CHAPTER 13

"Kita harus memikirkan rencana lain, menggunakan makhluk-makhluk bodoh seperti orc, goblin, atau ogre menjadi perantara hanya akan bertahan sementara," kata lelaki berambut gelap yang mengantung sepanjang dagu. Matanya menatap ke luar kastel, mengamati kegelapan, seolah sedang mengintai.

Di lain sisi ruangan, seseorang berjubah hingga menutupi kepalanya duduk sambil mendengarkan si lelaki berambut gelap. Dia tidak mengangguk, tidak juga berbicara. Namun, jari-jarinya bergerak mengetuk-ngetuk kursi singgasananya.

"Asmodeus, kau harus menetapkan tindakan jika kau ingin memenangkan perang ini," desak si lelaki berambut hitam. "Ditambah dengan penghalang yang mereka buat untuk Lucifer, kekuatan kita terbatas."

Lagi-lagi tidak ada jawaban dari si lelaki berjubah yang dipanggil Asmodeus.

Menghela napas panjang, si lelaki berambut hitam seolah lelah dengan keheningan yang diberikan Asmodeus. "Leviathan akan bertindak jika kau tidak bertindak."

"Bawakan padaku para pengguna sihir terhebat di Gaia, aku punya rencana," ujar Asmodeus akhirnya.

"Setidaknya kau memberi tahuku apa rencanamu."

Asmodeus membuka penutup kepala jubahnya, menampakkan wajahnya yang hitam setengah seperti terbakar. Kulitnya mengelupas, namun tidak ada daging yang timbul, melainkan kepulan asap hitam pekat yang menghiasi wajah setengahnya. "Lakukan apa yang kuminta dan jangan banyak bertanya, Kazimierz!" Perintahnya pada si lelaki berambut hitam.

Kazimierz melirik pada Asmodeus sesaat. Dia baru saja akan mengatakan sesuatu, namun mengurungkan niatnya dengan cepat. Jika bukan karena Leviathan yang menyuruhnya untuk menemui Asmodeus, sudah pasti lelaki itu akan menolaknya mentah-mentah.

Sebelum pergi dari Dark Alpen, Kazimierz kembali menemui Leviathan. Reruntuhan kastel tua yang menjulang di depannya sekarang membuat lelaki itu menghembuskan napas panjang-panjang sebelum masuk. Seolah lelah pada apa yang dia lakukan.

Di penghujung kastel, sesosok makhluk tengah beridiri memandanginya dan para iblis bayang-bayang berkerumunun di sekitar, sedangkan jubah zirah melekat di tubuhnya, seakan-akan dia telah siap untuk berperang. "Kazimierz, kabar apa yang kau bawakan untukku?" tanyanya.

"Asmodeus mengirimku ke luar Dark Alpen untuk mencari penyihir terkuat, aku tidak tahu apa rencanaya, dia tidak memberi tahuku." Kazimierz berdiri di depan makhluk tersebut tanpa takut sekali pun.

Para iblis di sekitar mulai berbisik-bisik. Kazimierz yang terusik karena mereka membicarakan tentangnya, hanya bisa menatap ke arah mereka. Kedatangan dirinya memang tidak disukai para iblis bayangan, namun sang majikan mempercayai Kazimierz bagai anaknya sendiri.

"Aku mempercayai Asmodeus, lakukan saja perintahnya, namun aku punya satu tugas untukmu." Leviathan menatap Kazimierz lekat-lekat.

Kazimierz mengangguk.

"Aku mendengar mengenai seorang perempuan yang memiliki setengah darah manusia-"

"Tidak mungkin," potong Kazimierz.

"Temukan perempuan itu dan minta dia untuk bergabung bersamaku."

"Bagaimana dia bisa hidup sejauh ini? Apa dia juga menyerap jiwa untuk bertahan?" Pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan Kazimierz, padahal Leviathan sendiri tidak bisa menjawabnya.

Bisik-bisik para iblis bayangan semakin keras saat kecemasaan Kazimierz menjadi-jadi. Kecemasaan yang lebih seperti rasa penasaran yang meluap. Leviathan yang bingung mulai mengamati keadaan, hingga akhirnya dia membungkam mereka. "Diam!" Suaranya menggelegar ke seluruh renruntuhan.

Kini, mata Leviathan kembali pada Kazimierz. "Kau akan tahu jawabannya jika menemukan perempuan itu. Satu pesanku, biarkan dia memilih berada dipihakku karena kemauannya sendiri, atau setidaknya buatlah seperti itu."

Kazimierz terdiam Walau sepenuhnya dia tidak begitu mengerti dengan rencana Leviathan, dia mengangguk pelan. "Di mana aku bisa mencari informasi untuk memulai?" tanyanya.

Leviathan memberikan seringainnya, seolah mengucapkan namanya adalah mantra terlarang yang sangat ingin dia gunakan sejak lama. "Lucifer."

Setelah mendapatkan perintah dari Leviathan, Kazimierz pergi untuk menemui Lucifer. Sebelumnya, dia tidak pernah bertemu dengan Lucifer secara pribadi, terutama berbicara langsung padanya.

Sambil menuruni bukit bebatuan, Kazimierz akhirnya sampai pada sebuah bangunan tua yang mengingatkannya akan masa saat manusia masih ada. Bagi Kazimierz, bangunan itu mengingatkan akan penyiksaan yang dia alami dahulu. Bangunan itu terbuat dari kayu setinggi tiga lantai, dengan pintu ganda di depannya, sedangkan pepohonan lebat menutupi halaman depan rumah. "Lucifer!" teriakknya.

Butuh waktu beberapa saat sampai sang tuan rumah muncul di depan pintu, menampakkan wajah tidak senangnya. Iris keduanya saling beradu, namun tidak satupun dari mereka yang memulai berbicara. Hingga akhirnya, Kazimierz memulai pembicaraan. "Aku hanya ingin berbicara," katanya.

Wajah Lucifer masih menammpakan rasa tidak senang pada sosok yang muncul dihadapannya. Dia berniat masuk kembali dan tidak menghiraukan si penggangu, namun terhenti saat Kazimierz mengucapkan kalimat keduanya.

"Aku mencari seorang dengan darah setengah manusia," sahutnya.

Lucifer berbalik, menatap kembali Kazimierz yang masih berdiri di sana, urung untuk pergi sebelum mendapatkan jawaban. Sambil menyeringai dia menjawab, "Ya, aku sedang melihatnya sekarang."

Kazimierz menggeleng. "Kau tahu maksudku, Leviathan mengatakan kau bertemu dengannya," katanya.

"Dan kau percaya kata-katanya? Oh, Kazimierz, kau tidak seharusnya memercayai semua perkataan Leviathan. Dan percayalah, jika ada yang lebih tahu mengenai kebohongan dirinya, itu adalah aku." Dengan begitu, Lucifer kembali berjalan masuk.

"Kenapa?" pertanyaan itu tiba-tiba lolos dari mulut Kazimierz.

Sekali lagi, dia berhasil membuat Lucifer berbalik dan menimpalinya. Namun kali ini dia menggeleng tidak mengerti.

"Kenapa kau berada di pihak mereka? Makhluk-makhluk bodoh dan menjijikan seperti mereka yang sama rendahnya dengan manusia! Mereka yang mengurungmu di sini kau ingat?" Emosi Kazimierz hampir meluap, membuat Lucifer memerhatikannya.

"Aku tidak memihak mana pun," timpalnya sambil mendekat. "Dan untuk kau ingat, aku tidak akan pernah membantumu atau pun Leviathan."

Sekarang, jarak antara keduanya sangat dekat, hanya beberapa senti hingga mereka saling beradu mata kembali. "Aku dengar, kau tidak memiliki kekuatan di Dark Alpen, kalau begitu akan mudah untuk membuatmu berbicara," ancam Kazimierz.

Lucifer mendekatkan wajahnya pada lelaki itu. Matanya memicing dan dahinya berkerut. "Bahkan jika aku tidak memiliki kekuatan di sini, bukan berarti aku lemah dan tidak bisa melawanmu, Kazimierz!" tantangnya balik.

Tidak ada yang tahu siapa yang akan memenangkan pertarungan jika hal itu terjadi, namun Kazimierz tidak ingin mengambil risiko, lagipula tugas Leviathan akan lebih mudah dia lakukan sambil mencari informasi dari luar sana, ketimbang harus beradu kekuatan dengan Lucifer.

Mundur beberapa langkah, Kazimierz mengalah. "Asal kau tahu, jika Leviathan menang dalam perang ini, akan kupastikan kau menjadi orang pertama yang menyaksikan hal itu."

Kesal karena tidak mendapatkan petunjuk dari Lucifer, Kazimierz akhirnya memutuskan untuk melaksanakan perintah Leviathan. Dia pergi menuju perbatasan Dark Alpen. Selama hidupnya, dia belum pernah meninggalkan tempat itu.

Dark Alpen adalah tempat yang terkutuk, langitnya diselimuti kegelapan, tidak ada cahaya di langit yang muncul di sana. Hal itu membuat para iblis menjadikan tempat yang cocok untuk keluar dari neraka. Yang mereka butuhkan hanya satu inang tubuh untuk keluar dari sana, namun sesuai dengan kekuatan sang inang pula mereka bisa keluar dari neraka, jika tidak, para iblis akan terpental ke Purgatory, bersama para jiwa-jiwa yang tersesat.

Sebagian iblis yang telah berhasil keluar dari neraka lebih memilih untuk keluar dari Dark Alpen karena jiwa-jiwa di sana tidak sebanyak di tempat lain, terutama Afemir yang memiliki wilayah paling luas di antara lainnya. Walaupun begitu, kekuatan mereka tidak akan sepenuh saat mereka berada di Dark Alpen.

Cahaya terang terlihat di dekat perbatasan, di balik selubung penghalang. Kazimierz bisa merasakan kekuatannya menolak untuk mendekat ke arah cahaya. Namun, dia memiliki misi untuk bisa memenangkan perang. Sesaat, dia terdiam di depan perbatasan, tidak yakin untuk melewatinya.

Menoleh ke belakang, Kazimierz menatap kembali kegelapan Dark Alpen yang menariknya untuk tidak melewati batas. Hingga akhirnya, kaki melangkah menembus selubung tipis menuju cahaya. Mendesah, Kazimierz sedikit terkejut dengan kehangatan matahari yang menyapa kulitnya untuk pertama kali.

"Demi para iblis di neraka, cahaya ini bisa membunuhku jika terlalu lama berdiri di sini," sumpah Kazimierz.

Lelaki itu kemudian menggunakan kekuatannya untuk mencari tempat yang lebih sedikit terkena matahari. Berubah wujud menjadi kepulan asap hitam untuk berteleportasi, Kazimierz akhirnya sampai pada sebuah kota kecil di pinggiran Afemir. Keramaian orang-orang bukanlah hal yang biasa baginya, bahkan sangat asing.

Derap langkah kaki dan suara-suara di sekitarnya membuat Kazimierz kewalahan. Mendorong tubuhnya menyingkir dari jalanan, dia bertemu pada sebuah bar yang untungnya sepi. Dua orang duduk di tengah bar, salah seorang darinya adalah seorang satyr, sedangkan yang satunya lagi adalah faun. Fisik keduanya terlihat cukup sama, yang membedakannya adalah faun memiliki dua tanduk dikepalanya.

Diterlusurinya lagi sekitar dan menemukan seseorang mengumpat dipojokan sambil meminum birnya tanpa bersuara. Dia kemudian menarik kursi untuk duduk di pinggir ruangan. Saat seorang pelayan bar menghampirinya, Kazimierz hanya melirik sekilas tanpa mengatakan apa-apa, membuat si pelayan memutar bola mata dan pergi.

"Hari yang melelahkan?" si Faun bertanya.

"Ya, orang-orang heboh dengan kemunculan Excalibur, herannya mereka berbondong-bondong untuk mecoba mencabut pedang itu," balas si Satyr.

"Ya, mereka pikir para malaikat akan membiarkan para eternal seperti kita untuk mencabut pedang itu," kekeh si Faun.

Si Satyr kemudian menengguk birnya, lalu mulai berbicara lagi. "Apa jika seseorang dengan darah setengah manusia itu benar adanya, dia bisa menarik pedang itu?" tanyanya.

Si Faun diam sesaat, dia sama sekali tidak percaya dengan sesuatu jika belum melihat dengan mata kepalanya sendiri. "Entahlah," jawabnya.

Kazimierz yang menguping pembicaraan kedua orang tersebut mulai berpikir. Bagaimana jika dia mencoba untuk menarik pedangnya, apakah sesuatu akan terjadi? Dia tidak berharap lebih, lagipula dirinya adalah setengah iblis, para malaikat tidak akan membiarkannya menyentuh pedang itu. Walaupun begitu, dia pantas untuk mencobanya.

Cepat-cepat, dia menghampiri kedua orang itu. "Di mana kau melihat pedang itu?" tanyanya.

Terlihat bingung dengan Kazimierz yang tiba-tiba menghampiri, si Faun hanya menjawab dengan singkat. "Morlon," ujarnya.

Cukup mudah bagi Kazimierz mencari letak keberadaan pedang Excalibur, terutama saat dia bisa mengendalikan pikiran seseorang. Salah satu kekuatannya untuk bisa mengontrol ketakutan seseorang adalah yang paling berbahaya. Mereka yang diperliahatkan ketakutan terbesarnya akan rela melakukan apapun untuk keluar dari mimpi buruknya, bahkan membunuh dirinya sendiri.

Keramaian mengerubungi pedang Excalibur saat Kazimierz sampai di sana. Mereka mengantre untuk mencoba menarik pedang tersebut yang tentunya tidak satupun dari mereka berhasil melakukannya. Tidak mau membuang waktu, dia menerobos kerumunan untuk mendapatkan antiran paling depan, menggunakan kekuatannya, orang-orang yang menghalangi jalan mulai menyingkir.

Di sinilah dia, berdiri di depan pedang legendaris yang bisa melukai dirinya dan para iblis. Satu tangan Kazimierz mulai meraih pedang, sedangkan orang-orang mulai memerhatikannya. Saat satu tangan lainnya berusaha untuk ikut menggenggam, rasa panas membakar tangannya, membuat dia menariknya kembali.

"Sial," makinya saat melihat luka bakar menghitam dikedua tangannya. Luka itu perlahan menghilang, namun rasa panas masih bisa dia rasakan.

Tidak mau mendapatkan luka kembali, Kazimierz menyingkir. Namun, saat lelaki itu baru saja akan menggunakan kekuatannya untuk mengendalikan kerumunan, seseorang muncul dan menjadi pusat perhatian setiap orang.

Seorang perempuan mendarat dari langit. Kazimierz terus memerhatikannya saat si perempuan turun dari tunggangannya. Rambutnya dikepang satu, dua pedang berada dipunggungnya, namun hewan tungganannya lebih menjadi perhatian ketimbang perempuan itu.

Langkah kakinya menuju pedang Excalibur. Kazimierz yang masih berada di situ mulai memerhatikan si perempuan lekat-lekat. Hingga kedua tangan perempuan itu menggenggam pedang Excalibur, dia tahu sesuatu tengah terjadi. Terengah-engah, perempuan itu seolah merasakan sesuatu saat kedua lengannya berada di sana dan Kazimierz menyadari bahwa dia adalah perempuan yang dicarinya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top