⭐ENAM⭐
Haiy gaess..
Bunda baikkan, jadi up si Avi..
Tandai typo ya
Dan maafkan kalau story ini berneda dengan story EKG Love yang dulu pernah ada. Percayalah gaes, mengembalikan story yang hilang dengan sama persis, lebih puyeng daripada ngetik story baru..
So maafkan gaess🙇
Happy reading
.
.
.
.
🌟Avilash POV
Gue gak suka ada Aidan dan Samudra di rumah Dhea. Tapi gue senang, Dhea jauhin Aida dan ngajakin gue pergi. Dan yang lebih mengagetkan gue, saat bang Zaqi bilang gue dan Dhea berjodoh, Dhea langsung mengamininya. Speechless gue seneng bukan main.
"Lo habis ini mau kemana Dhe?"
"Kencan kuy sama gue, terserah lo deh Vi, mau ngajakin kemana aja. Asalkan ntar gue dipulangin utuh"
Gue tertawa mendengarnya. Gue gak ada rencana nyulik lo Dhe, tapi kalau untuk jadiin lo istri gue, maybe that's right.
"Boleh aja. Mau kemana?" Dhe menggedikkan bahunya. "Lo lagi jauhin Aidan apa bang Zaqi?"
"Abang lah. Males gue"
Gue mengangguk paham, menggandeng tangan Dhea setelah membayar makanan kami. Gue pakaikan helm untuk Dhea, dan membenarkan jaket yang dia pakai.
"Lo so sweet banget sih Vi" gue hanya tersenyum. Andaikan lo jadi cewek gue beneran Dhe, gue gak akan sia-siakan Lo.
"Dhe, mampir ke cafenya Noel. Ya lumayanlah Dhe, gantiin band cafenya, kita dapat bayaran buat ngprint tugas-tugas"
Dhea mengangguk dan memeluk erat pinggang gue. Dagunya menempel di bahu gue.
"Siap tuan"
Deg
Shit! Jantung gue. Kenapa deket Dhea aja jadi begini sih. Ya Tuhan, tolong amankan jantung hamba.
Kami udah sampai di cafe Noel. Pengunjung disana lumayan, gue dan Dhea diajak Noel langsung ke stage kecil yang disediakan.
Dhea mengalunkan lagu dari Monita 'kekasih sejati' dan 'sahabat sejati' dari So7.
Setelah itu, Noel menyambut kami berdua. Bersalaman seperti biasa. Gue emang jarang ketemu dia, sejak gue dan Dhea terlibat vlog bareng.
"Lama gak jumpa Bro. Eh my sister Vita, makin cantik aja lo"
"Mulai deh" peringat gue. Dhea hanya ketawa aja.
Khiran dan si kembar beda jenis itu melambaikan tangannya pada Dhea, mengajaknya untuk bergabung. Gue mengangguk, dan Dhea langsung melipir kesana.
Noel mengajak gue untuk duduk di dekat meja Khiran. Dari sini gue bisa dengar si Khiran banyak nanyain tentang gue. Dan yang lebih membuat gue tertarik adalah, wajah datar Dhea saat Khiran bertanya-tanya tentang gue.
"Ta, Avi udah punya pacar belum sih?" Dhea hanya menggedikkan bahunya acuh. "Gue suka dia Ta, comblangin dong"
"Sorry Ran, lo usaha sendiri aja"
Good girl!
"Kenapa?"
Hell, kenapa dia ngebet banget coba. Gue nggak sengaja beradu pandang dengan Dhea, tapi Dhea buru-buru ngalihin tatapan dia kearah Khiran.
"Gue gak mau Avi benci gue"
I love you Dhea
⭐⭐⭐
Jam 7 tepat, gue nganterin Dhea pulang kerumah. Disana sudah ada bang Zaqi, lengkap dengan Om Abi dan tante Kirana sedang duduk manis di depan tv.
"Assalamualaikum Om, Tante"
"Waalaikumsalam"
"Duduk sini Vi" On Abi menepuk sofa di dekat beliau.
Gue duduk disana, dan Dhea sudah memeluk tante Kirana disamping om Abi. Gadis manja, tapi sayang!
"Maaf kalau saya ajak Dhea sampai jam segini Om, tante"
"Santai aja. Yang penting putri Om, selamat dan utuh. Kalau kamu yang nganter, om Percaya kok"
"Sampai diajak ke KUA sekarang, kami percaya, iya kan Yah?"
Puk
Bantal itu melayang kearah bang Zaqi, siapa lagi pelakunya kalau bukan Dhea. Bang Zaqi hanya tertawa.
"Mau makan malam bareng Vi?" Tanya Tante Kirana.
"Terimakasih tante, tapi Mama sudah masak di rumah, sayang kalau saya gak pulang" tante Kirana tertawa,beliau pasti tahu bagaimana nasib kami sebagai anak dari prajurit dan dokter yang banyak mereka tinggalkan di rumah sendiri.
"Salam buat Mama kamu ya Vi"
"Siap Tante. Saya permisi pulang dulu, Om"
Gue menyalami Om, Tante dan bang Zaqi bergantian. Lalu berdiri diikuti Dhea yang disuruh mengantarkan gue sampai ke teras.
"Vi, Khiran... Suka sama lo" gumamnya. Gue berhenti dengan aktivitas gue memakai helm untuk mendengarkan Dhea. "Dia tadi bilangnya gitu sama gue"
Dhea menunduk, bisa gue lihat kalau dia sedang kesal. Entah apa yang dia rasakan, tapi yang ku tangkap, sepertinya dia cemburu.
"Terus?"
Dhea mendongak dan menatap gue. Gue tersenyum jahil saat melihat wajah Dhea yang sepertinya tidak suka dengan perkataan gue.
"Kok terus sih?" Gue masih diam, menunggunya yang akan melanjutkan kata-katanya. "Lo gimana? Suka dia juga gak?"
"Menurut lo enaknya gue gimana Dhe?"
Dhea terlihat kesal, dia mengalihkan tatapannya kearah lain. Memasang wajah juteknya yang pengen gue cubit aja itu pipinya yang menggembung, tanda dia ngambek.
"Bodo"
"Enggak. Gue gak suka Khiran" gue tersenyum geli melihat wajah Dhea yang langsung antusias banget.
"Terus? Hmm maksud gue, lo lo lo suka siapa?"
Gue menggedikkan bahu, sepertinya asyik juga godain Dhea saat ini. Gue bertopang dagu di atas helm untuk memandang Dhea.
"Gue cinta sama gadis manja yang gak pernah peka, tapi ya.. kalau ada yang suka sama gue, lebih baik gue terima aja,gimana Dhe? Secara doi gak pernah anggap gue"
Wajah Dhea kembali kesal. Dia kembali menggembungkan pipinya. Menatap kearah pintu rumahnya yang terbuka.
"Sono pulang lo" usirnya. Gue tersenyum geli melihat bagaimana Dhea bersikap lucu hari ini.
"Oke, lo udah ngusir gue. Gue pulang dulu ya, jangan kangen" gue mengacak rambutnya gemas. Dhea sampai menampik tangan gue.
"Bodo. Avi ngeselin"
Dhea masuk kerumah dengan berlari, mengabaikan gur yang tertawa melihatnya.
"Dhea, gue pulang ya" teriak gue.
Blam
Pintu rumahnya dia tutup secara kasar, membuat gue makin terbahak-bahak. Cemburu eh?
⭐⭐⭐
Sampai di rumah, gue melihat ada mobil di dekat mobil Papa. Gue masuk dan mendapati suara ramai di ruang Tamu.
Oh Tante Aqilah, Om Adil dan mbak Narita. Eh kenapa si mbak itu duduknya deket banget sama abang?.
Gue menyalami mereka, lalu menyalami Papa dan Mama, berakhir duduk dekat Mama.
"Darimana kamu? Kok pulang jam segini?" Mama berbisik ke telinga gue.
"Kencam sama Dhea"
Mama tersenyum, entah kenapa ya, setiap gue pergi sama Dhea bahkan sampai malam pun, Mama gak pernah marah, tapi malah tanya-tanya tentang tempat yang gue tuju dengan Dhea.
Bang Vino akrab banget sama mbak Narita. Mungkin orang yang gak tahu, mereka dikiranya PDKT, tapi bang Zaqi kan pacarnya mbak Narita.
Gue dekati bang Vino yang masih asyik chatting, Waktu gue lirik disana ada foto mbak Narita. Keluarga Om Adil sudah pulang, jadi gue bebas deketin abang.
"Lo suka mbak Narita ya bang?"
"Hmm"
"Tapi dia kan pacarnya bang Zaqi"
Bang Vino berdiri dan menghadap gue yang masih asyik menatapnya. Membicarakan kebenaran yang ada. Bagaimanapun bang Vino harus sadar diri.
"Terus? Bodo amat. Yang penting gue suka Narita"
"Gak bisa gitu dong Bang. Bang Zaqi kan bff lo"
"Gak peduli"
Bang Vino menabrak bahu gue dengan sengaja. Sialan sekali abang gue. Menjadi tentara bukan merubah cara berpikirnya, tapi malah membuatnya gelap akan status persahabatan dia dengan bang Zaqi.
⭐⭐⭐
"Aviiiiii"
Panggilan melengking itu bakalan gue dapat setiap hari. Kali ini Dhea berlari menghampiri gue yang sedang menunggunya.
"Gak usah lari, ntar jatuh nangis"
"Gue gak secengeng itu, dan gue gak bakal jatuh"
"Ada apa?"
Dhea memberikan gue sekotak kue brownies, dengan senyuman yang manis, yang jarang dia perlihatkan ke siapapun. Senyuman yang bikin gue diabetes.
"Buat Lo. Tenang aja Vi, ini aman kok. Gue udah belajar buat dengan bener sama Bunda"
"Mau apa? Anterin ke rumah sakit lagi?" Dhea mengangguk. "Kenapa tiap hari kesana?"
"Bisa gak?"
"Gak bisa, ini gue mau ke rumah Oma"
Dhea memberikan sekotak brownies lagi ke gue. Gue bingung untuk apa lagi.
"Buat Oma. Nitip salam ya buat Oma. Kapan-kapan ajakin main kesana gue"
Gue mengangguk. Lalu Dhea berlari kearah Fabian yang baru saja keluar dari toilet. Menyeretnya menuju tempat parkir.
Nyutt
Kenapa sesakit ini rasanya lihat Dhea dekat dengan Fabian. Bahkan menggantikan posisi gue yang seharusnya.
⭐⭐⭐
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top