pada gadis yang saat ini duduk di hadapannya.

"Tadi ada pengenalan profil Gezonde dan penjelasan aturan PKPA oleh Bu Desti, Pak," jawab gadis bernama Ranu itu, menyebutkan nama Manajer HRD, "Setelah itu kami bertemu Bu Lidya untuk Quality Induction. Lalu diarahkan untuk ke Departemen masing-masing."

"Dari kampus, kalian berempat?"

"Iya, Pak."

"Tiga teman kamu yang lain ditugaskan kemana?"

"Satu orang ke QC, satu ke QA, satu ke Produksi, Pak."

"Dan kamu kesini."

"Iya, Pak," gadis itu tersenyum dengan senyum menawan, sambil mengangguk sopan. "Mohon bimbingannya Pak."

Mendengar kata-kata yang terlalu formal seperti itu, Randu refleks tertawa sendiri.

"Nggak perlu terlalu formal gitu," tegur Randu. "Kita kan satu almamater..."

"Oh, iya, Pak?" Mata Ranu tampak membulat antusias. Dan itu membuat gadis itu terlihat makin manis dan lucu.

"Iya," Randu mengangguk. "Jadi anggap saja saya kakak kelas kamu. Nggak perlu terlalu sungkan. Kita bukan baju seragam."

Gadis di hadapannya tampak bengong dan bingung. Senyum di bibirnya tampak mengambang canggung. Randu tahu, gadis itu tidak memahami candaannya.

"Kita bukan atasan-bawahan. Emangnya baju seragam," Randu melanjutkan.

Ekspresi Ranu berubah-ubah, seperti ingin menertawakan Randu, sekaligus seperti ingin membalikkan meja karena kesal, tapi ia menahan diri. Kombinasi kedua hal itu membuat Ranu menggigit bibir bawahnya dengan ekspresi tertekan. Tapi justru itu membuatnya terlihat seksi di mata Randu.

Untuk mengalihkan fokusnya dari bibir Ranu, Randu berdehem singkat lalu melanjutkan penjelasannya tentang sistem PKPA di Gezonde Pharma, sekaligus tugas khusus yang akan Ranu kerjakan selama PKPA.

"Departemen ini adalah departemen khusus yang dibuat dalam rangka proses transfer produk-produk dari site Filipina ke site Indonesia. Selain di Mother Plant kita di Jerman, Gezonde tidak punya departemen RnD di site lain. Oleh karena itu, untuk produk-produk yang perlu dioptimasi seperti pada saat proses transfer ini, departemen ini berperan seperti RnD.

Departemen ini berkoordinasi saat erat dengan departemen QC, QA dan Produksi. Kita yang menginisiasi dan mengkoordinasikan hal-hal terkait proses transfer ini. Apa Ranu tahu, apa saja yang perlu dilakukan terhadap produk baru yang ditransfer ke site ini?"

Gadis itu tampak kaget sesaat. Barangkali tidak menyangka di hari pertama sudah langsung diuji seperti itu. Tapi tidak berapa lama, ia akhirnya menjawab, "Karena pada saat transfer produk, bisa jadi alat produksinya berbeda, parameter produksi juga bisa jadi beda ya Pak? Karena itu, perlu dilakukan optimasi dulu, trus validasi ya Pak?"

Randu tersenyum. "Validasi apa?"

"Validasi proses produksi dan validasi pembersihan alat. Emm, tapi metode analisisnya juga perlu divalidasi ya Pak?"

"Good!" Senyum Randu kini makin lebar. "Validasi metode analisis dan validasi pembersihan di Gezonde biasanya di-handle QC. Validasi proses produksi biasanya di-handle Produksi dan QA. Tapi dengan load produksi reguler dan banyaknya produk yang ditransfer, mereka kewalahan kalau harus handle validasi 20 produk-produk transfer ini. Itu kenapa departemen ini dibentuk. Jadi kita bertugas membantu QA, QC dan Produksi untuk melakukan optimasi dan validasi tersebut, terutama menyiapkan dokumen-dokumennya."

Ranu nampak mengangguk-angguk dengan wajah berpikir serius.

"Tadi Ranu sudah kenalan dengan Reyhan dan Fajar?" Randu melanjutkan, sambil menyebutkan nama kedua stafnya yang duduk di depan ruangannya.

"Belum, Pak," jawab Ranu. "Tadi saya cuma mampir kubikel mereka untuk bertanya dimana ruangan Pak Randu ini. Tapi belum sempat kenalan sama Mas-Mas di depan."

Randu mengangguk. "Kalau begitu, nanti saya kenalin," katanya. "Karena kita ini supporting departement, saya cuma punya mereka berdua sebagai staf. Jadi kami agak kewalahan juga karena saat ini kami sedang handle 4 produk transfer sekaligus, dengan tahapan yang berbeda-beda. Itu kenapa saya minta ke Manajer HRD untuk assign salah satu mahasiswa PKPA kesini, untuk membantu kami."

Mendengar itu, Ranu mengangguk sambil tersenyum.

Aduh bibirnya...

Randu berdehem sekali, demi terlihat berwibawa di hadapan anak magang ini. "Tugas khusus Ranu selama PKPA, Ranu akan handle transfer produk injeksi. Apa Ranu sudah punya gambaran apa saja yang harus Ranu kerjakan?"

Ranu tidak segera menjawab. Dahinya tampak berkerut dalam sebelum ia mengangguk dengan ragu. "Iya, Pak," jawabnya.

"Apa saja?" Randu menguji, dengan senyum terkulum.

Tidak seperti sebelumnya dimana gadis itu tampak percaya diri, kali ini Ranu tampak lebih berhati-hati menjawab.

"Menyiapkan protokol optimasi, protokol validasi metode analisis, protokol validasi proses produksi, dan protokol validasi pembersihan alat. Termasuk membuat laporan validasinya. Gitu ya Pak?"

"Good!" puji Randu puas. "Tapi sebelum melakukan semua itu, Ranu juga perlu membuat risk assessment terhadap proses produksi dan pembersihan produk tersebut."

"Baik, Pak."

"Aspek dokumentasi apa yang perlu Ranu perhatikan dalam rangkaian proses ini?"

Mata Ranu menyipit, seperti kurang memahami maksud pertanyaan Randu.

"Kalau ada perubahan yang perlu dilakukan, kalau ada penyimpangan yang terjadi selama proses optimasi dan validasi, gimana?"

"Oh!" Dengan satu pemicu barusan, barulah Ranu paham maksud pertanyaan Randu. "Semua perubahan harus dicatat dan dilaporkan. Semua deviasi juga harus dilaporkan untuk diinvestigasi. Supaya semua yang terjadi selama proses optimasi dan validasi bisa tertelusur."

"Good!" Randu puas menerima jawaban tersebut. "Di kampus, Ranu sudah diajari bagaimana cara membuat protokol dan laporan validasi? Juga risk assessment?"

"Kami sudah belajar teorinya Pak. Tapi belum berkesempatan membuat sendiri."

Randu mengangguk. Tidak apa-apa. Mendengar jawaban-jawaban gadis ini, Randu yakin Ranu sudah memiliki pengetahuan dasar yang cukup baik. Tinggal mengasahnya dengan pengalaman.

"Kalau gitu, siap-siap sibuk belajar ya."

Randu memperingatkan. Tapi dengan senyum jenakanya, alih-alih khawatir, Ranu malah ikut tersenyum. "Siap Pak!"

Randu membalas dengan senyum. "Ranu akan mulai bekerja besok. Siang ini setelah makan siang, Ranu pelajari dulu tentang SOP-SOP yang terkait pekerjaan Ranu nanti. Sampai sini, ada yang mau Ranu tanyakan?"

Ini pertanyaan standar yang selalu ia tanyakan saat wawancara calon stafnya. Setelah ia menanyakan banyak hal untuk menilai kemampuan stafnya, ia juga memberikan kesempatan kepada mereka untuk menanyakan hal-hal yang ingin mereka ketahui. Tapi diantara banyak calon staf yang sudah ia wawancarai, belum ada yang menanyakan hal ini. Padahal ini terkait masa depan mereka di perusahaan ini.

"Bapak bilang, departemen ini adalah supporting department selama proses transfer produk-produk Gezonde. Apa itu artinya setelah semua produk selesai ditransfer kesini, staf di departemen ini akan berhenti bekerja?"

Itu pertanyaan kritis yang tidak Randu duga akan ia dengar dari seorang anak magang. Dan itu membuat Randu tertawa senang.

* * *

Ketika Ranu melangkah di sisinya selagi Randu mengajaknya makan siang bersama di kantin, Randu menyadari sesuatu. Bahwa sepertinya ia punya kecenderungan tertarik dengan sosok seperti ini.

Ranu memiliki kemiripan dengan Haiva. Tubuhnya tidak terlalu tinggi. Tapi mungkin justru Randu menyukai sosok mungil seperti ini. Membuat dirinya merasa tubuhnya cukup tinggi untuk melindungi sosok mungil seperti ini. Tapi berbeda dengan Haiva yang cenderung kurus, Ranu memiliki tubuh yang lebih berisi di tempat yang tepat. Membuatnya terlihat lebih.... seksi dibanding Haiva. Dan, tidak seperti Haiva yang cenderung pemalu dan inferior, Ranu justru sebaliknya. Gadis itu ceria dan percaya diri. Hal ini membuat Ranu mudah bergaul dengan orang-orang.

Siang itu saat makan siang bersama Randu dan kedua stafnya, Ranu langsung cepat akrab dengan ketiga pria itu. Jadi selama makan siang, mereka terlibat obrolan yang seru dengan anak magang baru itu.

"Ada Bu Lidya, Pak," celetuk Fajar, salah satu staf Randu, di tengah percakapan mereka.

Siang itu Randu dan kedua stafnya memang makan siang lebih siang, karena sebelumnya terlibat diskusi singkat tentang penugasan Ranu di departemen mereka. Jadi saat itu tidak banyak lagi karyawan Gezonde yang sedang makan siang di kantin. Beberapa meja sudah kosong. Dan Randu tidak melihat ada staf QA yang masih makan siang. Karenanya, Randu berniat ingin menawari Lidya untuk bergabung dengan mereka.

Saat melihat Lidya membawa nampan berisi makan siangnya dan menoleh ke kanan-kiri untuk menentukan makan dimana, Randu mengangkat tangannya, lalu memberi isyarat agar Lidya bergabung di mejanya.

Jelas-jelas Randu melihat Lidya menyadari isyaratnya. Wanita itu sudah menoleh pada Randu dan tersenyum lebar. Namun kemudian senyumnya mengecil dan ia menggeleng pada Randu. Wanita itu lalu menangangguk sebagai tanda minta maaf, sebelum akhirnya duduk sendiri di salah satu meja kosong.

"Bu Lidya nggak mau gabung sama kita?" Reyhan, staf Randu yang lain, berbisik.

Randu mengendikkan bahu. Ia lalu mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan kepada Lidya.

Dari balik punggung wanita itu, Randu melihat wanita itu berhenti makan untuk mengecek ponselnya. Beberapa detik kemudian Randu menerima balasan di ponselnya.

Mbak Lidya GPU: Makasih Mas. Saya makan sendiri aja. Lagi buru-buru. Abis ini ada rapat lagi.

Just info aja. Nama kontak Lidya itu maksudnya Gezonde Pharma United. Bukan Gosok Pijat Urut Yahut.

"Bu Lidya lagi sibuk kayaknya," kata Randu kepada kedua stafnya.

Kedua pemuda itupun mengangguk-anggukkan kepala.

Jadi setelahnya, ketiga pria itu kembali fokus pada satu-satunya gadis cantik di hadapan mereka.

* * *

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top